Permintaan Minyak Pelumas Naik, Shell Tambah Kapasitas Produksi
Shell Indonesia menambah lebih dari dua kali lipat kapasitas produksi minyak pelumas.
Oleh
VELICIA
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS – Shell Indonesia menambah lebih dari dua kali lipat kapasitas produksi minyak pelumas, dari 136 juta liter per tahun menjadi 300 juta liter per tahun mulai November ini. Keputusan ini diambil karena meningkatnya permintaan terhadap produk pelumas premium di Indonesia. Peningkatan kapasitas ini diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan aktivitas ekonomi.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), terdapat lebih dari 800.000 kendaraan baru yang terjual pada tahun 2021. Lalu, data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan, lebih dari 5 juta unit motor terjual pada 2021 di Indonesia. Tingginya penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, turut menaikkan permintaan minyak pelumas mesin bermotor.
Country Chair Shell Indonesia Ingrid Siburian, mengatakan ekonomi Indonesia tumbuh lebih dari 5,7 persen pada triwulan III-2022. Dengan target pertumbuhan industri sebesar 5-5,5 persen pada tahun ini, masa depan minyak pelumas akan lebih menjanjikan dari sebelumnya.
”Dengan inisiatif era industri 4.0 yang menekankan pada industrialisasi berkelanjutan dan seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, permintaan dari pengguna akhir di bidang manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan lainnya diperkirakan akan meningkat,” kata Ingrid di acara Peresmian Perluasan Pabrik Shell Lubricants Oil Blending Plant (LOBP) Marunda 2.0, Tarumajaya, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (11/11/2022).
Executive Vice President Global Lubricants Shell Machteld de Haan, menjelaskan Shell juga berperan penting membantu pelanggan dalam program dekarbonisasi dan mendukung strategi Powering Progress Shell yang lebih luas, untuk mempercepat transisi ke bisnis emisi nol bersih pada tahun 2050.
”Di Marunda, kami melengkapi pabrik yang baru diperluas dengan panel surya 800 kilowatt peak (KWp). Panel surya ini akan menyediakan 35 persen listrik yang dibutuhkan oleh pabrik. Kami juga memasang sistem pemanenan air hujan untuk membantu mengurangi konsumsi air,” kata Machteld.
Dalam acara tersebut, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Perindustrian, Saiful Bahri, mengapresiasi komitmen Shell untuk memperluas investasi di Indonesia, berinovasi untuk membantu ketersediaan pelumas, serta menopang pertumbuhan perekonomian nasional.
”Saya yakin pembangunan LOBP Shell ini akan menumbuhkan kontribusi besar bagi pengguna pelumas dalam negeri, dalam mendukung pembangunan nasional, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan aktivitas ekonomi,” kata Saiful.
Dalam catatan Kemenperin, terdapat 52 perusahaan yang terdaftar di Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) sebagai produsen minyak pelumas, dengan kapasitas terpasang sekitar 2.162.100 kiloliter per tahun dan produksi sekitar 1.106.380 kiloliter per tahun. Penyerapan tenaga kerja di industri ini per tahun 2021 sekitar 4.438 orang.
”Saat ini, seluruh industri pelumas berlokasi di Jawa. Saya berharap ke depannya ada investasi di bidang LOBP yang ditanamkan di luar Jawa, sehingga rantai distribusi minyak pelumas dapat dijangkau oleh konsumen dengan cepat, yang tentunya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Saiful.
Mengutip Kompas (6/11/2015), Shell mengoperasikan pabrik minyak pelumas pertama di Indonesia, yakni di Bekasi, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi sebesar 136.000 kiloliter. Adapun jumlah pekerja yang bisa diserap sekitar 50 karyawan pada saat itu. Pabrik ini memproduksi minyak pelumas untuk mesin kendaraan penumpang, mesin sepeda motor, mesin alat berat, pelumas transmisi, dan berbagai minyak pelumas untuk industri.
Terkait kapasitas tenaga kerja yang mampu diserap, General Manager Lubricants Shell Indonesia Andri Pratiwa, menjelaskan tenaga kerja bukan hanya dari pihak Shell, tetapi juga dari berbagai pihak rantai pasok industri minyak pelumas.
”Penambahan kapasitas pabrik itu berhubungan dengan penambahan sumber daya. Penambahan kapasitas pabrik ini dibarengi dengan penambahan pihak kerja sama, seperti logistik dan gudang infrastruktur. Dari hal ini, tentu akan ada penambahan kapasitas tenaga kerja. Bukan langsung dari kami, tetapi secara gak langsung dari kerja sama tersebut,” kata Andri.