BRI Optimalkan Holding Ultra Mikro untuk Topang Pertumbuhan
BRI akan memanfaatkan jaringan dan kapitas Holding Ultra Mikro untuk menopang strategi pertumbuhan ke depan. Dengan strategi itu, BRI berharap bisa menjangkau lebih banyak nasabah dari segmen usaha ultramikro.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Aktivitas pekerja di sebuah industri roti skala rumah tangga di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Minggu (21/2/2021). Pandemi Covid-19 telah memukul usaha rumahan tersebut.
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan mengandalkan jaringan dari usaha gabungan ultramikro untuk menopang strategi pertumbuhan bisnis perseroan di masa mendatang. BRI merupakan induk usaha holding atau gabungan usaha ultramikro yang juga terdiri dari PT Permodalan Nasional Madani dan PT Pegadaian (Persero). Mereka akan menyasar segmen debitor dengan skala usaha lebih kecil dan belum tersentuh layanan jasa keuangan.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit secara grup di kisaran 9-11 persen pada 2023. Target ini berada di dalam rentang pertumbuhan kredit bank di tahun depan yang diperkirakan Bank Indonesia (BI) mencapai 10-12 persen.
Sunarso menjelaskan, untuk mencapai target tersebut, BRI akan memanfaatkan jaringan dan kapasitas bisnis Holding Ultra Mikro. ”Sumber pertumbuhan baru bisnis BRI secara grup adalah melalui Holding Ultra Mikro. Kami ingin sasar segmen pasar yang lebih kecil lagi. Go smaller,” ujar Sunarso dalam jumpa pers paparan kinerja triwulan III-2022 BRI, secara daring, Rabu (16/11/2022).
Sejak terbentuk September 2021 sampai triwulan III-2022, Holding Ultra Mikro telah menjangkau 28,1 juta nasabah. Holding ini juga telah menyalurkan pembiayaan berjalan hingga Rp 196,6 triliun.
Jaringan Holding Ultra Mikro ini terdiri dari 1.003 gerai Sentra Layanan Ultra Mikro atau Senyum di seluruh penjuru Tanah Air. Adapun nasabah PNM Mekar yang tergabung menjadi agen BRI mencapai 47.200 orang. Kapasitas dan jaringan ini memiliki kemampuan menjangkau lebih banyak calon debitor skala usaha ultramikro yang tidak pernah terjangkau layanan jasa keuangan sebelumnya.
”Ini juga merupakan peran BRI untuk memperluas inklusi keuangan sehingga memberi dampak nilai lebih ke masyarakat,” ujar Sunarso.
Target pertumbuhan bisnis tahun depan itu ditopang oleh capaian kinerja BRI saat ini. Sampai dengan triwulan III-2022, BRI mencetak laba bersih sebesar Rp 39,31 triliun atau tumbuh 106,14 persen atau dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sunarso menjelaskan, capaian itu bersumber dari fungsi intermediasi perbankan BRI yang bekerja positif. Penyaluran kredit bertumbuh positif ditopang oleh kondisi ekonomi yang terus menunjukkan pemulihan. Kinerja positif juga tecermin dari penghimpunan dana masyarakat.
Sampai akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat Rp 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92 persen secara tahunan. Porsi penyaluran kredit masih didominasi segmen UMKM yang mencapai 84,20 persen dari total kredit. Portofolio kredit UMKM BRI meningkat 9,83 persen secara tahunan menjadi Rp 935,86 triliun pada akhir September 2022. Adapun target BRI di tahun depan adalah meningkatkan porsi kredit UMKM mencapai 85 persen.
Porsi penyaluran kredit masih didominasi segmen UMKM yang mencapai 84,20 persen dari total kredit.
”Komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti BRI untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh sehingga akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM,” papar Sunarso.
Apabila dirinci lebih detail, portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12 persen secara tahunan, segmen konsumer tumbuh 7,55 persen secara tahunan, segmen kecil dan menengah tumbuh 2,89 persen secara tahunan, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24 persen secara tahunan.
Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi dinilai mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tecermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) BRI di level 3,09 persen.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)
Direktur Bank BRI Sunarso, Kamis (25/11/2021).
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menjelaskan, sampai September 2022, restrukturisasi kredit BRI telah menurun 54,5 persen dibandingkan dengan posisi puncaknya pada September 2020. Adapun nilai restrukturisasi kredit BRI saat ini mencapai Rp 116,4 triliun atau turun dibandingkan posisi puncaknya pada September 2020, yakni sebesar Rp 256 triliun.
Jumlah debitor restrukturisasi juga telah mencapai 1,4 juta nasabah, menurun 2,5 juta nasabah dibandingkan dengan posisi puncaknya yang mencapai 3,9 juta nasabah. ”Kami terus memonitor manajemen risiko agar kita jaga kualitasnya tetap baik,” ujar Agus.
Dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), BRI mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir triwulan III-2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun. Dana murah (current account saving account/CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, yang secara tahunan meningkat 10,22 persen. Apabila dirinci, giro tercatat tumbuh 18,99 persen dan tabungan tumbuh 6,37 persen.
Secara umum, proporsi CASA BRI konsolidasian saat ini tercatat 65,43 persen, meningkat dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu, yakni 59,60 persen. Hal tersebut memberikan dampak positif, di antaranya dari beban bunga yang tercatat turun 9,12 persen secara tahunan dan biaya dana (cost of fund) BRI secara konsolidasian juga turun menjadi 1,94 persen.