Harga rata-rata nasional telur ayam ras mencapai Rp 30.000 per kilogram. Kenaikan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru dinilai turut memicu naiknya harga komoditas penyumbang inflasi pekan ke-4 November 2022 itu.
Oleh
Axel Joshua Halomoan Raja Harianja
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingginya harga pakan hingga permintaan dinilai sebagai faktor naiknya harga telur ayam ras. Harga telur ayam ras di pasaran bahkan berada di atas harga acuan penjualan di tingkat konsumen yang ditetapkan Badan Pangan Nasional sebesar Rp 27.000 per kilogram. Harga telur ayam ras yang meningkat juga disebut sebagai penyumbang inflasi pada November 2022.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi inflasi 0,18 persen secara bulanan (mtm) sampai pekan ke-4 November 2022. Komoditas utama penyumbang inflasi tersebut adalah telur ayam ras dan tomat yang masing-masing menyumbang 0,03 persen (mtm).
Merujuk data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga telur ayam ras secara rata-rata nasional naik 3,45 persen dalam sepekan terakhir. Pada Rabu (23/11/2022), harganya tercatat Rp 29.000 per kilogram, lalu naik menjadi Rp 30.000 per kg pada Rabu (30/11/2022). Sehari sebelumnya, yakni Selasa (29/11), harga rata-rata telur ayam ras masih Rp 29.800 per kg.
Berdasarkan data yang sama, harga terendah tercatat di Sulawesi Selatan, yakni Rp 25.990 per kg dan tertinggi di Papua, yakni Rp 39.733, sedangkan di Pulau Jawa berada di rentang Rp 29.000-30.000 per kg.
Sementara di DKI Jakarta, berdasarkan laman Informasi Pangan Jakarta, harga telur ayam ras per 30 November 2022 secara rata-rata mencapai Rp 30.191 per kg. Harga terendah berada di Pasar Paseban, Jakarta Pusat, yakni Rp 25.000 per kg, sedangkan harga tertinggi berada di Pasar Glodok, Jakarta Barat, yaitu Rp 34.000 per kg.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri berpendapat, ada sejumlah faktor yang memengaruhi harga telur ayam, antara lain harga pakan dan distribusi. ”Saya cek di beberapa daerah penghasil (telur ayam), seperti Blitar, Kendal, dan beberapa daerah lain, faktornya adalah pakan, itu membuat harganya cukup tinggi,” kata Mansuri saat dihubungi di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Mansuri menilai, untuk menekan harga telur setidaknya sesuai harga acuan, pemerintah harus melakukan intervensi serta mendampingi peternak ayam. ”Contoh, mendampingi mereka dalam memperoleh pakan murah, mengupayakan agar ada subsidi distribusi. Pendampingan ini perlu agar harga bisa ditekan,” ujarnya.
Badan Pangan Nasional (NFA) telah menetapkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras. Berdasarkan regulasi yang ditetapkan 5 Oktober 2022 ini, harga acuan pembelian di tingkat produsen (peternak layer) ditetapkan di kisaran Rp 22.000-Rp 24.000 per kg, sedangkan harga acuan penjualan di tingkat konsumen Rp 27.000 per kg.
Saat dihubungi secara terpisah, Ketua Presidium Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional atau PPN Yudianto Yosgiarso berpandangan, salah satu faktor penyebab naiknya harga telur ialah tingginya permintaan. ”Kenaikan harga telur ini lebih disebabkan demand-nya yang banyak. Ini mau persiapan HKBN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Natal dan Tahun Baru,” ujarnya.
Selain itu, kenaikan harga telur ayam juga dipengaruhi program bantuan sosial (bansos) berupa bagi-bagi telur yang dicanangkan Kementerian Sosial sejak Agustus 2022. Menurut dia, program tersebut turut menyerap pasokan telur ayam.
”Faktor yang penting juga mengapa harga telur itu naik karena (harga) pakan tidak pernah turun hingga sekarang. Jadi kami (peternak) pun mengalami penyesuaian untuk harga penjualan,” kata Yudianto.
Ia menambahkan, faktor lainnya adalah cuaca. Hujan yang terjadi sejak September lalu membuat ayam sakit hingga mengakibatkan produksi telur turun. ”Yang jelas (penyebab harga telur naik) supply demand (permintaan penawaran), tidak ada yang lain. Saat ini di peternak juga sudah mengalami penurunan (produksi telur),” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian perdagangan Syailendra mengatakan, harga telur ayam di tingkat peternak atau produsen memang sempat meningkat sejak 20 November 2022 hingga 29 November 2022.
Saat itu, harga telur ayam menyentuh angka Rp 28.000 per kg. Peningkatan harga itu juga disebabkan oleh tingginya permintaan. Syailendra menilai, hal itu pun membuat harga telur ayam di tingkat pasar ikut meningkat.
Syailendra menyampaikan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan asosiasi peternak agar menurunkan harga sesuai acuan yang ditetapkan NFA, yakni di kisaran Rp 22.000-Rp 24.000 per kg. Harga telur ayam di pasaran seharusnya sudah turun. ”Tanggal 30 (November) harusnya sudah turun, tapi kalau (telur) diterima (pedagang) sebelum tanggal 28, ya, itu emang masih agak tinggi dikitlah (harganya),” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional/NFA Arief Prasetyo Adi melalui keterangan tertulis pada Kamis (17/11/2022) mengatakan, penjualan dan pembelian sesuai harga acuan dapat mengendalikan harga telur di tengah tingginya konsumsi dan permintaan jelang akhir tahun. Aturan ini juga untuk menjaga harga kesetimbangan baru yang dapat menguntungkan produsen dan konsumen, serta mengurangi fluktuasi dan disparitas harga.
”Langkah ini juga merupakan bagian dari pengendalian inflasi pangan. Oktober kemarin inflasi sudah mulai turun sebesar 0,11 persen. Kita upayakan jangan sampai November dan Desember ini tren-nya kembali naik. Untuk itu kami mengajak seluruh stakeholder pangan dapat bersinergi mendukung langkah pengendalian harga dan inflasi ini,” kata Arief.
Menurut Arief, pembentukan harga telur turut dipengaruhi oleh kondisi harga pakan, di mana salah satu komoditas yang memengaruhinya adalah jagung. Pihaknya meminta para petani dan produsen jagung menerapkan harga pembelian dan penjualan sesuai Perbadan.
Jagung pipilan kering kadar air 15 persen, harga acuan pembelian di produsen ditetapkan Rp 4.200 per kg dan harga acuan penjualan di konsumen di harga Rp 5.000 per kg. Sementara itu, harga acuan pembelian di produsen jagung pipilan kering kadar air 20 persen di harga Rp 3.970 per kg, jagung pipilan kering kadar air 25 persen di harga Rp 3.750 per kg, dan jagung pipilan kering kadar air 30 persen di harga Rp 3.540 per kg.