Lewat Inkubator, Generasi Muda Didorong Kembangkan "Start Up"
Keberadaan inkubator diharapkan mendorong generasi muda mengembangkan usaha rintisan. Pendampingan dari mentor dan praktisi pada proses inkubasi diyakini membuat mereka lebih siap membangun dan mengembangkan usaha.
Oleh
Axel Joshua Halomoan Raja Harianja
·4 menit baca
AXEL JOSHUA HALOMOAN RAJA HARIANJA
Lima start up buatan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berkesempatan mengenalkan ide bisnis mereka dalam acara Demo Day yang diselenggarakan Skystar Ventures, di Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/11/2022).
TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Usaha rintisan berbasis teknologi atau start up masih menjadi daya tarik bagi investor di tengah ancaman resesi global. Lewat lembaga inkubator, generasi muda khususnya mahasiswa, didorong mengembangkan bisnis usaha rintisan demi menciptakan lapangan pekerjaan.
Sebanyak lima usaha rintisan buatan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berkesempatan mengenalkan ide bisnis mereka dalam acara Demo Day yang diselenggarakan Skystar Ventures di Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/11/2022).
Kelima usaha rintisan itu adalah Visitory, Archlive, Saraya, Adopsea, dan Leumpang. Kelimanya diberikan peluang untuk mengenalkan ide bisnis mereka kepada tiga investor modal ventura atau venture capital (VC) untuk mendapatkan masukan. Tiga VC yang berpartisipasi dalam acara ini, yaitu Skystar Capital, BNI Ventures, dan Living Lab Ventures.
Head of Incubator Skystar Ventures sekaligus Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan UMN, Andrey Andoko mengatakan, keberadaan Business Incubator Skystar Ventures untuk menghasilkan lulusan yang memiliki semangat entrepreneurship dan mengembangkan usaha rintisan (start up).
“UMN menyadari bahwa untuk mewujudkan Indonesia yang maju masih memerlukan banyak entrepreneur yang membuka lapangan kerja,” kata Andrey.
HUMAS SKYSTAR VENTURES UMN
Salah satu mahasiswa menjelaskan usaha rintisannya atau start up di Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/11/2022). Lima start up buatan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berkesempatan mengenalkan ide bisnis mereka dalam acara Demo Day yang diselenggarakan Skystar Ventures.
Demo Day sendiri merupakan tahapan akhir dari Program Inkubasi Skystar Ventures. Tahun ini, Demo Day diselenggarakan bersamaan dengan penutupan rangkaian “Level Up Program”, yakni “Meet and Connect with the Venture Capital,” yang merupakan kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Lewat program inkubasi Skystar Ventures, start up buatan mahasiswa UMN mendapatkan akses pendampingan dari mentor dan praktisi terbaik di bidang yang relevan. Selain mentoring, mereka juga mendapatkan akses jejaring ke venture capital dan program dana hibah pemerintah. Mereka juga mendapatkan akses ke jejaring Kompas Gramedia Group dan berkesempatan berkantor di Skystar Ventures.
Peran inkubator
Hadir secara virtual, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM Siti Azizah mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia hingga pertengahan 2022 mencapai 275 juta jiwa.
Dari angka tersebut, Indonesia didominasi oleh penduduk kategori produktif, yakni usia 15-64 tahun sebanyak 190.827.224 jiwa atau 69,3 persen. Selain itu, 24 persen di antaranya masuk kategori usia muda, yaitu usia 19-30 tahun.
Ia melanjutkan, berdasarkan hasil riset yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain Company, Indonesia tercatat memiliki nilai ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 70 miliar dollar AS, pada tahun 2021. Nilai tersebut diperkirakan meningkat menjadi 146 miliar dollar AS pada 2025. "Pemerintah menangkap peluang ini dan mendukung sekali perkembangan start up Indonesia," kata Siti.
Dukungan tersebut, lanjut Siti, dihadirkan lewat berbagai kebijakan seperti Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, serta Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirusahaan Nasional Tahun 2021-2024.
Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan memberikan ruang kepada start up untuk berkembang dan meningkatkan daya saing. "Itu sebabnya lembaga inkubator merupakan wahana yang sangat efektif untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahawan," ujar Siti.
Siti menyampaikan, inkubasi merupakan tuntutan dan perkembangan dari ekonomi global akibat perubahan di bidang teknologi, komunikasi, dan digitalisasi. Terkait hal itu, Kementerian Koperasi dan UKM telah menyusun strategi melalui program pembinaan start up. Salah satu implementasi dari program itu ialah melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas start up yang dikolaborasikan dengan berbagai lembaga inkubator dan perguran tinggi.
Perguruan tinggi itu di antaranya, UMN, IPB University, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), dan Universitas Andalas.
"Dengan banyaknya lembaga inkubator yang bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan UKM, maka diharapkan dapat meng-inkubasi sebanyak mungkin usaha atau usaha pemula yang nantinya akan menciptakan lapangan kerja bagi kita semua," ujar Siti.
Momentum
Adapun lima start up mahasiswa UMN yang ikut serta dalam Demo Day yakni, Visitory, membuka layanan travel yang menyediakan tour guide untuk perjalanan instan yang dapat dipesan secara real-time; Archlive, lokapasar (marketplace) yang menyediakan jasa arsitek freelancer; Saraya, start up layanan digital yang membuka akses permodalan dan manajemen keuangan untuk UMKM; Adopsea, perusahaan lokapasar untuk mengadopsi atau membeli hewan; dan Leumpang, lokapasar yang menyediakan jasa fotografer atau videografer untuk kalangan menengah ke bawah.
Ditemui di sela-sela acara, principal dari Skystar Capital, Andreas Dymasius Sitorus, mengapresiasi para mahasiswa yang berani mempresentasikan idenya tersebut. "Karena enggak banyak mahasiswa yang punya minat untuk jadi wirausaha. Entrepreneurs di Indonesia itu masih di bawah 5 persen. Jadi jauh dibandingkan negara-negara tetangga kita. Malaysia lebih dari itu, bahkan Singapura," kata Andreas.
AXEL JOSHUA HALOMOAN RAJA HARIANJA
Principal dari Skystar Capital, Andreas Dymasius Sitorus di Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/11/2022). Lima start up buatan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berkesempatan mengenalkan ide bisnis mereka dalam acara Demo Day yang diselenggarakan Skystar Ventures.
Andreas juga memberikan masukan terhadap kelima start up itu. Mereka harus mengetahui respons publik atas hadirnya start up tersebut, bagaimana cara mengatur harga yang tepat, serta mengidentifikasi target pembeli. Menurut dia, hal-hal tersebut menjadi kunci agar start up bisa mendapatkan pendanaan dari investor.
Terkait ancaman resesi global, Andreas berpandangan, semua industri ada kalanya dalam kondisi naik-turun. Namun, ia menilai, saat ini adalah momen yang tepat bagi investor untuk mendukung pengusaha-pengusaha usaha rintisa yang memiliki visi dan solusi yang jelas.
"Mungkin sebagai perbandingan misalnya Amazon, dimulai setelah start up bubble atau enggak start up winter di tahun 2000-an. Kemudian Airbnb dimulai setelah krisis di Amerika Serikat. Jadi, justru ini momentum yang menarik untuk melihat apa sih start up yang bakal sukses, yang berangkat dari situasi ekonomi kita saat ini," ujar Andreas.
Andreas menambahkan, setiap sektor usaha rintisan memiliki potensi yang sama untuk bertumbuh. Namun, semua itu bergantung kepada sang pendiri. Menurut dia, pendiri usaha rintisan harus mampu menciptakan solusi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. "Mungkin kondisi ekonomi setahun ke depan akan low. Jadi, butuh founder-founder yang mental dan spiritnya baja untuk menyelesaikan masalah," ujar Andreas.