Bank Indonesia optimistis inflasi pada tahun ini bisa kembali ke sasaran 2-4 persen. Turunnya efek penyesuaian harga bahan bakar minyak serta faktor permintaan memengaruhi proyeksi tersebut.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pedagang melayani pembelian cabai di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (2/1/2023). Harga cabai rawit merah naik hingga Rp 80.000 per kilogram.
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia optimistis inflasi Indeks Harga Konsumen atau IHK dan inflasi inti pada 2023 lebih rendah dibandingkan 2022 dan kembali ke sasaran, yakni pada level 3 persen plus minus 1 persen atau 2-4 persen. Optimisme itu bersumber dari makin menurunnya efek rambatan penyesuaian harga bahan bakar minyak pada September 2022 serta belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Dalam siaran persnya, Selasa (3/1/2023), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan, prospek inflasi IHK dan inflasi inti 2023 diperkirakan kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen. Kendati inflasi 2022 mencapai 5,51 persen secara tahunan dan melampaui target awal tahun, yakni 2-4 persen, tekanan inflasi di akhir 2022 lebih rendah dari perkiraan, yakni bisa menembus 6 persen.
”Tekanan inflasi 2022 yang lebih rendah dari perkiraan ini menjadi alasan optimisme inflasi 2023 bisa terkendali dan kembali ke sasaran,” ujar Erwin.
Inflasi inti pada 2022 juga tetap terjaga rendah, yakni 3,36 persen secara tahunan, sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Erwin menambahkan, inflasi dari unsur harga pangan bergejolak atau volatile food 2022 juga terkendali pada 5,61 persen secara tahunan. ”Ini merupakan hasil sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam mendorong ketersedian pasokan, kelancaran distribusi, dan kestabilan harga,” ujar Erwin.
Untuk membawa inflasi IHK dan inflasi inti kembali ke sasaran, BI akan memperkuat respons kebijakan. Koordinasi kebijakan juga terus diperkuat. Terkait hal ini, koordinasi TPIP dan TPID dilanjutkan melalui penguatan program GNPIP di sejumlah daerah.
Perkembangan inflasi Desember 2022. Sumber: Bank Indonesia
Saat dihubungi secara terpisah, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, tingkat inflasi IHK 2022 yang sebesar 5,51 persen lebih rendah dari perkiraan awal Bank Mandiri yang mencapai 6,27 persen. Namun, capaian inflasi itu sejalan dengan perkiraan terakhir Bank Mandiri, yakni inflasi IHK berada di kisaran 5,4-5,6 persen.
”Tingkat inflasi yang lebih rendah dari yang dikhawatirkan ini buah dari keberhasilan pemerintah mengendalikan unsur inflasi harga pangan bergejolak dengan menjaga ketersediaan pasokan,” ujar Faisal.
Faisal mengatakan, sampai semester I-2023, pihaknya memperkirakan inflasi masih akan di kisaran 4-6 persen. Hal ini karena perhitungan basis rendah periode yang sama tahun 2022 (low base effect) sehingga inflasi terlihat lebih tinggi.
Akan tetapi, memasuki semester II-2023, inflasi akan melandai. Hal ini karena dampak rambatan kenaikan BBM makin berkurang. Harga komoditas energi global diperkirakan juga akan menurun seiring ketidakpastian global yang kian turun.
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan menguat seiring berakhirnya pembatasan pergerakan masyarakat tahun ini. Hal ini memicu meningkatnya mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi lebih besar lagi sehingga mendorong permintaan masyarakat yang akan tecermin dalam inflasi inti.