Bidik Peluang Kerja di Malaysia, Jatim Bakal Siapkan Ribuan Tenaga Terampil
Sebagai kantong pekerja migran, Jawa Timur bersiap mencetak calon pekerja terampil dan tersertifikasi untuk mengisi peluang sekaligus meningkatkan daya saingnya di kancah dunia.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Peluang kerja di luar negeri diprediksi masih tinggi di tengah ancaman krisis global tahun depan. Salah satunya Malaysia yang memerlukan puluhan ribu tenaga kerja di sektor konstruksi. Sebagai kantong pekerja migran, Jawa Timur bersiap mencetak calon pekerja terampil dan tersertifikasi untuk mengisi peluang sekaligus meningkatkan daya saingnya di kancah dunia.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menjalin kesepakatan dengan sejumlah pengusaha di Malaysia saat mereka menggelar misi dagang dan investasi pada 19-21 Desember 2022.
”Selain kerja sama di sektor perdagangan, Kadin Jatim juga berhasil memperkuat kerja sama di bidang ketenagakerjaan dan pariwisata,” ujar Adik, Rabu (21/12/2022).
Di bidang ketenagakerjaan, lanjut Adik, saat ini Malaysia memerlukan skill worker atau tenaga terampil di sektor konstruksi sekitar 21.000 orang. Malaysia merupakan salah satu negara tujuan penempatan pekerja migran Indonesia. Bahkan, banyak pekerja migran asal Jatim yang bekerja di negeri jiran tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan pekerja terampil tersebut, Kadin Institute akan menyiapkan tenaga kerjanya. Mereka akan dilatih terlebih dahulu sesuai dengan bidang keahlian yang diperlukan. Setelah itu, pekerja akan mendapat sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Adik menambahkan, pihaknya selama ini memang gencar berupaya meningkatan kualitas sumber daya manusia, baik pelaku usaha maupun tenaga kerja, melalui program pelatihan tersertifikasi.
Kondisi ini sedikit demi sedikit harus diubah. Yang pekerja terampil ini harus ditingkatkan agar tenaga kerja kita dihargai di negeri orang.
Menurut dia, mayoritas pekerja migran yang dikirim ke Malaysia bekerja di sektor domestik sebagai asisten rumah tangga (ART). Mereka menerima gaji rata-rata Rp 4 juta per bulan yang disesuaikan dengan besaran upah minimum di negeri tersebut.
”Kondisi ini sedikit demi sedikit harus diubah. Yang pekerja terampil ini harus ditingkatkan agar tenaga kerja kita dihargai di negeri orang,” kata Adik.
Surplus perdagangan
Selain memperkuat kerja sama di bidang ketenagakerjaan, misi dagang juga menjadi upaya untuk memperluas pasar industri sekaligus mendorong pertumbuhan sektor perdagangan Jatim. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Malaysia merupakan salah satu mitra dagang potensial.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor ke Malaysia pada tahun ini, dari Januari hingga November, mencapai sekitar 1,708 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Nilai ekspor itu naik sekitar 20,44 persen dibandingkan dengan tahun lalu, di mana pada periode yang sama hanya 1,418 miliar dollar AS.
”Kami berharap setelah misi dagang ini bisa terus berkolaborasi dan menjajaki berbagai komoditas unggulan dari Jatim,” kata Khofifah.
Selama misi dagang tersebut, para pelaku usaha Jatim berhasil mencatatkan komitmen transaksi sementara sebesar Rp 48,68 miliar. Transaksi tersebut berasal dari sejumlah komoditas utama, seperti rempah-rempah, garmen, kopi, kerupuk, sambel olahan, popcorn, mi kering, dan multiproduk. Permintaan yang cukup banyak salah satunya Batik Gedog Tuban.
Khofifah menegaskan, misi dagang di Malaysia memiliki nilai yang sangat strategis. Salah satunya mendorong nilai ekspor nonmigas Jatim ke negeri jiran yang kini mencapai 1.599,43 juta dollar AS. Angka tersebut naik 25,40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, ekspor nonmigas berkontribusi signifikan terhadap PDRB Jatim. Adapun PDRB Jatim berkontribusi sebesar 14,36 persen terhadap nasional. Menurut Khofifah, sektor industri, perdagangan, dan pertanian Jatim turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemprov Jatim, lanjut dia, terus berupaya mendorong perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri, seperti antarprovinsi, untuk mendongkrak kinerja ekonominya. Sebelumnya, Pemprov Jatim menggelar misi dagang dengan Arab Saudi. Setelah dari Malaysia, ada rencana menggelar misi serupa di Jepang dan China.
”Kami punya kawasan yang menghasilkan oksigen terbaik di dunia yang layak dikunjungi,” ucap Khofifah.
Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono mengatakan, angka perdagangan Indonesia-Malaysia tahun 2021 mencapai 21 miliar dollar AS. Angka tersebut berpotensi naik 36 persen tahun ini. Alasannya, hingga akhir Oktober 2022, nilai perdagangan sudah mencapai angka 23 miliar dollar AS.
”Saya setuju dengan Ibu Khofifah. Kita memang tak boleh berdiam dan harus terus bergerak,” ucap Hermono.
Di mata pengusaha Malaysia, lanjut Hermono, Jatim merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup progresif. Itu tidak hanya ditunjang tingginya potensi investasi. Sektor wisata di Jatim juga mendapat perhatian tersendiri bagi pemerintah dan pengusaha Malaysia.