Perbanyak Pasokan Dollar AS, BI Terbitkan Instrumen Valas dengan Bunga Kompetitif
BI mengeluarkan instrumen operasi moneter valas yang baru dengan tujuan merangsang eksportir sumber daya alam menaruh devisa hasil ekspor di dalam negeri lebih lama.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guna menambah pasokan dollar AS di dalam negeri, Bank Indonesia akan menerbitkan instrumen operasi moneter valuta asing (valas) yang baru dengan imbal hasil yang kompetitif. Instrumen semacam term deposit valas ini diharapkan bisa menarik eksportir untuk mengendapkan devisa hasil ekspor (DHE) lebih lama di sistem keuangan Indonesia. Pasokan dollar AS sangat dibutuhkan BI untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah akibat kenaikan suku bunga yang agresif oleh Bank Sentral AS.
Dalam jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, secara daring, Kamis (22/12/2022), Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, BI menerbitkan instrumen valas yang baru untuk mendorong penempatan DHE, khususnya dari ekspor sumber daya alam, agar disimpan di dalam negeri oleh eksportir.
Selama ini, sebagian DHE tidak mengendap lama di sistem perbankan Indonesia. Masih banyak eksportir yang kemudian memindahkan valasnya ke luar negeri. Itu terjadi karena imbal hasil penempatan valas di perbankan nasional kurang kompetitif dibandingkan dengan bank-bank di luar negeri.
Karena itulah, BI akan menerbitkan instrumen valas dengan imbal hasil yang menarik sehingga bisa mengangkat imbal hasil valas yang ditawarkan perbankan kepada eksportir.
Perry berharap dengan instrumen baru tersebut, DHE bisa disimpan lebih lama di dalam negeri, yakni sekitar 1-3 bulan.
Dengan DHE tersimpan lebih lama di sistem keuangan dalam negeri, pasokan valas akan bertambah sehingga bisa mempertebal cadangan devisa yang bisa digunakan untuk intervensi guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
”Kami ingin hasil bumi Indonesia bisa kembali ke Indonesia dan bisa membantu perekonomian Indonesia melalui stabilitas nilai rupiah,” ujar Perry.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Aktivitas bongkar muat batubara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (20/12/2022). Berdasarkan data BPS, volume dan nilai ekspor batubara masing-masing sebesar 29,69 juta ton dan 4,16 miliar dollar AS.
Suku bunga acuan
Hasil Rapat Dewan Gubernur BI juga memutuskan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen.
Selain meredam inflasi, kenaikan ini juga bertujuan menjaga selisih dengan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) yang pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin sehingga kini menjadi 4,25-4,5 persen.
Langkah tersebut diharapkan bisa mencegah keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia sehingga stabilitas nilai rupiah bisa lebih terjaga.
Nilai tukar rupiah sejak awal tahun sampai dengan 21 Desember 2022 terdepresiasi 8,56 persen. Kendati demikian, depresiasi nilai tukar rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti yuan China yang melemah 8,96 persen dan rupee India yang melemah 10,24 persen. Perry mengatakan, ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya.
Mengutip kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis 22 Desember ditutup pada level Rp 15.594 per dollar AS, menguat dibandingkan dengan penutupan perdagangan Rabu yang sebesar Rp 15.601 per dollar AS.
Inflasi
Perry menambahkan, kenaikan suku bunga juga sebagai langkah lanjutan untuk mengendalikan inflasi.
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada November sebesar 5,42 persen secara tahunan. Adapun inflasi kalender tahun berjalan Januari-November 2022 mencapai 4,82 persen.
Sementara itu, inflasi inti sampai dengan November 2022 sebesar 3,3 persen secara tahunan dan inflasi inti kalender tahun berjalan Januari-November 2022 sebesar 3,13 persen.
Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, mengatakan, instrumen operasi moneter valas yang baru dan kenaikan suku bunga acuan merupakan bauran kebijakan untuk bisa memperkuat stabilitas nilai tukar. Instrumen valas itu bisa dimanfaatkan untuk betul-betul menjaga stabilitas nilai tukar tanpa perlu membebani pemulihan ekonomi dengan kenaikan suku bunga yang tinggi.
Ke depan, Faisal memperkirakan, BI masih akan menaikkan suku bunga menjadi sebesar 5,75 persen. Ini merupakan upaya untuk mengembalikan inflasi ke sasaran, yakni 2-4 persen pada semester pertama 2023.
Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz, mengatakan, kenaikan suku bunga 25 basis poin ini menunjukkan penurunan agresivitas BI. Sebab, sebelumnya selama tiga bulan berturut-turut sejak September hingga November, BI menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin tiap bulannya.
Dengan estimasi pelemahan ekonomi global, kinerja ekspor bisa menurun sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi. Cadangan devisa juga bisa tergerus karena dollar AS masih terus menguat. Maka, diperlukan langkah untuk tetap menjaga stabilitas rupiah tanpa menahan laju pertumbuhan ekonomi yang masih dalam pemulihan.