Situs Catat Aku dikembangkan untuk akuntabilitas dan mitigasi proses dan hasil negosiasi perjanjian perdagangan dan ekonomi komprehensif. Adapun e-katalog Rasa Indonesia dicipta untuk mengembangkan ekspor pangan olahan.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Suasana pameran industri makanan dan minuman Salon International de L'alimentation (Sial Interfood 2022) di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (9/11/2022). Pameran yang akan berlangsung hingga Sabtu (12/11/2022) ini diikuti oleh 750 perusahaan bidang makanan dan minuman dari 27 negara.
Diplomasi perdagangan tak hanya tentang wicara dan pakta, tetapi juga rasa. Tak hanya sekadar duduk di meja perundingan, melainkan juga menggarap indra. Makna itulah yang melahirkan Catat Aku dan Rasa Indonesia.
Catat Aku merupakan situs arsip digital yang berisi tentang catatan akuntabilitas perkembangan dan pertimbangan posisi dalam perumusan perjanjian perdagangan internasional. Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan situs ini pada 16 Desember 2022.
Dokumen yang pertama kali disimpan dalam situs itu adalah perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab (IUAE CEPA). Selain itu, tersimpan juga rangkuman diskusi dan materi yang digunakan para pihak dalam sejumlah perundingan internasional. Misalnya, perundingan Indonesia-Australia CEPA, Indonesia-Korea CEPA, dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Kepala Brio Advokasi Perdagangan (Rovodag) Nugraheni Prasetya Hastuti mengatakan, catatan akuntabilitas tidak hanya dapat merekam perkembangan posisi runding Indonesia, tapi juga kondisi yang melatarbelakanginya. Salah satunya adalah peraturan perundangundangan yang berlaku dan dirujuk menjadi basis posisi Indonesia dalam perundungan saat itu.
Catatan akuntabilitas itu diharapkan dapat menjembatani pemahaman para perunding mengingat mereka nantinya akan bertanggung jawab pada tahap implementasi. Selanjutnya, upaya itu diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan berbagai perjanjian perdagangan.
Catat Aku merupakan situs arsip digital yang berisi tentang catatan akuntabilitas perkembangan dan pertimbangan posisi dalam perumusan perjanjian perdagangan internasional.
Selain untuk kebutuhan implementasi, lanjut Nugraheni, informasi dalam catatan akuntabilitas diharapkan dapat memberi rujukan pemahaman dalam penyusunan posisi runding perjanjian perdagangan internasional berikutnya.
"Jika terjadi sengketa atas berbagai komitmen dan ketentuan yang diatur dalam perjanjian, informasi dalam catatan akuntabilitas juga dapat memperkaya pembelaan dengan memberikan gambaran komprehensif kehendak para pihak terhadap suatu komitmen," ujarnya melalui siaran pers di Jakarta.
Kemendag juga berupaya memitigasi kesesuaian kesepakatan-kesepakatan dalam perjanjian itu agar tak menimbulkan sengketa dagang dengan membuat petunjuk teknis. Petunjuk teknis itu diharapkan dapat membantu para pemrakarsa rancangan kebijakan dan tim uji kesesuaian dalam menguji kesesuaian rancangan kebijakan itu terhadap komitmen Indonesia pada perjanjian perdagangan internasional.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) Rahmat Maulana Sidik, Senin (19/12/2022), berpendapat, peluncuran situs itu merupakan terobosan baru pemerintah membangun akuntabilitas di sektor perundingan perdagangan internasional. Di sisi lain, pemerintah perlu mengembangkan pula keterbukaan akses terhadap situs itu agar bermanfaat juga bagi pelaku usaha dan masyarakat sipil.
“Selama ini, masyarakat sipil kesulitan mengakses proses dan hasil perundingan kerja sama perdagangan atau kemitraan ekonomi komprehensif. Kalaupun bisa mendapatkan informasi itu, aksesnya justru banyak diperoleh dari negara lain,” kata Maulana ketika dihubungi di Jakarta.
Selama ini, masyarakat sipil kesulitan mengakses proses dan hasil perundingan kerja sama perdagangan atau kemitraan ekonomi komprehensif.
Aksi massa Koalisi Masyarakat Sipil untuk Keadilan Ekonomi di depan Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Maulana juga mengungkapkan, pemerintah jarang sekali melibatkan lembaga masyarakat sipil dalam perundingan perjanjian internasional. Selama ini yang banyak dilibatkan justru dari kalangan pengusaha atau industri.
“Permintaan audiensi untuk membahas perjanjian internasional juga kerap kali tidak direspons. Hal itu membuat masyarakat tidak memiliki ruang untuk berdialog dan atau memberi masukan,” katanya.
Rasa Indonesia
Tak hanya Catat Aku, Kemendag juga meluncurkan e-katalog restoran dan toko ritel produk-produk Indonesia di negara lain, bernama Rasa Indonesia. Langkah itu dalam rangka membangun diplomasi perdagangan berbasis karya dan rasa Nusantara.
Situs Rasa Indonesia ini menghimpun data, lokasi, dan keterangan detail terkait rumah makan dan toko ritel produk Indonesia di mancanegara. Situs tersebut memfasilitasi para pengusaha, termasuk diaspora RI di sejumlah negara, untuk mendaftarkan rumah makan dan tokonya.
Situs Rasa Indonesia ini menghimpun data, lokasi, dan keterangan detail terkait rumah makan dan toko ritel produk Indonesia di mancanegara.
Hingga saat ini, Rasa Indonesia baru memuat rumah makan dan toko ritel Indonesia di Taiwan. Kemendag akan terus mengembangkannya dengan memanfaatkan jaringan perwakilan perdagangan Indonesia di dunia.
Sekretaris Jenderal Kemendag Suhanto menuturkan, Rasa Indonesia diluncurkan seiring dengan meningkatkan permintaan produk pangan Indonesia di mancanegara. Melalui situs itu, Indonesia dapat terus mempromosikan kualitas dan cita rasa asli makanan dan minuman Indonesia pada konsumen global.
“Rasa Indonesia diharapkan dapat meningkatkan akses pasar dan kinerja ekspor makanan olahan melalui saluran rumah makan dan toko ritel yang menjual menu khas dan produk Indonesia di luar negeri. Rasa Indonesia juga diharapkan dapat meningkatkan standar dan mutu rumah makan serproduk pangan Indonesia,” tuturnya.
Berdasarkan data Kemendag, ekspor industri makanan dan minuman Indonesia pada Januari-Juni 2022, tumbuh 9 persen secara tahunan menjadi 21,3 miliar dollar AS. Pasar utama ekspor produk makanan olahan itu adalah Amerika Serikat, China, India, Vietnam, dan Belanda.
Produk-produknya antara lain bumbu siap saji, makanan kemasan, boga bahari beku, cemilan dalam kemasan, dan buah segar. Peningkatan ekspor produk-produk itu tidak hanya berkat penetrasi pasar yang dilakukan pengusaha nasional, tetapi juga peran diaspora Indonesia.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan, pemerintah terus mendorong kolaborasi perluasan pasar ekspor produk-produk usaha kecil menengah (UKM). Salah satunya bekerja sama dengan diaspora Indonesia yang menjafi agregator produk-produk tersebut.
“Kami mencoba memperluas pasar ke Norwegia dengan bekerja sama dengan diaspora dan Trading Huouse Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Swiss. Kami juga bekerja sama dengan Swiss Import Promotion Programme (Sippo) untuk memetakan pembeli dan mencari menggali informasi pasar untuk produk-produk berbahan baku alami di pasar Eropa,” ujarnya melalui siaran pers.