Biometana, yang juga disebut biogas naik kelas, ialah biogas yang diolah lebih lanjut. Biogas, yang antara lain bersumber dari limbah pertanian dan peternakan, dimurnikan sehingga dihasilkan metana tingkat tinggi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Daya tarik biogas, termasuk produk turunannya, yakni gas biometana terkompresi atau bio-CNG, didorong untuk terus dibangun, terutama dengan telah adanya klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia untuk pengadaan biogas. Diharapkan, investor tertarik membangun pabrik skala besar bio-CNG, yang produknya, antara lain, untuk substitusi solar/diesel.
Biometana, yang juga disebut biogas naik kelas, ialah biogas yang diolah lebih lanjut. Biogas, yang antara lain bersumber dari limbah cair kelapa sawit, limbah tapioka, dan kotoran ternak, dimurnikan sehingga dihasilkan tingkat kemurnian tinggi metana (CH4), yang lalu disebut biometana. Karakteristiknya menyerupai gas alam terkompresi (CNG) sehingga biometana terkompresi juga disebut bio-CNG.
”Dengan telah go live (dimulai) perizinan berusaha KBLI 35203-Pengadaan gas bio atau bio-CNG pada 26 September 2022, diharapkan ada peningkatan kontribusi capaian biogas dengan investasi pembangunan pabrik bio-CNG berskala besar,” kata Koordinator Investasi dan Kerja Sama Direktorat Bionergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Trois Dilisusendi, saat dihubungi, Rabu (28/12/2022).
Trois menjelaskan, hingga 30 November 2022, total produksi biogas 37,4 juta meter kubik. Padahal, target pemanfaatan langsung biogas pada 2023, menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sebesar 289,8 juta meter kubik. Capaian pemanfaatan biogas pun terus diupayakan ditingkatkan, termasuk dengan pengembangan dan pemanfaatan bio-CNG.
PT Dharma Satya Nusantara (DSN), kata Trois, telah membangun fasilitas Bio-CNG Plant Muara Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur, dengan memanfaatkan sebagian produksi untuk kebutuhan listrik 12 megawatt (MW). Sementara sebagian lagi untuk gas biometana dengan kapasitas 280 meter kubik per jam.
”Gas yang dihasilkan akan dikompres menjadi bio-CNG yang selanjutnya disimpan di dalam tabung. Kemudian, akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar substitusi solar/diesel untuk kebutuhan pembangkit listrik perumahan karyawan pabrik kelapa sawit (PKS). Dari laporan, estimasi penghematan solar sekitar 2 juta liter per tahun,” ujar Trois.
Di samping itu, Ditjen EBTKE Kementerian ESDM bersama Global Green Growth Institute (GGGI), Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, melakukan penilaian pasar (market assessment) bio-CNG.
”(Hasilnya), bio-CNG yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk konversi mesin diesel menjadi mesin dual fuel bio-CNG-diesel, baik pada genset maupun pada truk atau bus. Untuk industri di sekitar penghasil bio-CNG, sebagai cutting plant atau direct combustion untuk pengeringan di industri plywood (kayu lapis). Lalu, untuk memasok kebutuhan gas masyarakat, industri, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM),” lanjutnya.
Potensi besar
Trois menambahkan, Ditjen EBTKE Kementerian ESDM juga bekerja sama dengan Kementerian Ekonomi dan Perlindungan Iklim Republik Federal Jerman (BMWK) melalui Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH dalam kerangka proyek Strategic Exploration of Economic Mitigation Potential through Renewables (ExploRE).
”Berdasarkan hasil kajian GIZ, potensi produksi biometana di Indonesia 196 juta meter kubrik per tahun, atau setara produksi minyak diesel sebesar 3,65 juta kiloliter (KL) per tahun,” ucap Trois.
Key Advisor for Bionergy, RE Policy & RE Finance GIZ ExploRE Ardian Candraputra menuturkan, selain menjadi substitusi diesel, biometana juga potensial untuk menggantikan elpiji, khusus 50 kilogram (kg) atau lebih (bukan rumah tangga). Juga untuk kebutuhan industri seiring tuntutan dekarbonisasi. Namun, salah satu kendala ialah sentra industri (permintaan), di Jawa, berjauhan dengan sumber bahan baku yang mayoritas di Sumatera dan Kalimantan.
”Solusinya bisa dengan injeksi melalui pipa gas transmisi menuju Pulau Jawa. Lalu di Pulau Jawa bisa didistribusikan, baik melalui pipa distribusi maupun dikompresi ke dalam tabung dalam bentuk bio-CNG, yang ditransportasikan melalui virtual pipeline (menggunakan truk gas) menuju konsumen,” ucap Ardian.
Ia menambahkan, salah satu motivasi dari kajian strategi terkait biometana itu ialah mempertemukan supply dan demand. Pihaknya juga sudah bertemu dengan sejumlah pelaku usaha. Mereka pun tertarik jika biometana digunakan untuk menggantikan bahan bakar solar, elpiji, atau CNG.