Dunia peracikan kopi di Indonesia kian maju, termasuk dengan hadirnya mesin kopi buatan anak bangsa. Diklaim memakai 70 persen material lokal, Asterion muncul di tengah kepungan mesin kopi impor.
Oleh
AGNES RITA SULISTYAWATY
·4 menit baca
Apabila kecepatan proses pembuatan kopi tidak selalu menjadi kebutuhan, barangkali model seduh slowpresso bisa menjadi pilihan. Slowpresso memang belum lazim dibandingkan espresso yang sudah mendunia. Akan tetapi, mesin kopi buatan anak bangsa memungkinkan cara lain untuk menyeduh kopi dengan memakai mesin kopi.
Berbeda dengan espresso yang membutuhkan waktu 30 detik sampai kopi siap dihidangkan, metode slowpresso memungkinkan barista menggunakan waktu bermenit-menit sampai segelas kopi siap disajikan.
Inovasi mesin kopi buatan Indonesia ini dipamerkan dalam SIAL Interfood di JIExpo Kemayoran, 9-12 November 2022. Mesin besutan Esperto ini diklaim 70 persen memakai produk dalam negeri.
Generasi ketiga Asterion ini diluncurkan di hari pertama SIAL Interfood 2022. Perbedaan paling mencolok dari generasi ini adalah mesin yang memakai dua grup saja. Generasi pertama yang lahir tahun 2017, memiliki 4 grup. Adapun mesin generasi kedua dengan 8 grup, dipasarkan tahun 2020.
Dengan dua grup, ukuran mesin generasi ketiga ini juga paling ramping, menyesuaikan kebutuhan banyak kedai kopi kini jamak menempati ruang mungil.
Mesin kopi berukuran kecil sebenarnya banyak dijual produsen mesin kopi internasional. Bahkan, sudah banyak yang membuat mesin 1 grup. Dengan 1 grup, dalam sekitar 10 menit, bisa tersaji sekitar 16 cangkir espresso atau minuman turunannya.
Di mesin Asterion 2 grup, satu grup berupa semiotomatis dan satu lagi piston manual. Keduanya berbeda cara pengoperasian. Akan tetapi, barista bisa bisa mengatur waktu penyeduhan, suhu air, dan tekanan air yang dikehendaki di kedua jenis grup ini.
Hasil akhir
Cara mengoperasikan mesin Asterion ini relatif sama dengan mesin espresso lain. Bubuk kopi yang sudah ditakar dan dipadatkan di portafilter, lantas dimasukkan ke grouphead. Setelah itu, barista menyetel suhu air yang dikehendaki, tekanan, dan waktu preinfusion. Selama preinfusion ini, air membasahi bubuk kopi agar membentuk citarasa tertentu.
Setelah waktu preinfusion terlewati, perlahan tetes air mulai jatuh ke gelas. Aroma kopi pun merebak. Proses penyeduhan berakhir sampai batas milliliter kopi yang diinginkan. Kopi pun siap disesap.
Sekarang, mari kita jajal kopi yang dibuat secara espresso dan slowpresso. Secara penampilan, tidak terlihat beda antara kopi dari kedua jenis cara penyeduhan ini. Kedua teknik ini memakai bubuk kopi arabica campuran yang sama dengan gramasi bubuk kopi yang juga sama. Akan tetapi, didapatkan rasa yang lebih lembut dan sedikit hint manis pada gelas kopi slowpresso. Adapun espresso terasa lebih terasa kuat dan cocok untuk dipadukan dengan susu menjadi latte atau cappuccino.
Bagaimana bila slowpresso memakai kopi arabica single origin? Sebagai percobaan, kami memakai biji kopi Toraja Merak. Di kemasan biji kopi ini, disebutkan karakter yang bisa didapatkan adalah mangga, melon, nanas, dengan sedikit rasa coklat. Akan tetapi, saat diseduh selama 2 menit dengan Asterion, kopi yang dihasilkan justru menonjolkan karakter belimbing.
Kejutan rasa dalam kopi ini yang menjadi tantangan dalam penggunaan Asterion. Seorang barista bisa saja mengikuti panduan baku pembuatan espresso. Pada lain kesempatan, peracik kopi ini juga bisa mengeksplorasi kemungkinan rasa dari bubuk kopi. Bukan tidak mungkin, dari biji kopi yang sama akan menghasilkan varian karakter kopi yang beragam.
“Penyeduhan kopi dengan mesin bisa menghasilkan rasa yang berbeda dibandingkan seduh manual. Umumnya, kopi akan terasa lebih fruity, bold dengan mesin kopi,” kata Dede, barista Esperto.
Kemungkinan menghasilkan kopi dengan karakter yang beragam juga bisa menjembatani pelanggan yang ingin menyukai karakter kopi tertentu. “Barista bisa berdialog dengan pelanggannya untuk mengetahui karakter kopi yang disukai. Dengan Asterion, kopi yang disajikan bisa berbeda-beda untuk setiap pelanggan, sesuai dengan selera masing-masing,”papar Rio Magda, Technical Director Esperto.
Hemat listrik
Franky Angkawijaya, pendiri Esperto, mengatakan, sebagai produk lokal, Asterion memperhitungkan kebutuhan pengguna di Indonesia.
Salah satunya dengan memisahkan pemanas air depan dan belakang. Mesin pemanas air di depan berfungsi untuk menghasilkan air panas yang akan dipakai untuk menyeduh kopi. Adapun pemanas di bagian belakang berguna untuk pemanas susu dan air.
Selain itu, apabila kondisi kafe sepi, maka pengguna bisa mematikan listrik salah satu grup. Dengan begitu, listrik bisa dihemat sebagian. Kebutuhan untuk menyalakan seluruh fungsi mesin 2 grup ini adalah 6.000 watt.
Adapun komponen lokal yang digunakan untuk mesin Asterion ini sekitar 70 persen. Sebagian besar komponen memakai yang sama dengan Asterion generasi sebelumnya. “Nanti pelan-pelan kami akan membuat seluruh komponen sehingga mesin kopi ini bisa memakai produk lokal,” kata Franky.
Proses pembuatan pertama mesin Asterion dua grup ini mencapai 4 bulan. Adapun pemesan mesin harus menunggu sekitar 1 bulan untuk proses pembuatannya. Pembeli juga bisa memesan kedua grup di mesin Asterion 2 ini berupa semiotomatis atau keduanya memakai piston manual.
“Kami juga siap dengan layanan purnajual. Kalau ada kendala pada mesin, bisa segera kami perbaiki. Bahkan kalau perlu, mesin yang perlu diperbaiki bisa kami tarik dan kami ganti sementara dengan mesin baru,” kata Franky.
Di SIAL Interfood yang berlangsung hingga 12 November 2022, Asterion generasi ketiga ini ditawarkan seharga Rp 85 juta. Harga ini, menurut Franky, lebih murah Rp 10 juta dibandingkan harga pasarannya pascapameran. Pembeli harus bersabar sekitar 1 bulan untuk pembuatan mesin sesuai pesanan. Anda tertarik?