Edukasi dan Perlindungan Konsumen soal Jasa Keuangan Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Dengan edukasi terus menerus, masyarakat bisa memanfaatkan jasa keuangan dengan memahami secara sadar cara kerja, manfaat, dan risikonya.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS- Upaya terus-menerus untuk mengedukasi masyarakat tentang jasa keuangan dan meningkatkan perlindungan konsumen diyakini bisa turut mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dengan masyarakat yang kian teredukasi dan terlindungi, penggunaan layanan jasa keuangan bisa kian meluas dan berkembang.
Demikian benang merah dalam Kuliah Umum “Sosialisasi dan Edukasi Perlindungan Konsumen” yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara hibrida di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (19/12/2022). Hadir sebagai pembicara Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, Rektor Unhas Jamaluddin Jompa, dan Deputi Komisioner Edukasi & Perlindungan Konsumen OJK Sardjito.
Mahendra menjelaskan, edukasi tentang cara kerja, manfaat, dan risiko jasa keuangan kepada masyarakat merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian. Pengetahuan akan layanan jasa keuangan bakal mendorong konsumen memanfaatkan layanan jasa keuangan dengan penuh kesadaran akan cara kerja, manfaat, dan risikonya.
Selain itu, lanjut Mahendra, yang juga tak kalah penting adalah adanya upaya perlindungan konsumen dalam layanan jasa keuangan. Perlindungan konsumen perlu terus ditegakkan agar tercipta industri keuangan yang berintegritas dan terpercaya di mata masyarakat.
Baik edukasi dan perlindungan konsumen, menurut Mahendra, merupakan salah satu aspek yang harus terus ditingkatkan untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. “Keduanya ini bisa menstimulus dan meningkatkan peran jasa keuangan di masyarakat sehingga pada akhirnya bisa berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Mengutip Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dirilis OJK, indeks literasi keuangan pada posisi 49,68 persen, naik dibandingkan survei sebelumnya pada 2019 yang di level 38,03 persen. Adapun indeks inklusi keuangan 2022 mencapai 85,10 persen atau naik dibandingkan 2019 yang sebesar 76,19 persen.
Yang dimaksud literasi keuangan oleh OJK adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Adapun inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Investasi bodong
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, edukasi layanan jasa keuangan bisa mencegah masyarakat terhindar dari jebakan iming-iming kejahatan penipuan keuangan ataupun investasi bodong. Jamaluddin mengungkapkan, pada kisaran 1997-1999 ada kasus besar penipuan keuangan di Sulsel, yakni koperasi simpan pinjam (KSP) di daerah Pinrang. KSP ini menjanjikan imbal hasil puluhan persen, namun uang nasabah tak pernah kembali.
Ia berharap kasus pahit di masa silam itu tak perlu lagi harus terjadi di masa kini dan mendatang. Harapannya, lanjut Jamaluddin, generasi muda sekarang bisa lebih melek keuangan sehingga bisa membedakan investasi yang bodong dengan yang benar.
“Kita lihat masyarakat Bugis ini punya potensi besar wirausaha dan selalu gemar mencari peluang keuntungan usaha. Jangan sampai mereka ini jadi terjerumus penipuan dan investasi yang ilegal semacam ini. Maka, perlu edukasi terus menerus,” kata Jamaluddin.
Ditambahkan oleh Sardjito, ada dua hal yang perlu diperhatikan masyarakat agar bisa terhindar dari jeratan penipuan ataupun investasi bodong, yakni memperhatikan aspek legal dan logis. Masyarakat perlu terlebih dahulu mengecek legalitas entitas usaha tersebut apakah sudah resmi, tercatat, dan berizin OJK dan regulator lainnya, atau tidak.
Selain itu, nasabah harus mencerna tawarannya apakah imbal hasil dan cara kerjanya logis masuk akal atau tidak. Investasi bodong selalu menawarkan iming-iming imbal hasil besar dan tanpa risiko, sehingga terlalu baik untuk jadi kenyataan.