Kendati jumlah investor terus bertambah, tingkat literasi keuangan di sektor pasar modal justru turun. Artinya, pemahaman tentang pasar modal justru menurun. Kolaborasi sejumlah pihak penting untuk mendongkrak literasi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Mahasiswa hadir pada acara edukasi saham untuk anak muda yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia Jateng dan Otorotas Jasa Keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS -- Inklusi dan literasi keuangan pasar modal dinilai perlu terus ditingkatkan kendati sejumlah upaya sudah dilakukan selama ini. Harapannya, tak hanya inklusi, literasi keuangan juga meningkat lebih signifikan. Kolaborasi antara Bursa Efek Indonesia dengan sejumlah pihak masih perlu dilanjutkan lagi.
Menurut hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 yang baru saja diumumkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan di sektor pasar modal mencapai 4,11 persen pada 2022. Tingkat literasi ini turun jika dibandingkan dengan hasil survei pada tahun 2019 yang mencapai 4,97 persen.
Sebaliknya, tingkat inklusi meningkat pesat, yakni dari 1,55 persen pada tahun 2019 menjadi 5,19 persen pada 2022. Artinya, paparan tentang pasar modal meningkat, sementara pemahaman masyarakat terhadap pasar modal justru menurun.
“Ini artinya, masyarakat kita tidak semakin mengerti tentang pasar modal dan produk-produknya walaupun tetap berinvestasi,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar ketika membuka CEO Networking, Kamis (24/11/2022).
Sejumlah kolaborasi perlu dilakukan oleh berbagai pihak. Bukan hanya dilakukan oleh BEI dan OJK, tetapi seluruh pemangku terkait. Menurut Mahendra, peningkatan literasi masyarakat terhadap pasar modal dan produknya akan meningkatkan kualitas investor.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022. Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
“Ini bukan hanya soal 10 juta investor pada Single Investor Identification (kartu identitas tunggal investor pasar modal), tetapi juga kualitasnya,” lanjut Mahendra.
Sebelumnya, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budho Prasetyo menjelaskan, per 3 November 2022 jumlah investor pasar modal yang mengacu pada SID telah mencapai 10.000.628. Investor lokal menempati porsi 99,78 persen.
Uriep menjelaskan, jumlah tersebut meningkat 33,53 persen dibandingkan situasi akhir tahun 2021 yang mencapai 7.489.337. Tren peningkatan jumlah investor ini sudah terlihat sejak tahun 2019 atau ketika investor berjumlah 2.484.354.
Secara terpisah, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, BEI dan OJK akan berupaya meningkatkan literasi pasar modal dengan berbagai kegiatan bersama berbagai pihak di seluruh daerah. “Agar pemahaman masyarakat tentang pasar modal lebih merata lagi, BEI akan bekerja sama dengan seluruh komponen, seperti perguruan tinggi, kelompok masyarakat, pemerintah daerah dan media,” kata Jeffrey.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Mahasiswa mendengarkan penjelasan salah satu petugas yang mengajarkan tentang seluk beluk investasi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022). Edukasi pasar modal ini diberikan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka tentang pengelolaan keuangan dan investasi.
Kapitalisasi meningkat
Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, kinerja bursa cukup baik di tengah gejolak ekonomi seperti saat ini. Hingga 22 November 2022, kapitalisasi pasar mencapai Rp 9.400 triliun. “Di ASEAN kita sudah nomor satu dibandingkan dengan kapitalisasi pasar bursa di negara lainnya,” kata Iman.
Sementara rata-rata nilai transaksi harian sampai 22 November mencapai Rp 14,9 triliun atau sekitar 1 miliar dollar AS. Di kawasan ASEAN, angka ini nomor dua setelah transaksi di bursa Thailand. Perputaran transaksi harian di bursa Thailand rata-rata mencapai 2 miliar dollar AS.