Peluang Inovasi Dompet Digital Masih Terbuka Lebar
Kendati tumbuh tinggi, penggunaan dompet digital dinilai baru pada tahap awal. Ruang pertumbuhan dan inovasinya masih sangat luas seiring perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat di masa depan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dompet digital yang kian lekat dalam keseharian masyarakat membuat tujuan penggunaan fiturnya terus berkembang dari hanya alat pembayaran menjadi alat untuk berbagai keperluan transaksi. Peluang untuk inovasi dinilai masih sangat besar seiring dengan makin cepatnya perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan sistem pembayaran digital yang bisa diandalkan.
Demikian benang merah paparan InsightAsia bertajuk “E-Wallet Industry Outlook 2023” di Jakarta, Senin (28/11/2022). Hadir sebagai pembicara dalam konferensi pers adalah Research Director InsightAsia Olivia Samosir serta peneliti dan pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Fithra Faisal.
Menurut Olivia, peluang inovasi teknologi dompet digital pada tahun depan dan di masa mendatang masih sangat luas. Faktor penopangnya adalah makin cepatnya perkembangan teknologi yang bisa menjawab berbagai kebutuhan masyarakat.
”Saat dompet digital ini pertama muncul, penggunaannya sebatas untuk alat pembayaran transaksi saja. Kini, penggunaannya berkembang, juga untuk transfer uang, untuk paylater, hingga pembayaran berbagai tagihan. Ruang pengembangan inovasi dari dompet digital ini masih sangat luas seiring kebutuhan masyarakat di masa mendatang,” ujar Olivia.
Dompet digital adalah fitur teknologi finansial (tekfin) yang memungkinkan nasabah menyimpan uangnya secara elektronik, seperti halnya menyimpan uang di dompet secara fisik. Nasabah bisa menggunakan dompet digital melalui berbagai aplikasi tekfin. Pelaku industri penyedia jasa dompet digital di Indonesia antara lain GoPay, Ovo, Shopee Pay, Dana, dan LinkAja.
Mengutip survei bertajuk ”Consistency That Leads: 2023 E-Wallet Industry Outlook” yang dirilis InsightAsia, terdapat 10 tujuan penggunaan dompet digital oleh konsumen. Sepuluh tujuan itu adalah pembayaran belanja e-dagang (dijawab oleh 79 persen responden), penambahan saldo pulsa ponsel (78 persen), transfer uang (78 persen), melihat riwayat transaksi (70 persen), dan transfer bank (69 persen).
Selain itu, juga untuk pengantaran makanan dan minuman (59 persen), pembayaran tagihan (56 persen), pembayaran makanan minuman secara luring (48 persen), pembayaran urusan rumah tangga secara luring (45 persen), dan pengajuan beli sekarang bayar nanti/Paylater (42 persen).
Survei dilakukan pada 1.300 responden di tujuh lokasi di Indonesia, yakni Jabodetabek, Bandung, Medan, Makassar, Semarang, Palembang, dan Pekanbaru. Adapun respondennya adalah kalangan usia 18 tahun sampai 55 tahun, yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Survei dilakukan pada 19 September-30 September 2022.
Pilihan masyarakat
Keyakinan akan terus bertumbuhnya inovasi teknologi didasarkan makin meningkatnya penggunaan dompet digital. Survei ini menunjukkan, metode pembayaran dompet digital jadi pilihan tertinggi dalam transaksi responden, yakni mencapai 71 persen. Penggunaan dompet digital mengungguli metode pembayaran lainnya, seperti uang tunai 49 persen, transfer bank 24 persen, pindai cepat kode unik (Quick Response Indonesian Standard/QRIS), paylater (18 persen), kartu debit (17 persen), dan VA transfer (16 persen).
Olivia menambahkan, penggunaan teknologi dompet digital juga akan terus meningkat ditopang oleh bonus demografi yang tengah dialami Indonesia. Bonus demografi adalah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak ketimbang penduduk usia nonproduktif. Fenomena bonus demografi ini, lanjut Olivia, diyakini meningkatkan produktivitas ekonomi sehingga kebutuhan akan sistem pembayaran dompet digital juga akan terus meningkat.
Hasil survei InsightAsia ini sejalan dengan data Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan persentase pertumbuhan jumlah transaksi uang elektronik lebih besar ketimbang pertumbuhan jumlah yang beredar. Nilai transaksi uang elektronik pada Oktober 2022 tumbuh 20,19 persen secara tahunan sehingga mencapai Rp 35,1 triliun, sedangkan jumlah uang kartal yang diedarkan (UYD) pada Oktober 2022 bertumbuh 6,02 persen secara tahunan mencapai Rp 905,9 triliun.
Saya kira apa yang kita lihat hari ini baru tahap permulaan. Ruang pertumbuhan dan inovasinya masih sangat luas.
Fithra menambahkan, berkaca pada data BI mengenai jumlah uang beredar yang masih didominasi uang kartal, hal ini menunjukkan masih ada ruang pertumbuhan bisnis dan inovasi dari fitur dompet digital. ”Saya kira apa yang kita lihat hari ini baru tahap permulaan. Ruang pertumbuhan dan inovasinya masih sangat luas,” ujar Fithra.
Ia menambahkan, dompet digital bisa menjadi pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Sebab, dompet digital menawarkan kemudahan, kecepatan, dan bisa diandalkan untuk berbagai transaksi pembayaran.