Pembuangan makanan menjadi permasalahan serius di seluruh negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, menurut hasil penelitian Bapanas, sampah makanan yang dihasilkan per kapita sebanyak 150 kilogram per tahun.
Oleh
Velicia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia atau Hippindo bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional untuk penanganan sampah makanan di Indonesia. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman tentang Gerakan Pencegahan Food Waste dalam Rangka Kewaspadaan Pangan dan Gizi, Jumat (9/12/2022) malam, di Jakarta.
“Nota kesepahaman ini ada karena kami memandang hal ini (sampah makanan) adalah permasalahan penting. Sesuai instruksi presiden, peduli terhadap masalah sampah makanan menjadi suatu keharusan bagi semua asosiasi, untuk saling berkomitmen membantu pemerintah,” kata Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah.
Dalam peluncuran Gerakan Pencegahan Food Waste Dalam Rangka Kewaspadaan Pangan dan Gizi tersebut, sebagai wujud komitmen membenahi masalah sampah makanan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menginisiasi dan meluncurkan tiga mobil logistik dan satu truk makanan, untuk penyaluran pangan yang berpotensi menjadi food waste.
Pembuangan makanan menjadi permasalahan serius di seluruh negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, menurut hasil penelitian Bapanas, sampah makanan yang dihasilkan per kapita sebanyak 150 kilogram per tahun.
“Bisa dihitung berapa banyaknya food waste jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia. Dari total tersebut, lumayan banyak jika dikonversi ke rupiah, triliunan nominalnya,” ujar Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwignyo dalam acara yang sama.
Berdasar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2021), potensi sampah yang dihasilkan dari makanan yang terbuang sebelum diolah (food loss) dan sampah makanan di Indonesia, pada tahun 2000-2019, mencapai 23 juta ton hingga 48 juta ton per tahun, atau setara dengan 115 kilogram hingga 184 kilogram per kapita per tahun.
“Ada berbagai macam pola pengolahannya dari para pegiat sampah makanan. Ada sampah makanan yang perlu diolah, ada yang tidak laku dijual, tapi masih layak makan. Beda-beda pengolahannya. Kami bersama pegiat sedang mencoba sinkronisasi berbagai model, sehingga menjadi praktis untuk teman-teman di wilayah lain,” kata Nyoto.
Dia berharap, di tahun 2023 program ini dapat memberi kontribusi yang cukup baik dalam pengurangan food waste di Indonesia. Ia juga mengingatkan jika permasalahan pengurangan sampah makananini merupakan tanggung jawab bersama.
Sebelumnya, menurut penelitian Barilla Center for Food & Nutrition, nilai indeks kehilangan dan kemubaziran pangan Indonesia masuk kategori buruk. Setiap tahun orang Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram dan masuk dalam peringkat tiga besar negara terburuk bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar mengatakan, perlu kampanye mengubah gaya hidup masyarakat untuk selalu menghabiskan makanan. KLHK telah mengeluarkan surat edaran kepada pemda untuk menggalakkan hidup minim sampah. Salah satu isinya adalah mengajak masyarakat makan tanpa sisa dan membuat kompos di rumah.