Kita mengenal kursi premium di pesawat, arena olahraga, dan pertunjukan musik. Kursi dengan harga mahal akan mendapatkan layanan lebih dan juga tempat yang nyaman.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
STEFANUS ATO
Dua pelanggan sedang makan di tempat di salah satu warung makan di Pasar Proyek, Bekasi Jaya, Kota Bekasi, pada Selasa (27/7/2021) siang. Pelaku usaha enggan menerapkan aturan makan di tempat selama 20 menit karena tak ingin mengganggu kenyamanan pelanggan.
Kursi bukan sembarang kursi. Di daerah Mediterania pada masa lalu, kursi lipat adalah perabot penting. Kursi lipat menandai peringkat status orang yang duduk berkait dengan upacara. Kursi juga digunakan sebagai barang yang dibawa hingga ke kubur orang-orang kaya. Kini dalam zaman modern pun kursi diperdagangkan demi sebuah kenyamanan. Ada saja tentang inovasi bisnis dalam memandang fungsi kursi.
Kita mengenal kursi premium di pesawat, arena olahraga, dan pertunjukan musik. Kursi dengan harga mahal akan mendapatkan layanan lebih dan juga tempat yang nyaman. Bagaimana ketika hal yang sama diterapkan dalam bisnis restoran? Mendapatkan kursi di restoran selama ini lebih banyak sekadar urusan reservasi yang bisa menjamin kita mendapatkan tempat saat datang.
Sampai beberapa tahun lalu, urusan pendapatan restoran di luar harga masih terpaku pada memaksimalkan kursi semata. Intinya bagaimana dengan ruang yang ada restoran bisa meningkatkan pendapatan, seperti pengaturan kursi, ukuran kursi, jumlah meja, dan lain-lain. Akan tetapi, tidak sampai pada mendapatkan penghasilan baru dari penempatan pelanggan pada kursi tertentu. Ada banyak elemen taktis dalam menjalankan bisnis restoran. Restaurant Revenue Management (RRM) adalah salah satunya. RRM dapat didefinisikan secara sederhana sebagai menjual kursi yang tepat, kepada pelanggan yang tepat, dengan harga yang tepat, dan untuk jangka waktu yang tepat.
Biaya operasional properti dan restoran secara keseluruhan terus meningkat menyebabkan mereka ingin memaksimalkan tempat duduk dan pergantian tamu. Dari keinginan ini muncullah ilmu untuk strategi tempat duduk restoran yang merupakan inti RRM. Meski sebenarnya pemilik restoran sudah diingatkan perlu memahami pengalaman yang diinginkan tamu dan profil pelanggan mereka untuk memaksimalkan potensi tempat duduk hingga bisa ditemukan pendapatan baru.
KRISTIAN OKA PRASETYADI
Suasana Rumah Makan Syully di Kawasan Wisata Kuliner Jalan Wakeke, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, pada Minggu (13/10/2019). Rumah makan yang berdiri pada 1980 itu kini dijalankan oleh pasangan Reno Pattiasina dengan Yenny Betsy Ngantung.
Reservasi di restoran yang sangat terkenal bisa membutuhkan waktu 3-6 bulan. Di Indonesia, kita bisa menemukan antrean sekitar dua minggu untuk mendapatkan kursi di sebuah restoran terkenal. Akan tetapi, kini mulai muncul pemesanan kursi di restoran yang lebih eksklusif. Para pelanggan harus membayar untuk kursi istimewa itu.
Secara internasional dengan diperkenalkannya Michelin Guide terbaru serta musim liburan yang semakin dekat, orang mulai ramai berkunjung ke restoran. Pandemi yang mulai mereda membuat orang ingin makan dan minum di luar rumah. Tak mengherankan bisnis pengantaran makan secara daring mulai turun. Orang butuh duduk dan mengobrol sambil makan.
Untuk mendapatkan reservasi di salah satu restoran top di sebuah kota, seloroh sebuah tulisan di The Streets of Toronto, sama mustahilnya dengan mendapatkan tiket prapenjualan dari pertunjukan Taylor Swift. Bahkan, jika Anda berhasil mendapatkannya, tidak ada jaminan bahwa Anda tidak akan duduk di bagian yang tidak nyaman di restoran, seperti di sebelah dapur, dekat kamar kecil, atau dekat jendela berangin.
Sebuah perusahaan yang berbasis di Toronto telah memulai platform yang memungkinkan pengunjung membeli tempat duduk premium pada waktu puncak di beberapa tempat makan malam di berbagai kota. Nama perusahaan itu Tablz. Di dalam platform, konsumen memilih kursi dan ruangan seharga 5 dollar AS hingga 100 dollar AS.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Suasana Restoran Carbon di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) untuk kuliner koming
Harga kursi bergantung pada kenaikan kenyamanan dan fasilitas. Semakin fasilitas dan kenyamanan meningkat, apakah mereka memilih kursi dengan pemandangan atau kursi yang jauh dari bar, harga semakin mahal. Untuk memastikan tempat dengan berbagai harga itu, konsumen bisa menilik langsung di platform dengan penampilan tiga dimensi. Orang dibawa ke kondisi riil tempat duduk dan ruangan.
Ide Tablz ini ternyata menarik banyak restoran lainnya untuk bergabung. Hingga sekarang sudah 2.500 meja dipesan. Kini mereka hendak melebarkan sayap dari Kanada ke Amerika Serikat. Kehadiran mereka menjadi penantang baru dalam aplikasi layanan pemesanan kursi yang selama ini sudah ada.
Langkah Tablz ini juga menarik investor. Setelah menyelesaikan uji cobanya, kini mereka telah menerima pendanaan putaran pertamanya. Mereka mendapat pendanaan sekitar 2,5 juta dollar AS dari investor asal New York. Investor ini berfokus pada dunia perhotelan. Mereka juga memasuki pendanaan ke industri restoran.
Di sisi lain, restoran juga memiliki pendapatan baru. Selama ini restoran lebih banyak mendapatkan penghasilan dari harga makanan. Salah satu pendapat menyebutkan, restoran sebenarnya adalah salah satu industri terakhir di dunia yang mengetahui manajemen pendapatan, yaitu pendapatan yang merupakan kombinasi dari tempat duduk premium dan penetapan harga yang dinamis. Teknologi digital membuat mereka bisa menaikturunkan harga makanan tertentu dan kursi pada jam-jam sibuk.
Pandemi telah mengubah semuanya. Orang melakukan perubahan saat pandemi sehingga memberikan keuntungan bagi mereka yang mampu melayani di tengah isolasi atau karantina. Rupanya, pandemi yang mulai mereda di satu sisi bisa kembali menekan pendapatan karena orang kembali ke kebiasaan normal. Namun, ada yang bisa memahami perubahan pelanggan dengan memilih makan di luar hingga mereka yang ingin mendapatkan kursi dengan kenyamanan lebih meski harus membayar.