Perbedaan harga antara beras hasil impor dan rata-rata harga di pasar berpotensi membuka celah spekulasi. Pemerintah perlu mengantisipasi aksil ambil untung agar penyaluran tepat dan target meredam harga bisa tercapai.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Suasana bongkar muat beras impor dari Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022). Pemerintah mengimpor 500.000 ton beras dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar yang ditargetkan masuk secara bertahap hingga Februari 2023.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dan Perum Bulog dinilai perlu mengawasi secara ketat penyaluran beras impor. Disparitas harga berpotensi dimanfaatkan oleh spekulan untuk mengambil untung. Aksi ambil untung dikhawatirkan membuat target meredam harga tak tercapai.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, beras impor akan dijual Rp 8.300 per kilogram (kg) di tingkat gudang. ”Kami bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan akan mengawasi agar beras ini dijual dengan skema harga beras medium (meski kualitasnya premium),” katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (20/12/2022).
Per Selasa kemarin, beras impor yang telah tiba di Indonesia sekitar 24.000 ton. Beras itu merupakan bagian dari total impor 200.000 ton dari Thailand (130.000 ton), Vietnam (60.000 ton), dan Pakistan (10.000 ton) yang ditargetkan terealisasi hingga akhir 2022.
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2022 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras, apabila bersumber dari dalam negeri, kualitas beras dengan harga Rp 8.300 per kg meliputi kadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, kadar menir maksimal 2 persen, serta derajat sosoh minimal 95 persen. Adapun kadar patah beras yang diimpor tersebut berkisar 5 persen.
Sementara menurut Peraturan Menteri Perdagangan No 57/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras, spesifikasi beras medium terdiri dari derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air maksimal 14 persen, dan butir patah maksimal 25 persen. HET beras medium ditetapkan Rp 9.450 per kg hingga Rp 10.250 per kg bergantung wilayahnya. Di sisi lain, spesifikasi beras premium terdiri dari derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air maksimal 14 persen, dan butir patah maksimal 15 persen. Rentang HET beras premium Rp 12.800 per kg-Rp 13.600 per kg.
Sementara itu, harga rata-rata beras medium di pasar tradisional, menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, per Selasa (20/12), berkisar Rp 12.350 per kg-Rp 12.550 per kg.
Anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bayu Krisnamurthi, menilai, dengan adanya selisih harga, ada pihak-pihak yang berpotensi membeli beras impor dan menjualnya kembali dengan harga premium. Bulog mesti memiliki strategi penyaluran yang tepat berdasarkan pergerakan harga berbasis wilayah serta jenis beras yang memicu inflasi.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigadir Jenderal (Pol) Whisnu Hermawan Februanto mengatakan, Satgas Pangan memantau penyaluran cadangan beras pemerintah agar tepat sasaran untuk kepentingan kelompok penerima manfaat serta program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga.
Pihaknya akan menyelidiki penimbunan, penahanan atau pengurangan distribusi, penetapan harga di luar ketentuan, serta tindakan lain yang mengganggu keamanan ketersediaan pasokan, distribusi, dan stabilitas harga.
Sementara itu, Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid mengatakan, pedagang beras berkomitmen untuk menjual beras impor yang digelontorkan Bulog dengan ketentuan yang mengacu pada HET beras medium. Meskipun demikian, perlu adanya pengawasan harga penjualan di tingkat pedagang setelah pasar induk.
Hingga saat ini, kata Zulkifli, beras impor dari Bulog belum ada di PIBC. Dia berharap Bulog segera menggelontorkan beras tersebut ke pasar induk untuk memenuhi permintaan menjelang Natal-Tahun Baru yang diperkirakan meningkat sekitar 30 persen dibandingkan dengan bulan tanpa hari keagamaan besar nasional.
Per Selasa (20/12), stok beras yang dikelola Bulog mencapai 407.000 ton dengan CBP sekitar 193.000 ton dan beras komersial 214.000 ton. Realisasi pengadaan secara menyeluruh mencapai 999.400 ton, sedangkan penyaluran operasi pasar CBP sekitar 1,19 juta ton.