
Kita sering menemukan kolega atau karyawan yang menyukai berbagai bidang, termasuk urusan di luar pekerjaan, di perusahaan. Kadang mereka mendapat stigma sebagai orang yang tidak mau fokus pada pekerjaan. Seiring makin seringnya muncul isu kesehatan mental, keinginan karyawan untuk mengerjakan dan peduli dengan minat di luar pekerjaan perlu mendapatkan perhatian.
Sejak beberapa waktu lalu pembahasan mengenai karyawan yang meminati bidang di luar peran mereka di perusahaan muncul ke permukaan. Buku berjudul Range karya David Epstein membahas panjang lebar mengenai manfaat mempelajari dan menekuni bidang di luar urusan para karyawan. Melalui studi mendalam, ia menyimpulkan bahwa para pekerja seperti itu cenderung mempunyai kemampuan lebih dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Karyawan itu mempunyai kemampuan di luar kekhususan yang sering menjadi tuntutan kerja. Ia bisa memakai analogi atau peristiwa di luar pekerjaan yang menjadi titik terang sebuah masalah. Cara-cara yang diajarkan selama ini kadang menjebak para karyawan, sehingga mereka sulit menemukan solusi. Ketika karyawan bisa berpikir di luar bidangnya, mereka malah akan menemukan berbagai solusi.
Cara-cara yang diajarkan selama ini kadang menjebak para karyawan, sehingga mereka sulit menemukan solusi.
Urusan memperhatikan minat karyawan di luar perannya jadi pembahasan berkait dengan isu kesehatan mental karyawan, isu yang kini makin sering dibahas. Jess Elmquist yang menjadi Chief Human Resources Officer dan Chief Evangelist di Phenom menulis di laman Fast Company, kini pekerjaan bukanlah pusat dari segala kesibukan. Ia ingin mengajak pimpinan agar perusahaan tidak terpaku pada urusan pekerjaan ketika melihat para karyawannya.
Jess memberi saran, mari lihat karyawan Anda sebagai apa adanya individu mereka. Kita perlu peduli dengan minat di luar peran mereka di perusahaan. Kita perlu memberdayakan separuh hidup mereka yang lain di luar urusan pekerjaan. Karyawan akan memusatkan diri secara internal, namun yakinlah mereka lebih produktif secara eksternal.
Baca juga: Menerjemahkan Kehendak Zaman

Sebenarnya para karyawan ingin melihat bakat mereka dan ingin tahu bagaimana karier mereka akan tumbuh di dalam perusahaan. Mereka ingin belajar dan mengembangkan keterampilan. Orang tidak lagi ingin pergi (go) untuk bekerja di perusahaan. Sesungguhnya mereka ingin tumbuh (grow) di tempat kerja. Para pimpinan perusahaan harus membantu mereka menjadi pribadi yang diinginkan, bukan lagi sebagai pekerja semata.
Untuk itu, Jess menyarankan, hal terbaik yang dapat dilakukan oleh pemimpin perusahaan adalah menciptakan jalur yang terukur, bermakna, dan menginspirasi untuk pertumbuhan karier dan pengembangan profesional. Karyawan sebaiknya dibiarkan memiliki talenta dan ambisi untuk melihat pada hari pertama di mana mereka cocok dengan rencana jangka panjang perusahaan dan jalur karier mereka.
Hal baru
Pembahasan soal minat di luar urusan pekerjaan adalah hal relatif baru di perusahaan. Beberapa tahun lalu minat di luar urusan pekerjaan masih tabu dibahas, bahkan ada yang membuat aturan ketat. Dalam laman Workplace Law disebutkan, urusan seperti ini masih membingungkan pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan sering tidak yakin atau bingung bagaimana menangani perilaku karyawan di luar jam kerja.
Sementara karyawan umumnya dapat melakukan apa yang mereka sukai di waktu pribadi mereka. Pemberi kerja kadang berpikir pekerjaan itu dapat merusak kepentingan atau reputasi pemberi kerja; tidak sesuai dengan tugas karyawan dengan atasan; atau bisa serius merusak hubungan kerja antara pemberi kerja dan karyawan. Kecurigaan sering muncul dan membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman.
Baca juga: Jargon Basi Dunia Bisnis

Meski demikian, dalam konteks kesehatan mental di tempat kerja, minat di luar pekerjaan tidak seekstrim itu. Karyawan mungkin lebih sekadar ingin dihargai, karena mereka memiliki minat unik, mau belajar di luar bidang, dan punya sejumlah keinginan. Hal-hal seperti ini setidaknya mendapat perhatian dari pimpinan perusahaan dibanding sekadar menanyakan urusan pekerjaan setiap bertemu. Karyawan ingin dilihat sebagai pribadi yang utuh di dalam perusahaan.
Pandemi telah membuat orang-orang dalam perusahaan menilai ulang keberadaan mereka di perusahaan. Kecemasan dan ketakutan selama pandemi membuat mereka ingin menghargai diri mereka sendiri. Tempat yang nyaman tentu jadi idaman. Tidak mengherankan bila kemudian muncul pertanyaan di laman Gartner, apakah Anda percaya bahwa perasaan orang tentang nilai pribadi adalah pusat dari berbagai perubahan saat ini?
Pandemi telah membuat orang-orang dalam perusahaan menilai ulang keberadaan mereka di perusahaan. Kecemasan dan ketakutan selama pandemi membuat mereka ingin menghargai diri mereka sendiri.
Ya. Kini orang-orang makin banyak bertanya pada diri sendiri, "Apa yang membuat saya bahagia dan utuh? Apa yang benar-benar memuaskan saya? Apakah saya telah memberi terlalu banyak dari diri saya untuk mendapat pengembalian yang kecil?"
Pandemi menjadi katalisator untuk meningkatkan tujuan dan nilai pribadi. Gartner mensurvei lebih dari 3.500 karyawan di seluruh dunia pada Oktober 2021. Sebanyak 65 persen mengatakan pandemi telah membuat mereka memikirkan kembali tempat kerja yang seharusnya ada dalam hidup mereka, 56 persen mengatakan itu membuat mereka ingin berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat.