Indonesia-Swedia Pererat Kerja Sama Dagang dan Industri
Pada 2023, perekonomian Swedia diperkirakan tumbuh negatif 0,1 persen. Di sisi lain, proyeksi IMF menunjukkan, perekonomian Indonesia tumbuh melesat dari 3,7 persen pada 2021 menjadi 5,3 persen pada 2022.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah lembaga memprediksikan perekonomian global bakal melambat sepanjang 2023. Meskipun demikian, Swedia melihat Indonesia sebagai mitra yang dapat berjalan bersama di tengah tantangan ekonomi tersebut sehingga menjajaki sejumlah kerja sama untuk mendorong perindustrian nasional.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi dunia melambat dari 6 persen sepanjang 2021 ke 3,2 persen pada 2022. Pada tahun berikutnya, perekonomian global diperkirakan masih melambat ke 2,7 persen. Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh krisis biaya hidup, pengetatan keuangan, konflik Rusia-Ukraina, dan masih adanya pandemi Covid-19.
“Menghadapi gambaran perekonomian dunia yang gelap, kami membutuhkan teman seperti Indonesia. Saat ini, kita perlu memperkuat kerja sama. Indonesia dan Swedia memiliki nilai dasar yang sama, yakni berpegang pada multilateralisme,” kata Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN Marina Berg saat paparan pers di tengah acara Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) Week 2022 yang diadakan di Jakarta, Senin (5/12/2022).
Penguatan kerja sama itu tampak dari penandatanganan SISP Industry Alliance. Business Development Manager Hexagon Garth Yosua Febrian, Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper, Presiden Direktur SKF Indonesia Toto Suharto, dan Head of Delivery PIDI 4.0 Ahmad Cahyo Nugroho menandatangani kerja sama tersebut.
IMF memperkirakan, perekonomian Swedia tumbuh melambat dari 5,1 persen pada 2021 menjadi 2,6 persen. Pada 2023, perekonomian Swedia diperkirakan tumbuh negatif 0,1 persen. Di sisi lain, proyeksi IMF menunjukkan, perekonomian Indonesia tumbuh melesat dari 3,7 persen pada 2021 menjadi 5,3 persen pada 2022. Di tahun berikutnya, perekonomian Indonesia tumbuh melambat menjadi 5 persen.
Hubungan perekonomian kedua negara tercermin dalam kegiatan investasi dan perdagangan. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, nilai investasi Swedia sepanjang Januari-September 2022 mencapai 52,3 juta dollar Amerika Serikat (AS). Kementerian Perdagangan mencatat, nilai ekspor Indonesia ke Swedia sepanjang Januari-September 2022 mencapai 171,7 juta dollar AS sedangkan impornya 442,2 juta dollar AS.
Dalam rangka mengantisipasi tekanan ekonomi di pasar tradisional, Vice President and Head of Region South and Southeast Asia of Business Sweden Emil Alexander, mengatakan, pelaku usaha Swedia cenderung mencari mitra-mitra yang fokus pada pertumbuhannya. Indonesia dan India menjadi beberapa negara yang dianggap prospektif.
Salah satu kemitraan yang dapat dikembangkan antara Indonesia dan Swedia adalah pengembangan sistem energi cerdas. “Swedia memiliki kapabilitas dalam pengembangan energi baru terbarukan. Kami tertarik untuk mengembangkan proyek di Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku, serta Papua,” ucap Emil.
Sementara itu, CEO Business Sweden Jan Larsson menambahkan, industri besar saat ini tengah menyoroti peluang inovasi dan model bisnis baru. Industri manufaktur perlu menerapkan metode-metode yang menunjang efisiensi.
Kerja sama Swedia-Indonesia tersebut, menurut Ahmad Cahyo, diharapkan dapat menjadi momentum membangun kesadaran dalam organisasi perindustrian bahwa inovasi merupakan proses, bukan proyek. Inovasi juga mesti menciptakan nilai tambah pada produk maupun proses bisnis.
“Selain itu, keterjangkauan dan kemampuan untuk mengakses teknologi untuk inovasi di Indonesia masih menantang. Kami membutuhkan perusahaan-perusahaan Swedia untuk membantu perusahaan lokal menciptakan teknologi tersebut,” katanya dalam salah satu sesi diskusi.
Terkait kerja sama tersebut, Managing Director PT Jababeka Infrastruktur Agung Wicaksono mengingatkan agar kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) turut meningkat dan ikut serta menerapkan inovasi teknologi digital dan prinsip-prinsip industri rendah karbon. “Salah satu pelaku usaha kecil dan menengah yang berada di kawasan industri kami pernah meminta bimbingan untuk menjalankan prinsip-prinsip kelestarian agar produknya dapat sesuai dengan permintaan salah satu perusahaan mebel asal Swedia,” tuturnya.