Kuota Sudah Ditambah, Pertamina Yakin Stok BBM untuk Natal dan Tahun Baru Aman
Pertamina memproyeksikan penjualan BBM dan elpiji meningkat selama libur Natal dan Tahun Baru mendatang. Konsumsi elpiji diperkirakan naik 2,5 persen; pertalite naik 4,5 persen; dan pertamax naik 2,9 persen.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA
Pengendara sepeda motor mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Manahan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (18/12/2019). Pertamina memperkirakan kenaikan konsumsi BBM jenis gasoline, yaitu premium, pertalite, pertamax, dan pertamax turbo sebesar 15 persen pada masa libur Natal dan Tahun Baru di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) meyakini kebutuhan bahan bakar minyak atau BBM pada masa libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 bakal terpenuhi. Hal itu tak terlepas dari penambahan kuota pertalite dan biosolar oleh pemerintah per 1 Oktober 2022. Selain itu, dengan pembentukan satuan tugas, Pertamina memastikan kelancaran distribusi di akhir dan awal tahun.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menyampaikan hal itu dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (7/12/2022). Selain Alfian, hadir juga dalam rapat tersebut Direktur Utama PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi.
Alfian memaparkan, berdasarkan data publikasi Kementerian Perhubungan 2022, ada potensi pergerakan masyarakat selama libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, yakni sebanyak 60,64 juta orang. Itu mencakup 50,54 juta orang melalui darat; 7,74 juta orang melalui jalur udara atau pesawat; dan 2,07 juta orang menggunakan jalur laut atau kapal.
Pertamina pun memproyeksikan penjualan BBM dan elpiji meningkat selama masa libur Natal dan Tahun Baru. Pada sekor rumah tangga, elpiji diperkirakan ada kenaikan 2,5 persen dan kerosin 0,8 persen. Sementara pada transportasi, pertalite diperkirakan naik 4,5 persen, pertamax naik 2,9 persen, dan pertamax turbo naik 18 persen. Namun, biosolar diperkirakan menurun 5 persen.
Alfian pun memastikan stok BBM dan elpiji aman. Per 6 Desember 2022, ketahanan stok pertalite 16,92 hari; pertamax 42,14 hari; turbo 51,15 hari; solar 20,85 hari; dexlite 1,99 hari; dan dex 59,43 hari. Adapun ketahanan stok elpiji ialah 16,76 hari; kerosin 79,27 hari; dan avtur 30,32 hari.
Saat menjawab pertanyaan anggota Komisi VI, Alfian menjelaskan, alokasi dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH) Migas masih ada. ”Revisi kuota (BBM subsidi dan kompensasi) 2022 sudah ada. Dengan revisi itu, kebutuhan untuk solar JBT (jenis BBM tertentu) dan JBKP (pertalite) aman. Kami akan mengendalikan dan memprediksikan (peningkatan)-nya,” ujarnya.
Tahun ini, kuota biosolar dan pertalite yang disubsidi dan dikompensasi pemerintah nyaris jebol seiring meningkatnya konsumsi dua jenis BBM itu. Guna memastikan ketersediaan BBM bersubsidi, pemerintah resmi menambah kuota keduanya per 1 Oktober 2022. Pada pertalite, dari kuota awal 23,05 juta kiloliter ditambah 6,86 juta kiloliter. Sementara pada solar, dari kuota awal 15,10 juta kiloliter ditambah sebanyak 2,73 juta kiloliter.
Alfian menambahkan, pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan Kepala BPH Migas. Apabila ada lokasi yang kelebihan suplai, maka dimungkinkan untuk dipindah ke lokasi lainnya. Sementara terkait kelancaran distribusi BBM dan elpiji selama masa Natal dan Tahun Baru, Pertamina akan membentuk satuan tugas (satgas) pada 15 Desember 2022-8 Januari 2023.
Wakil Ketua Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Golkar M Sarmuji, saat membacakan simpulan rapat, mengatakan, ”Komisi VI DPR RI meminta PT Pertamina Patra Niaga dan PT Pertamina Internasional Shipping untuk mengantisipasi lonjakan arus orang dan barang, serta memastikan ketersediaan BBM dan elpiji selama (masa libur) Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, khususnya pada daerah yang merayakan Natal.”
KOMPAS/PRIYOMBODO
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite ke kendaraan pengemudi ojek daring di SPBU di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Senin (18/7/2022). Harga BBM nonsubsidi yang terus melambung sebagai akibat dari tingginya harga minyak mentah dunia berdampak pada beralihnya konsumen ke BB, subsidi.
Pembatasan
Selain terkait kesiapan menjelang Natal dan Tahun Baru, sejumlah anggota Komisi VI juga menanyakan perkembangan pembatasan pertalite, mengingat sebelumnya telah dilakukan registrasi pada program Subsidi Tepat MyPertamina. Dalam pendaftaran kendaraan itu, pelanggan diberi barcode yang akan dipindai saat hendak mengisi pertalite atau solar.
Alfian mengatakan, pembatasan belum dilakukan karena revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak belum tuntas. ”Kami menunggu revisi tersebut. Barcode akan terkoneksi apabila revisi perpres tersebut selesai dilakukan (oleh regulator),” ujarnya.
Menurut Alfian, revisi itu akan memuat aturan terkait mana kendaraan yang boleh diisi BBM bersubsidi dan mana yang tidak. Apabila perpres tersebut belum ada, sistem pembatasan dengan barcode itu belum sempurna atau belum utuh karena belum ada regulasi yang mengaturnya.
Anggota Komisi VI dari Fraksi Partai Nasdem, Rudi Hartono Bangun, berpendapat, pemberlakuan pembatasan itu nantinya harus bertahap. Perlu ada sosialisasi masif sebelum benar-benar diberlakukan. Pasalnya, tidak semua warga terbiasa menggunakan gawai.
”Sosialisasi dan publikasi harus masif sehingga warga-warga di desa perlahan bisa memahami. Sebab, ini tidak mudah. Kartu Prasejahtera yang sudah 15-20 tahun saja masih ada berpolemik karena ada (data) yang dimasukkan asal-asalan. Apalagi masalah ini,” ucap Rudi.