Inflasi 2022 Tembus 5,51 Persen, Lampaui Target BI
Inflasi diperkirakan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada awal tahun 2023 sebelum akhirnya kembali mereda pada akhir 2023.
Oleh
agnes theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inflasi sepanjang tahun 2022 tercatat mencapai 5,51 persen secara tahunan, melampaui target Bank Indonesia di kisaran 2-4 persen secara tahunan. Tekanan inflasi terbesar pada tahun lalu terutama terjadi akibat imbas kenaikan harga bahan bakar minyak pada September 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Desember 2022 mencapai 0,66 persen secara bulanan (month to month) dan 5,51 persen secara tahunan (year on year).
Secara bulanan, terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,85 pada November 2022 menjadi 113,59 pada Desember 2022. Sementara itu, secara tahunan, IHK naik dari 107,66 pada Desember 2021 menjadi 113,59 pada Desember 2022.
Inflasi tahunan pada 2022 itu melampaui target sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebelumnya diperkirakan di kisaran 2-4 persen secara tahunan atau 3 persen plus minus 1 persen. Inflasi tahunan 2022 juga menjadi yang tertinggi sejak inflasi tahun 2014 sebesar 8,36 persen.
Secara tahunan, Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, tekanan inflasi paling banyak datang dari kenaikan harga di kelompok transportasi, yang mengalami inflasi 15,26 persen secara tahunan dengan andil 1,84 persen terhadap inflasi umum.
Secara rinci, komoditas penyumbang inflasi tahunan tertinggi adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan kontrak rumah.
Sementara itu, berdasarkan komponennya, tekanan inflasi tahunan sepanjang 2022 paling banyak datang dari komponen harga yang diatur pemerintah, terutama akibat pemangkasan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM) pada September 2022 yang menyebabkan kenaikan harga BBM dan tarif transportasi, serta tekanan dari inflasi inti.
”Tekanan inflasi komponen inti dan komponen harga diatur pemerintah mendorong inflasi tahunan bulan Desember 2022 lebih tinggi dari sebelumnya,” kata Margo dalam konferensi pers, Senin (2/1/2023).
Ia menjabarkan komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi tahunan sebesar 13,34 persen pada Desember 2022, serta memberikan andil terbesar kepada inflasi tahunan secara umum, yaitu 2,36 persen. Sementara itu, komponen inflasi inti sebesar 3,36 persen pada Desember 2022 memberikan andil 2,20 persen terhadap inflasi tahunan.
Tekanan inflasi tahunan sepanjang 2022 paling banyak datang dari komponen harga yang diatur pemerintah, terutama akibat pemangkasan subsidi harga bahan bakar minyak (BBM).
Sebaliknya, inflasi komponen harga bergejolak pada Desember 2022 menunjukkan pelemahan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya akibat menurunnya harga beberapa komoditas pangan. Inflasi komponen harga bergejolak tercatat sebesar 5,61 persen, memberi andil 0,95 persen terhadap inflasi keseluruhan.
Adapun secara bulanan, inflasi 0,66 persen paling banyak disumbangkan kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,57 persen. Inflasi bulanan terbesar kedua datang dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan inflasi 0,63 persen, serta inflasi transportasi sebesar 0,45 persen.
”Komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terutama datang dari beras, tarif air minum PAM, dan kenaikan harga telur ayam ras,” kata Margo.
Menurutnya, kenaikan tingkat inflasi secara bulanan di akhir tahun adalah pola yang selalu berulang setiap tahun karena didorong oleh meningkatnya permintaan komoditas pangan dan tarif angkutan.
Inflasi bulanan pada Desember 2022 tercatat sebagai yang tertinggi selama empat tahun terakhir. Sebagai perbandingan, pada Desember 2019, inflasi bulanan tercatat 0,34 persen, Desember 2020 sebesar 0,45 persen, Desember 2021 sebesar 0,57 persen, dan Desember 2022 sebesar 0,66 persen.
Kenaikan tingkat inflasi secara bulanan di akhir tahun adalah pola yang selalu berulang setiap tahun karena didorong oleh meningkatnya permintaan komoditas pangan dan tarif angkutan.
”Secara umum, kenaikan inflasi bulanan ini adalah siklus bulanan karena adanya peningkatan permintaan karena libur sekolah dan perayaan Natal dan Tahun Baru,” kata Margo.
Berlanjut
Ekonom Bank Danamon Indonesia Irman Faiz menilai inflasi masih akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada triwulan I-2023 sebelum akhirnya kembali mereda ke 4,5 persen pada akhir 2023.
Dengan diumumkannya pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh pemerintah, permintaan domestik diperkirakan meningkat pada tahun 2023. Seiring dengan hal itu, produsen akan mentransmisikan kenaikan biaya input produksinya pada harga barang jadi di pasaran, mendorong kenaikan inflasi lanjutan di awal tahun.
”Inflasi inti juga diperkirakan meningkat menjadi 4 persen tahun ini, yang bisa jadi berdampak pada kebijakan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut oleh BI,” kata Irman.
Ia memperkirakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada tahun 2023 akan naik lagi menjadi 6,25 persen di tahun 2023. Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada akhir Desember 2022, suku bunga acuan pada tahun 2022 ditutup 5,5 persen.