Saham baru yang diterbitkan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk melalui skema ”right issue” terserap optimal dengan pemesanan mencapai 96,9 persen. Minat dan partisipasi pemegang saham publik dinilai tinggi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menyatakan pemesanan dalam rangka penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue mencapai 96,9 persen dari total transaksi. Aksi korporasi berupa right issue ini merupakan salah satu strategi Semen Indonesia untuk mendukung kinerjanya.
Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang merupakan pemegang saham mayoritas, yakni dengan kepemilikan saham mencapai 51,01 persen, turut ambil bagian. Pemerintah berpartisipasi dengan menyetorkan modal nontunai atau inbreng dengan menyerahkan 7.499.999.999 saham seri B senilai total Rp 2,84 triliun.
Jumlah itu setara dengan seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam saham Semen Baturaja Tbk ke dalam Semen Indonesia Tbk atau yang kini dikenal dengan Semen Indonesia Group (SIG). Sementara publik tercatat memesan 388.403.084 saham baru senilai Rp 2,56 triliun atau setara dengan 93,68 persen dari total 414.598.313 saham baru.
“Penyerapan right issue untuk porsi publik mencapai 93,68 persen hingga periode terakhir transaksi menunjukkan tingginya minat dan partisipasi pemegang saham publik. Selain itu, ada juga dukungan dari pemegang saham,” jelas Sekretaris Perusahaan SIG Vita Mahreyni dalam penjelasannya, Rabu (28/12/2022).
Menurut Vita, penyerapan right issue untuk porsi publik yang mencapai 93,68 persen menunjukkan tingginya minat dan partisipasi pemegang saham publik dan tingkat kepercayaan pemegang saham terhadap SIG. Hal itu sejalan dengan inisiatif-inisiatif strategis yang telah dilakukan sehingga dapat mencatatkan kinerja positif berdasarkan laporan keuangan per September 2022. Keberhasilan right issue ini juga menjadi motivasi bagi SIG agar terus bertumbuh.
Selain melalui right issue, penambahan modal juga dapat dilakukan dengan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement. Dalam aksi korporasi ini, tidak ada hak yang diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi kesempatan menambah modal dari investor strategis.
Dalam hal ini, PT Bakrie and Brothers Tbk menerbitkan obligasi wajib konversi dan atau saham biasa seri D kepada para kreditor tidak terafiliasi. Ada 19 pihak kreditor yang mengkonversikan utangnya menjadi saham. Adapun tujuan dari aksi korporasi ini adalah untuk restrukturisasi utang.
Dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Bakrie and Brothers menambah modal dengan menerbitkan saham baru sejumlah 923.618.948 saham dengan harga pelaksanaan Rp 500 per saham sehingga total dana yang didapatkan dari private placement ini sebesar Rp 461,8 miliar.
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membuka suspensi saham PT Garuda Indonesia Tbk. Saham Garuda disuspensi sejak 18 Juni 2021 karena ada penundaan pembayaran kupon sukuk global. Saat ini, Garuda Indonesia sedang bersiap menerbitkan sukuk global dengan skema baru.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, berdasarkan perjanjian perdamaian antara Garuda dengan kreditornya, perseroan akan menerbitkan sukuk global baru dengan skema baru pula setelah ada keputusan pengesahan perjanjian perdamaian sudah berkekuatan hukum tetap.
“Dalam hal perseroan telah menerbitkan sukuk global baru dengan skema baru tersebut, bursa dapat mempertimbangkan pembukaan suspensi saham perseroan,” kata Nyoman. BEI akan mengkaji pemenuhan kewajiban Garuda Indonesia sebelum membuka suspensi saham.