Industri Manufaktur Didorong sebagai Upaya Transformasi Ekonomi Indonesia
Reindustrialisasi menjadi kunci penting dalam transformasi ekonomi Indonesia. Pengembangan industri manufaktur berbasis teknologi akan mendorong peningkatan ekonomi Indonesia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Reindustalisasi dinilai sebagai kunci penting upaya transformasi ekonomi Indonesia untuk segera naik kelas menjadi negara maju. Pengembangan industri, terutama industri manufaktur, akan mendorong peningkatan produk domestik bruto.
Perihal itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa dalam sambutannya di pembukaan acara puncak Indonesia Development Forum (IDF) 2022, yang digelar Kementerian PPN/Bappenas, dengan tema ”The 2045 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia’s Economic Transformation” di Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali, Senin (21/11/2022).
Dalam pernyataannya, Suharso menyatakan pemerintah melalui Kementerian PPN/Bappenas ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait untuk berpikir dan menyusun kembali strategi reindustrialisasi ke depan dalam upaya menempatkan kembali industri dalam peta ekonomi makro Indonesia. Industri, menurut Suharso, berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PDB per kapita. Saat ini, menurut dia, kontribusi industri, khususnya manufaktur, masih di bawah 20 persen.
Pernyataan Suharso sejalan dengan pandangan pendiri dan Direktur Harvard’s Growth Lab Ricardo Hausmann, yang disampaikan melalui video dalam pembukaan IDF 2022, Senin. Hausmann menyatakan, performa pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah relatif baik sebelum masa pandemi Covid-19.
Namun, produktivitas industri manufaktur Indonesia tumbuh lambat dibandingkan negara-negara kompetitor lainnya di regional. Hausmann menyatakan, Indonesia perlu memetakan potensi-potensi industri berbasis teknologi.
Adapun Menteri PPN/Kepala Bappenas periode 2016-2019 Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyatakan, transformasi industri manufaktur pernah membawa Indonesia tampil sebagai negara industri sebelum proses transformasi industri di Indonesia tersebut terhenti akibat krisis ekonomi. Transformasi ekonomi Indonesia periode 1990-an itu membawa Indonesia naik kelas dari negara kategori low income country menjadi middle income country.
”Kita membutuhkan sekali lagi transformasi ekonomi agar Indonesia kembali bisa naik kelas menjadi negara maju pada 2045,” kata Bambang dalam pernyataannya menanggapi pandangan Ricardo Hausmann di pembukaan acara IDF 2022, Senin.
Menurut Bambang, transformasi ekonomi melalui reindustrialisasi dengan membangun industri yang lebih kompleks dan Indonesia menjadi negara produsen industri manufaktur.
Kunci penting dalam pembangunan industri manufaktur yang kompleks dan berkualitas, kata Bambang, adalah penguasaan teknologi. Ia menyatakan, Indonesia memiliki cadangan sumber daya alam, yang besar, yang memungkinkan Indonesia menjadi negara produsen dalam industri manufaktur kompleks, misalnya, nikel dan bauksit yang menjadi bahan baku baterai maupun industri manufaktur berbasis teknologi.
Pendapat Bambang itu juga diungkapkan Suharso dalam sambutannya. Suharso mengatakan, Indonesia harus membangun dan mengembangkan industri manufaktur agar Indonesia segera melepaskan diri dari jebakan middle income country dan menuju negara maju pada 2045.
Suharso menyatakan, revolusi industri akan terus berlanjut. ”Yang paling penting menurut saya dalam soal industri adalah di mana intervensi yang paling pas bagi negara atau pemerintah,” katanya.
Dalam sambutannya, Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi menyatakan, IDF adalah inisiatif Bambang PS Brodjonegoro saat menjabat Menteri PPN/Kepala Bappenas pada 2017.
Saat itu, menurut Taufik, Kementerian PPN/Bappenas mengadakan IDF sebagai forum pemangku lintas kepentingan untuk berdiskusi secara produktif terkait isu-isu strategis setiap tahun.
Taufik menyatakan, tema IDF 2022 adalah menuju agenda pembangunan 2045 dengan paradigma baru transformasi ekonomi Indonesia. Ia mengungkapkan, Bappenas sedang menyusun agenda transformasi ekonomi Indonesia dan melihat potensi sektor industri yang berperan penting dalam agenda transformasi ekonomi Indonesia.
”Selaras dengan pembangunan pascapandemi Covid-19, maka pembangunan sektor industri dengan tujuan penciptaan produk yang bernilai tambah tinggi dengan pemanfaatan teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, menuju resiliensi ekonomi dan kesejahteraan,” katanya.
Senada hal itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan industrialisasi, yang dibangun dan dikembangkan ke depan, harus mampu menjawab kebutuhan atas gaya hidup yang baru, yang berkelanjutan, cerdas, dan fungsional. Menurut dia, selain kebutuhan konsumen yang berubah, model bisnis, permintaan tenaga kerja, dan model pembiayaan industri juga akan berubah.
Serangkaian pembukaan puncak IDF 2022, Kementerian PPN/Bappenas juga meluncurkan dokumen Rencana Induk Pengembangan Industri Digital Indonesia 2023-2045 dalam rangka mendukung percepatan transformasi digital dan mendukung transformasi ekonomi Indonesia.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa juga menyaksikan penandatanganan joint commitment antara PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membangun pusat kompetensi di bidang rancang bangun pesawat.
Sebagai universitas generasi lima seperti ITB, kami bukan hanya melakukan penelitian dan pengembangan biasa, melainkan juga penelitian dan pengembangan yang berorientasi hilirisasi produk. (Reini Djuhraeni)
Menurut Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Gita Amperiawan, naskah komitmen bersama menjadi bentuk kolaborasi dalam membangun dan mengembangan industri kedirgantaraan nasional.
PT Dirgantara Indonesia, menurut Gita, memahami kebutuhan industri dan menjadi industri, sedangkan ITB merupakan pusat sumber daya akademisi dan fasilitas laboratorium sehingga kerja sama tersebut memulai strategi penelitian dan pengembangan yang berorientasi industri.
Adapun Rektor ITB Reini Djuhraeni Wirahadikusumah menyatakan, melalui komitmen bersama PT Dirgantara Indonesia itu, ITB berkolaborasi dengan industri mulai dari merancang, membuat kegiatan, dan membangun fasilitas fisik secara bersama-sama.
Cara ini, kata Reini, sebenarnya proses link and match dan menjadi tren negara maju karena industri dan akademisi bertemu dalam satu kantor, menjadi mitra, dan masing-masing berkontribusi.
”Sebagai universitas generasi lima seperti ITB, kami bukan hanya melakukan penelitian dan pengembangan biasa, melainkan juga penelitian dan pengembangan yang berorientasi hilirisasi produk,” ujarnya.