Mendag: Harga Pangan Jelang Natal dan Tahun Baru Stabil
Ketersediaan dan harga bahan pokok jelang Natal dan Tahun Baru diklaim stabil. Masyarakat tidak perlu khawatir. Pemerintah Daerah akan intervensi jika kenaikan harga pangan di atas lima persen.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan kunjungan kerja ke sejumlah pasar di Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/12/2022). Hasil pemantauan ketersediaan dan harga bahan pokok aman serta relatif stabil harganya menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
Harga bahan pokok yang dipantau mulai dari gula Rp 13.000 per kilogram (kg), telur Rp 22.000 per kg, minyak goreng Rp 14.000 per liter, daging sapi Rp 130.000 per kg, daging ayam berada di rentang Rp 33.000-Rp 35.000 per kg, bawang Rp 30.000 per kg. Untuk harga beras jenis medium dari Bulog dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450 per kg.
"Seluruh harga bahan pokok (tersebut) masih sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah," ujarnya seusai memantau harga di pasar swalayan besar Superindo, Bogor, Jawa Barat.
Dia kemudian melanjutkan pemantauannya ke Pasar Kebon Kembang, Bogor, Jawa Barat dan menjamin kebutuhan bahan pokok mencukupi saat periode nataru. Sementara itu, pantauan Kompas terkait harga di Pasar Kebon Kembang cukup fluktuatif dan beragam, ada yang lebih tinggi dan ada juga yang lebih rendah.
Perbedaan harga di pasar swalayan besar dan tradisional dipicu oleh sistem pengendalian harga di pasar itu sendiri. Untuk pasar swalayan besar, harga sudah tetap dan tidak mungkin terjadi proses tawar-menawar seperti di pasar tradisional.
Harga kedelai contohnya masih berada di harga Rp 13.000-Rp 15.000. Zulkifli pun meminta maaf atas harga kedelai yang masih tinggi. Menurut dia, kedelai impor seharusnya sudah sampai ke Indonesia pada akhir Desember 2022, tetapi ada kemunduran waktu datangnya. "Saya harap Januari 2023 sampai. Harga dunia dari kedelai kalau dirupiahkan sekarang itu Rp 8.000, sehingga ketika sampai di Indonesia harganya menjadi Rp 10.500," ujarnya.
Untuk beras tidak semata-mata dapat dilihat dari harga, tetapi juga daya beli masyarakat. Sepanjang harga beras dapat dijangkau dan dibeli oleh masyarakat, maka harga beras tidak ada masalah (Arief Prasetyo Adi).
Selain itu, harga-harga di pasar swalayan besar tergolong lebih stabil karena membeli skala besar dan memiliki stok banyak. Sementara di pasar tradisional, stok hari ini akan dijual hari ini juga, sehingga fluktuasi harga harian memang berpotensi terjadi.
Kenaikan harga pangan, jika mencapai di atas lima persen, maka pemerintah daerah dapat turun tangan untuk mengintervensi. Ini seperti membayar biaya distribusi, bahkan secara langsung mensubsidi bahan pangan yang mengalami kenaikan harga.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, mengatakan, pemerintah daerah dapat memanfaatkan anggaran dana dari biaya tak terduga (BTT) yang sebesar dua persen. Anggarannya ada dan seringkali tidak habis digunakan.
Untuk beras, lanjut Arief, tidak semata-mata dapat dilihat dari harga, tetapi juga daya beli masyarakat. Sepanjang harga beras dapat dijangkau dan dibeli oleh masyarakat, maka harga beras tidak ada masalah.
"Toh inflasinya kami jaga. Karena currency rate (nilai tukar rupiah) saat ini berada di Rp 15.600-Rp 15.700, sehingga harga (bahan pokok) ini tidak bisa turun seperti dulu. Pada dasarnya harga tidak naik, tetapi nilai rupiah Indonesia yang turun," kata Arief.
Pada triwulan III-2022, selisih inflasi (inflation gap) antara produsen dan konsumen mencapai 5,9 persen meningkat dari 4,8 persen pada periode yang sama tahun 2021. Sebagai gambaran, per triwulan III-2022, Indeks Harga Produsen (IHP) industri minuman dan rokok mencapai 170,57, industri makanan lainnya 149,73, serta industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah, sayur, minyak dan lemak 199,78 (Kompas.id, 19/12/2022).
Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) di sektor makanan minuman dan tembakau pada periode yang sama tercatat hanya 117,14. Tekanan di sisi suplai yang berdampak pada inflasi RI juga disoroti oleh Laporan Indonesia Economics Prospect (IEP) Desember 2022 yang diluncurkan Bank Dunia pekan lalu.
Secara terpisah, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Ali Usman, menuturkan, peningkatan inflasi Indonesia salah satunya menyebabkan realisasi penyaluran cadangan beras pemerintah melalui operasi pasar mencapai 1,2 juta ton. Jumlah ini menjadi yang memecahkan rekor terbesar yang mencerminkan tingginya harga beras di pasaran.
Meskipun demikian, Ali mengapresiasi upaya pemerintah untuk menstabilkan harga pasar dengan perhitungan yang sangat matang. Terlebih bahan pokok di Indonesia dikenal sebagai seasonal market atau barang musiman yang banyak pada satu musim tetapi menipis stoknya pada musim lainnya.
"Untuk mengontrolnya, antisipasi yang dilakukan pemerintah harus lebih jauh lagi. Bahan-bahan pokok musiman diprediksi seperti apa stoknya pada saat tidak musim panen, kemudian dilakukan upaya penambahan stok secara perlahan untuk menghindari lonjakan harga naik ataupun turun. Harus stabil," ujarnya.