Menteri Pertambangan dan Energi periode 1978-1983 dan 1983-1988 Subroto meninggal di Jakarta, Selasa (20/12/2022), pada usia 99 tahun. Menjelang akhir hayatnya, Subroto, yang juga Sekretaris Jenderal OPEC 1988-1994, masih rutin beraktivitas dan menyumbangkan berbagai pemikiran untuk kemajuan sektor energi di Indonesia.
Subroto meninggal di kediamannya di The Residences at Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa pukul 16.25. Pendiri dan Ketua Bimasena, sebuah perkumpulan masyarakat pertambangan dan energi, itu sebelumnya sakit dan dirawat di rumah sakit. Namun, dalam sepekan terakhir perawatan dilakukan di rumah hingga tutup usia.
Program Director Bimasena Fitri Passau saat dihubungi mengatakan, sebelum sakit, Subroto masih sangat aktif beraktivitas di Tim Energi Bimasena. ”Beliau memberi banyak pemikiran untuk perkembangan sektor energi. Beliau masih sangat memperhatikan kemajuan sektor energi,” katanya.
Pada Juli 2022, Subroto bersama Tim Energi Bimasena menerbitkan buku putih seputar energi nasional, yang disampaikan kepada para pemangku kepentingan. ”Pak Broto, walaupun berilmu, selalu rendah hati. Juga selalu bersemangat,” ujar Fitri.
Dikutip dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jenazah Subroto akan disemayamkan di Bimasena pada Selasa hingga Rabu (21/12/2022) pagi, untuk selanjutnya akan disemayamkan di Gedung Chairul Saleh Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM mulai pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Kemudian, jenazah akan dimakamkan di peristirahatan terakhir Taman Makam Pahlawan Kalibata pada hari yang sama pada pukul 15.30.
Subroto lahir di Solo, Jawa Tengah, 19 September 1923. Setelah lulus dari Akademi Militer di Yogyakarta pada 1948, ia menyelesaikan master of arts dari McGill University, Kanada, pada1956. Kemudian, ia memperoleh gelar doktor dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) tahun 1958. Ia juga menjadi Guru Besar Emeritas Fakultas Ekonomi UI.
Sebelum menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada 1971-1973 serta Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi pada 1973-1978. Ia juga bernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 1988-1994.
Di tingkat global, Subroto dikenal sebagai ”The Wise Minister Subroto from Indonesia”. Julukan itu diberikan atas kearifan serta visinya yang hati-hati dalam pengelolaan minyak di kalangan negara-negara OPEC. Ia juga meredam silang pendapat antarnegara OPEC kala menjabat sebagai presiden konferensi (1985) dan sekretaris jenderal pada tahun 1988-1994.
Atas sumbangsih luar biasa Subroto di sektor pertambangan dan energi, penghargaan tertinggi di sektor ESDM yang telah dianugerahkan mulai tahun 2017 juga mengusung namanya, yaitu Penghargaan Subroto. Penghargaan Subroto diberikan kepada para pemangku kepentingan yang telah menunjukkan kinerja terbaik dalam memajukan sektor ESDM di Indonesia.
Tidak terbatas pada sektor pertambangan dan energi, Subroto juga amat peduli pada persoalan bangsa. Salah satunya ialah kemiskinan yang masih membelenggu Indonesia.
”Kemiskinan adalah salah satu masalah besar bangsa. Kita masih melihat banyak anak yang tidak bersekolah, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan. Dulu saya berjuang, kini saya masih berjuang juga. Saat ini yang ada di dalam benak saya adalah bagaimana bangsa ini bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran,” kata Subroto (Kompas, 18 September 2013).
Dihubungi secara terpisah, Menteri ESDM 2014-2016 Sudirman Said mengatakan, Indonesia kehilangan tokoh nasional yang sangat berdedikasi pada ilmu pengetahuan, terutama sektor ekonomi dan energi. Subroto disebutnya sebagai orang yang tak pernah berhenti berpikir. Reputasinya sebagai Sekretaris Jenderal OPEC membuat Indonesia dihormati di forum energi dan migas di kancah global.
”Dalam pertemuan menteri energi di forum OPEC, mereka selalu menanyakan Prof Subroto. Mereka selalu ingat dasi kupu-kupu yang menjadi ciri khas penampilannya. Indonesia kehilangan negarawan yang hingga akhir hayatnya terus menyumbang gagasan untuk kemajuan ekonomi dan energi Indonesia,” tuturnya.