Kolaborasi Telkomsel-Jejakin Tekan Emisi Karbon lewat Penanaman Mangrove
Pelanggan Telkomsel dapat berkontribusi menekan emisi karbon dengan cara menukarkan Telkomsel Poin yang dimilikinya.
Oleh
Axel Joshua Halomoan Raja Harianja
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mengurangi emisi karbon tidak bisa hanya dilakukan satu pihak sehingga diperlukan kolaborasi agar hal tersebut dapat melibatkan banyak orang. Upaya ini dilakukan operator telekomunikasi seluler PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel, yang menjalin kerja sama dengan platform Jejakin.
Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono mengatakan, kolaborasi tersebut dinamai Program Carbon Offset yang merupakan bagian dari aksi corporate social responsibility (CSR) bertajuk Telkomsel Jaga Bumi. Selain mengurangi emisi karbon, kolaborasi ini juga diharapkan mendorong masyarakat untuk turut serta berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui penanaman mangrove.
Jejakin merupakan perusahaan teknologi yang fokus terhadap masalah perubahan iklim di bidang penanaman pohon, menganalisis dampak, melindungi keanekaragaman hayati, dan mengimbangi emisi karbon.
”Melalui program yang berkolaborasi bersama platform Jejakin, pelanggan Telkomsel dapat menukarkan Telkomsel Poin yang dimiliki menjadi kontribusi yang setara dengan sebatang pohon untuk mengimbangi jejak karbon yang timbul sebagai konsekuensi dari aktivitas keseharian manusia,” kata Saki di Taman Wisata Alam Mangrove, Angke Kapuk, Jakarta Utara, Rabu (14/12/2022).
Saki menjelaskan, berdasarkan Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021, Indonesia menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 1,86 miliar ton karbon dioksida (CO2e) pada tahun 2019. Dari jumlah tersebut, sektor industri berkontribusi 3,12 persen emisi dari proses produksi dan 9,63 persen emisi dari penggunaan energi.
”Hal tersebut menunjukkan perlu upaya bersama dari seluruh elemen, termasuk pelaku industri dalam memastikan adanya kolaborasi mengimbangi, bahkan mengurangi dampak negatif dari emisi yang ditimbulkan,” ucap Saki.
Dalam acara yang sama, General Manager Corporate Social Responsibility Telkomsel Andry Priyo Santoso menjelaskan, pelanggan dapat mengakses halaman kampanye Telkomsel Jaga Bumi dari situs telkomsel.com atau melalui banner Carbon Offset pada menu utama aplikasi MyTelkomsel.
Selain dapat membaca penjelasan tentang Carbon Offset, pelanggan pun dapat melakukan perhitungan jejak karbon rata-rata per harinya menggunakan kalkulator Jejakin, yang menggunakan referensi standar World Agroforestry Centre. Setelah memasukkan jumlah rerata pemakaian telepon genggam, laptop, AC, TV, mobil, dan motor per hari pelanggan, halaman berikutnya akan menampilkan jumlah total jejak karbon pelanggan serta jumlah pohon yang perlu ditanam untuk mengimbanginya.
Pelanggan, kata Andry, bisa berkontribusi dalam bentuk poin yang setara dengan sejumlah pohon, yakni 50 poin setara dengan 0,1 pohon atau 2,93 kg CO2. Setelah hasilnya diketahui, Telkomsel dan Jejakin akan menanamkan pohon mangrove tersebut setiap kuartal atau tiga bulan.
”Program ini coba mengedukasi pelanggan sebagai channel baru mereka untuk me-redeem poinnya. Sekarang ini karena masih fase awal, kita bikin dua parameter redeem poin, yang pertama 50 poin yang kedua adalah 500 poin yang bisa mereka redeem untuk berkontribusi dalam penanaman pohon mangrove,” ujar Andry.
Sementara itu, Chief Executive officer & Founder Jejakin, Arfan Arlanda, mengatakan, angka emisi gas rumah harus ditekan untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia. Komitmen untuk melakukan transisi energi menuju emisi nol karbon telah disampaikan pemerintah Indonesia sejak tahun lalu.
Komitmen itu ditegaskan dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP 26) yang tertuang dalam Intended Nationally Determined Contribution (INDC). Awalnya, Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Target itu kemudian direvisi menjadi lebih tinggi, yaitu sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030. Indonesia juga mempercepat target nol emisi karbon atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
”(Target) Ini sudah pasti tidak akan di-achieved hanya dengan effort dari pemerintah saja. Jadi memang secara kolektif semua pihak dari koperasi, swasta, NGO (lembaga swadaya masyarakat), bahkan individu, harus sama-sama kontribusi,” kata Arfan.
Arfan menyampaikan, Indonesia memiliki hutan mangrove dengan luas sekitar 4 juta hektar. Tanaman mangrove juga mampu menyerap karbon lebih banyak ketimbang tumbuhan lainnya. Lewat program Carbon Offset, Sebanyak 13.800 pohon mangrove ditargetkan dapat ditanam hingga akhir tahun 2022. Adapun penanaman dilakukan di sembilan titik yang tersebar di Bali, Kalimantan Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah.
Ia menambahkan, kolaborasi dengan Telkomsel ini tidak sekadar mengajak masyarakat untuk terlibat dalam penanaman mangrove, melainkan juga mendorong mereka agar mengetahui dampak emisi karbon yang dihasilkan dari kesehariannya.
”Ini sangat penting karena kita nanam ribuan pohon, ratusan ribu pohon, tapi enggak bisa mengukur dampaknya, susah juga. Makanya kita melibatkan kontribusi dari masyarakat,” tutur Arfan.