Pemerintah Siapkan Mekanisme Redam Kenaikan Harga Telur
Lonjakan permintaan tanpa persiapan stok dan suplai yang memadai, mengerek harga telur ayam di pasar. Pemerintah akan menyiapkan aturan untuk meningkatkan produksi dan pengelolaan cadangan pangan telur.
Oleh
Axel Joshua Halomoan Raja Harianja
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tingginya permintaan tanpa disertai persediaan yang memadai, membuat harga telur ayam ras meningkat. Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional akan menyiap aturan yang dapat meningkatkan produksi telur.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, telur merupakan salah satu komoditas yang produksinya tidak bisa dipercepat secara serta-merta. Menurutnya, apabila ada lonjakan permintaan tanpa persiapan stok dan suplai yang memadai, otomatis akan mengerek harga di pasar.
"Hal ini yang harus dikelola dan dikomunikasikan bersama seluruh pemangku kepentingan, maka harus diatur supply sama demand-nya,” kata Arief lewat keterangan pers, Sabtu (3/12/2022).
Arief menyampaikan, pihaknya bersama kementerian dan lembaga terkait bakal menyiapkan sistem untuk mengatur peningkatan produksi dan pengelolaan cadangan pangan telur.
Sejumlah solusi alternatif, imbuh Arief, telah disiapkan untuk meredam harga telur yang terpantau merangkak naik jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Solusi itu ialah meningkatkan Gerakan Pangan Murah melalui kegiatan bazar atau operasi pasar yang menjual komoditas pangan dengan harga terjangkau.
“Tim kami tengah mengumpulkan data kebutuhan bazar pangan di seluruh Indonesia. Kita akan jadwalkan di seluruh Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia, pemerintah daerah, asosiasi, dan BUMN,” ucapnya.
Sampai akhir November 2022 lalu, kegiatan Gerakan Pangan Murah tercatat telah dilaksanakan sebanyak 253 kali di 27 provinsi dan 82 kabupaten/kota, dengan menyalurkan 534 ton komoditas pangan, termasuk telur.
Selain itu, NFA juga telah meminta para peternak layer dan pedagang telur untuk membeli dan menjual telur ayam ras sesuai dengan Harga Acuan Penjualan/Pembelian (HAP) yang telah disepakati dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022.
Berdasarkan peraturan tersebut, harga acuan pembelian di tingkat produsen atau peternak berada di kisaran Rp 22.000 per kilogram (kg)-Rp 24.000 per kg, sedangkan harga acuan penjualan di tingkat konsumen Rp 27.000 per kg.
“Melalui surat resmi di pertengahan November, kami telah meminta seluruh asosiasi peternak, pedagang, serta sejumlah koperasi agar mematuhi HAP sesuai Perbadan Nomor 5 Tahun 2022," kata Arief.
Arief berpandangan, masih ada pelaku usaha yang berusaha menaikkan harga telur di atas HAP yang telah ditetapkan. Pihaknya telah bekerja sama dengan para pelaku usaha serta Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri untuk memonitor pergerakan harga dan penyesuaian harga telur tersebut.
Arief juga tidak memungkiri, selain peningkatan permintaan pasar menjelang Nataru, faktor penyebab kenaikan harga telur adalah kenaikan harga produksi, terutama jagung pakan. Terkait hal ini, tata kelola jagung nasional juga harus diperkuat.
“Pembenahan tata kelola jagung sudah kita mulai dengan Peraturan Badang Pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022 yang juga mengatur HAP jagung di tingkat produsen dan konsumen. Kami juga mendorong adanya cadangan jagung pemerintah sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 125/2022," ujar Arief.
Peternak tingkatkan harga
Dihubungi secara terpisah, Ketua Presidium Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional atau PPN, Yudianto Yosgiarso, mengatakan, pihaknya akan menyiapkan 45 truk telur berkapasitas 5 ton dengan harga Rp 27.500 per kg. Hal ini dilakukan sebagai upaya meredam kenaikan harga telur, khususnya di wilayah Jabodetabek.
Keputusan ini telah disepakati asosiasi dan koperasi petelur yang tergabung dalam Rumah Bersama sejak 1 Desember 2022, yakni PPN, Pinsar Indonesia (PI), Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN), Koperasi Pinsar Petelur Nasional, Koperasi Peternak Petelur Lampung, Koperasi Kendal, Koperasi Putra Blitar, dan Koperasi Srikandi Blitar.
"Jadi, dengan harga Rp 27.500 ini diharapkan kondisi (harga) akan menjadi mereda dan stabil," kata Yudianto.
Menurut Yudianto, kenaikan harga telur ayam sudah terjadi sejak 20 November 2022. Tingginya permintaan dan kurangnya stok telur menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 dinilai menjadi penyebab harga telur meningkat.
Ia menjelaskan, harga yang ditetapkan seharusnya Rp 25.800 per kg. Namun, karena ongkos pengiriman dari wilayah produksi telur di Jawa Timur, seperti Blitar dan Kendal, menuju Jakarta, yakni Rp 1.200 per kg, serta biaya kertas alas telur Rp 500, maka ditetapkan harganya menjadi Rp 27.500 per kg.
Ia berpandangan, HAP yang ditetapkan NFA saat ini tidak memperhatikan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang turut memengaruhi harga pangan. Adapun harga acuan yang ditetapkan NFA untuk peternak, yakni Rp 22.000 per kg -24.000 per kg. Kendati begitu, menurutnya, kenaikan harga telur tidak akan berlangsung lama.
"Fluktuasi telur sangat cepat, naik juga cepat, turun juga cepat. Kenaikan harga telur ini lebih disebabkan karena memang permintaannya banyak, ini mau persiapan Natal dan Tahun Baru,'' ucap Yudianto.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian perdagangan (Kemendag), Syailendra, mengatakan, harga telur ayam di tingkat peternak atau produsen memang sempat meningkat sejak 20 November 2022 hingga 29 November 2022.
Saat itu, harga telur ayam menyentuh angka Rp 28.000 per kg. Peningkatan harga juga disebabkan tingginya permintaan. Syailendra menilai, hal itu pun membuat harga telur ayam di tingkat pasar ikut meningkat.
Syailendra menyampaikan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan asosiasi peternak agar menurunkan harga sesuai acuan yang ditetapkan NFA. Ia menuturkan, harga telur ayam di pasaran seharusnya sudah menurun.
"Tanggal 30 (November) harusnya sudah turun, tapi kalau (telur) diterima (pedagang) sebelum tanggal 28, ya itu memang masih agak tinggi dikit lah (harganya)," tutur Syailendra (Kompas.id,30/11/2022).
Merujuk data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga telur ayam ras secara rata-rata nasional naik 3,07 persen dalam sepekan. Pada Sabtu (26/11/2022), tercatat Rp 29.300 per kg menjadi Rp 30.200 per kg pada Jumat (2/12/2022).
Masih berdasarkan data yang sama, harga terendah berada di Sulawesi Selatan, yakni Rp 25.890 per kg dan tertinggi di Papua, yakni Rp 39.733, sedangkan di Pulau Jawa berada di rentang Rp 29.000 per kg -30.000 per kg.
Sementara, di Ibu Kota, berdasarkan laman Informasi Pangan Jakarta, harga telur ayam ras per 3 Desember 2022 secara rata-rata di angka Rp 31.013 per kg. Harga terendah berada di Pasar Ciplak, Jakarta Timur, yakni Rp 29.000 per kg, sedangkan harga tertinggi berada di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, yaitu Rp 33.000 per kg.