Digitalisasi dan Literasi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Syariah
Lima pilar strategis pengembangan UMKM syariah meliputi perdagangan elektronik, digitalisasi, peningkatan kapasitas, kemitraan, serta pembiayaan dan inkubasi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·6 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Suasana Bandung Muslim Life Fair 2022 di Bandung Convention Center, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (9/12/2022). Pameran yang berlangsung 9-11 Desember 2022 itu diikuti 230 eksibitor dari 150 jenama (brand). Sebanyak 59 jenama di antaranya berasal dari Jawa Barat dan 85 jenama dari luar Jawa Barat.
Ekosistem ekonomi syariah terus tumbuh dan berkembang, salah satunya ditopang teknologi digital. Pada sektor bisnis dan kewirausahaan usaha mikro, kecil, dan menengah, misalnya. Pasar kini lebih mudah dijangkau lewat promosi dan penjualan daring. Pada akhirnya, ekosistem ekonomi syariah yang terus berkembang diharapkan menegaskan posisi Indonesia di mata dunia.
Ahmad Mulyana (31) bersemangat saat para pengunjung mulai tiba di Bandung Muslim Life Fair di Bandung Convention Centre, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (9/12/2022) pagi. Di area pameran fashion, gerai Ammar Kids milik Ahmad menjajakan sejumlah pakaian muslim untuk anak. Ia pun menjawab setiap pertanyaan dari pengunjung terkait produknya.
Menurut Ahmad, pameran besar seperti Bandung Muslim Life Fair menjadi kesempatan baik untuk mengenalkan produk lebih luas hingga menjalin silaturahmi. Namun, untuk penjualan harian, yang diandalkan selama ini jual-beli secara daring di sejumlah lokapasar (marketplace) hingga media sosial. Menjelang Idul Fitri ialah masa dengan penjualan meningkat signifikan.
”Sejak mulai usaha, sekitar 10 tahun lalu, memang hanya mengandalkan online (daring) karena cukup banyak yang menjadi reseller. Jadi, yang disasar memang pasar online. Kini, perkembangan fashion anak di online juga berkembang pesat. Mau enggak mau, kami terus dituntut untuk inovasi agar tidak ketinggalan,” kata Ahmad.
Ahmad mengatakan, sejumlah keuntungan yang didapat dari penjualan pakaian muslim secara daring ialah tidak memerlukan store (toko). Promosi, terbilang sangat efektif mengingat pengguna internet Indonesia ialah salah satu terbesar di dunia. Diakuinya, calon pembeli tak bisa menyentuh atau mencoba langsung barang yang hendak dibeli. Karena itu, menjaga kepercayaan pembeli ialah hal utama.
Sekitar 10 meter dari stan Ammar Kids terdapat stan Maskana Kids yang memproduksi dan menjual buku cerita anak Islami. Berdiri sejak 2015, Maskana Kids juga fokus dengan distribusi secara daring, dengan porsi sekitar 80 persen. Penjualan luring praktis hanya dilakukan di pameran-pameran, termasuk di Bandung Muslim Life Fair.
”Saat ini semakin terasa kalau penjualan online lebih cepat dan mudah. Perkembangannya pun begitu cepat. Bahkan, sekarang bukan lagi di marketplace, tetapi media sosial yang juga menyediakan layanan penjualan yang hasilnya menjanjikan, misalnya Tiktok Shop. Di sisi lain, persaingan memang menjadi lebih ketat,” kata Supervisor Makana Kids Reza Pratama (30).
Dalam hal promosi, berbagai media, termasuk video, juga dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk menarik minat calon pembeli. ”Kami pikirkan matang dalam hal penyampaian konten (terkait buku). Dalam buku-buku Islam untuk anak ini, kan, banyak value (nilai) di dalamnya. Kami sampaikan di situ lewat video dan lainnya, termasuk di Instagram,” lanjutnya.
Ammar Kids dan Maskana Kids hanya dua dari sekitar 150 jenama yang ambil bagian dalam Bandung Muslim Life Fair yang berlangsung 9-11 Desember 2022. Selain bazar produk Muslim dan kuliner halal, acara itu juga diramaikan sejumlah agenda lain, mulai dari bincang santai hingga kegiatan komunitas.
Sebelum di Bandung, Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI), penyelenggara acara, juga menggelar kegiatan serupa, yakni di Jakarta, Yogyakarta, dan BSD Tangerang Selatan. Ketua Umum KPMI Rachmat Sutarnas Marpaung menuturkan, acara itu menjadi wadah mengembangkan jejaring usaha, yang juga akan mendukung misi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan produk syariah.
Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) Putu Rahwidhiyasa mengemukakan, e-dagang (e-commerce) dan digitalisasi menjadi dua dari lima pilar strategis dalam pengembangan UMKM syariah. Tiga lainnya adalah peningkatan kapasitas, kemitraan, serta pembiayaan dan inkubasi.
Menurut dia, makna digitalisasi sebenarnya luas. ”Namun, yang utama kami dorong sederhana saja. Bagaimana UMKM ini mencatat mulai dari pembelian barang (bahan baku), inventori, produksi, hingga menjual. Itu menjadi tahapan penting untuk digitalisasi. Selanjutnya, pemasaran seperti lewat media sosial sudah baik dan sangat berkembang," kata Putu.
KNEKS, imbuh Putu, juga menjalin kerja sama dengan Zahir, yang merupakan perangkat lunak akuntansi. Kerja sama itu guna membantu pencatatan UMKM. Dengan demikian, pengembangan UMKM produk-produk Muslim dapat terus ditingkatkan. Terlebih, selama ini UMKM ialah salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Upaya lain dari akselerasi pengembangan UMKM oleh KNEKS adalah melalui securities crowd funding (SCF) syariah atau urun dana untuk alternatif pendanaan. SCF merupakan jenis teknologi finansial (financial techonogy/fintech) berupa penerbitan saham atau sukuk. Dengan menerbitkan saham atau sukuk itu, UMKM mendapat modal untuk usahanya.
”SCF syariah ini sudah berjalan. Pada 2022 nilainya mencapai hampir Rp 150 miliar, melebihi target Rp 100 miliar. Bagi koorporasi, nominal itu mungkin kecil, tetapi buat UMKM, itu besar,” ujar Putu.
Di samping itu, digitalisasi terkait pendataan juga diharapkan mendukung ekspor produk halal Indonesia. Apalagi, saat ini sudah ada kodifikasi halal 952, yang artinya produk yang hendak diekspor sudah bersertifikasi halal. Dengan semakin banyak produk halal asal Indonesia yang tersertifikasi dan diakui dunia, target menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen produk halal dunia pada 2024 diharapkan kian dekat untuk diwujudkan.
Upaya-upaya tersebut juga untuk mempertegas posisi Indonesia terkait ekonomi berbasis Islam di tingkat global yang saat ini menggunakan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report. Dalam SGIE Report 2022, Indonesia menempati posisi ke-4 setelah Malaysia (1), Arab Saudi (2), dan Uni Emirat Arab (3).
Ada enam sektor dalam penghitungannya, yakni Islamic Finance, Halal Food, Muslim-Friendly Travel, Modest Fashion, Pharma & Cosmetics, serta Media and Recreation. Pada enam sektor itu, hanya dua sektor di mana Indonesia masuk tiga besar, yakni pada Halal Food (peringkat ke-2, di bawah Malaysia) dan Modest Fashion (peringkat ke-3, di bawah UEA dan Turki).
Putu menuturkan, terus diupayakan agar peringkat Indonesia lebih baik pada laporan tahun-tahun berikutnya. ”Itu yang ingin kami sasar untuk meningkat. Tidak semata meningkat pada peringkatnya, tetapi ekonomi riilnya juga mengarah ke sana.”
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Sejumlah pekerja mengemas kue kering di pabrik J&C Cookies, Cibeunying, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/12/2022). Sempat terdampak pandemi Covid-19, industri kue produksi rumahan kini mulai kembali bergeliat. Penjualan daring juga ditingkatkan.
Sementara itu, fintech syariah juga terus berkembang. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagaimana dipaparkan dalam media gathering dengan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), di Bandung, Kamis (8/12/2022) malam, total pembiayaan yang disalurkan peer to peer (P2P) lending syariah mencapai Rp 5,16 triliun. Adapun total dana dihimpun SCF syariah mencapai Rp 37,41 miliar dari 122.199 investor.
Ketua Umum AFSI Ronald Yusuf Wijaya mengatakan, fintech syariah memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Terlebih, Indonesia ialah negara dengan jumlah penganut Islam terbesar di dunia. Di sisi lain, literasi keuangan syariah kepada masyarakat juga perlu terus dipacu.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat mengemukakan, fintech syariah, bagian dari digitalisasi, berperan besar dalam menguatkan rantai nilai halal (halal value chain), misalnya dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur kawasan industri halal dan modal usaha pelaku bisnis di dalamnya.
”Fintech juga dapat berkontribusi dalam pembiayaan berbasis ekspor serta pembiayaan infrastruktur, seperti di bidang logistik dan transportasi, untuk kebutuhan para pengusaha. Dengan adanya integrasi antara industri halal dan keuangan syariah, sektor keuangan syariah dapat menyediakan fasilitas dan pembiayaan UMKM industri halal, kluster industri halal daerah, serta pembukaan para baru tujuan ekspor produk halal Indonesia,” ujar Emir.