Pekerja Terampil di Bidang Teknologi Informasi Tetap Berpeluang
Setelah sejumlah perusahaan rintisan bidang teknologi melakukan pemangkasan jumlah pekerja, kini giliran sejumlah perusahaan raksasa teknologi melakukannya. Pekerja terampil di bidang teknologi digital tetap berpeluang.
Oleh
MEDIANA
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK, penghentian, ataupun penurunan upaya rekrutmen baru pekerja di perusahaan teknologi tidak lantas membuat pekerja yang terampil di bidang teknologi digital jadi tidak menarik. Keterampilan mereka tetap dibutuhkan pasar.
“Cukup besar potensi transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan berlatar sektor tradisional. Perkembangan ekonomi ke depan sangat dinamis. Para pekerja, termasuk pekerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan teknologi, harus konsisten melihat dan mengasah keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar,” ujar Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira saat dihubungi Rabu (9/11/2022), di Jakarta.
Menurut Bhima, fenomena PHK yang terjadi perusahaan teknologi skala besar ataupun rintisan tidak serta-merta membuat jenis industri ini menjadi tidak menarik. Sektor industri teknologi sekarang harus menghadapi penyesuaian. Misalnya, omnichannel atau daring ke luring dan sebaliknya. Artinya, pekerja yang memiliki keterampilan di bidang teknologi digital masih dibutuhkan.
“Inti masalah kemunculan rumor PHK di Meta adalah overestimate dan overstaff. Manajemen Meta terlalu percaya diri dengan proyek Metaverse. Ada juga fenomena pandemi darling, yaitu saat pandemi jumlah pengguna media sosial naik signifikan kemudian diproyeksi akan terus bertambah. Faktanya, pasca-pandemi terjadi penurunan omset karena iklan digital turun,” kata Bhima.
The New York Times dalam artikel “Amazon, Lyft, and Other Tech Companies Announce Hiring Freezes and Job Cuts”, edisi Kamis (3/11), menyebutkan, Amazon telah memutuskan menghentikan perekrutan baru tenaga kerja korporatnya karena ketidakpastian perekonomian. Langkah ini menambah pembekuan dari bulan lalu, ketika Amazon menghentikan perekrutan untuk bisnis ritelnya.
Pada saat yang sama, perusahaan teknologi di bidang transportasi, Lyft, mengatakan akan memangkas 13 persen karyawannya, atau sekitar 650 dari 5.000 pekerjanya. Stripe, platform pemrosesan pembayaran, mengatakan juga akan memangkas 14 persen karyawannya atau setara 1.100 orang. Sementara perusahaan teknologi yang lebih kecil, seperti Robinhood dan Coinbase telah mengumumkan PHK.
Perusahaan teknologi telah memimpin ekonomi Amerika Serikat selama dekade terakhir, mengangkat pasar saham selama hari-hari terburuk pandemi Covid-19. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, banyak perusahaan teknologi besar melaporkan hasil keuangannya yang menunjukkan bahwa mereka merasakan dampak dari kegelisahan ekonomi global, melonjaknya inflasi, dan kenaikan suku bunga.
Perusahaan media sosial khususnya telah bergulat dengan mundurnya iklan digital selama beberapa bulan terakhir. Snap, perusahaan induk Snapchat, memberhentikan 20 persen karyawannya pada bulan Agustus 2022 dan menyalahkan kondisi ekonomi makro yang menantang.
Bahkan Alphabet, perusahaan induk Google, dan salah satu bisnis internet yang paling mengakar di dunia pun tidak kebal terhadap pukulan keras ketidakpastian ekonomi global. Pada Selasa (25/10), penjualan iklan di YouTube yang dimiliki oleh Google, turun 1,9 persen menjadi 7 miliar dollar AS, di bawah prediksi analis sebesar 7,4 miliar dollar AS. Alphabet mengatakan bahwa pada triwulan ini akan mempekerjakan kurang dari setengah dari jumlah orang yang ditambahkan pada triwulan III-2022.
Jumat (4/11), mengutip Bloomberg, Twitter juga melakukan PHK setengah dari total karyawan atau sebanyak 3.750 orang. Pemangkasan ini menimpa kantor di negara lain, termasuk di Indonesia.
Pekan ini, The New York Times dalam artikel “Meta is Said to Plan Significant Job Cuts This Week”, mengatakan, Meta juga berencana memiliki-PHK karyawan. Meta telah berjuang secara finansial selama berbulan-bulan dan berusaha menekan biaya. Perusahaan ini telah menghabiskan miliaran dollar AS untuk teknologi Metaverse tepat saat ekonomi global melambat dan inflasi melonjak.
Sebelum fenomena perusahaan teknologi besar tersebut melakukan PHK ataupun pelambatan perekrutan tenaga kerja baru, sejumlah perusahaan rintisan bidang teknologi atau start up telah lebih dulu melakukannya. Mereka terimbas kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan rapuhnya fundamental perusahaan. Fenomena itu juga terjadi di Indonesia.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dalam laporan studi “Dampak Penetapan Batas atas Biaya Komisi Pada Industri Digital Indonesia” menyatakan, hingga 30 Oktober 2022, terdapat 14 perusahaan digital di Indonesia melakukan PHK. Mereka adalah Shopee Indonesia, Line, Mamikos, Xendit, Tokocrypto, Lummo, Pahamify, Beres.id, Zenius, Link Aja, JD.ID, TaniHub, Fabelio, dan Uang Teman.
Peneliti di Center of Innovation and Digital Economy Indef Izzudin Al Farras Adha, saat dihubungi terpisah, berpendapat, dinamika makroekonomi global berdampak kepada industri dan perekonomian di Indonesia. Pemangkasan ataupun pelambatan perekrutan jumlah pekerja di sektor industri teknologi digital sudah dan sedang terjadi di Tanah Air. Saat ini, mayoritas perusahaan sedang berjuang agar bisa melewati tantangan yang ada.
Izzudin mengatakan, para pekerja yang terdampak situasi tersebut mencari pekerjaan lain di sektor industri yang lebih aman pada masa perekonomian dunia yang sedang bergejolak. Dengan kata lain, mereka berpindah ke sektor formal lain yang lebih stabil.
“Namun, pekerja yang umumnya terdampak PHK oleh perusahaan di industri ekonomi digital adalah pekerja non-teknologi informasi. Mereka ini pindah ke sektor formal lain yang lebih menjanjikan stabilitas, misalnya industri manufaktur, perdagangan, dan konstruksi. Ketiga sektor ini masih berkembang pasca-pandemi Covid-19,” ucap Izzudin.
Senada dengan Bhima, Izzudin menilai, pekerja yang memiliki keterampilan teknologi informasi tetap ada pasarnya. Sebab, kebutuhan pekerja berketerampilan tinggi, terutama terkait teknologi informasi, sangat tinggi di Indonesia ataupun di dunia.
“Perkembangan inovasi teknologi digital akan terus terjadi. Bahkan, perusahaan berlatar belakang sektor industri tradisional tetap perlu bertransformasi digital,” imbuh Izzudin.
Aset berharga
Sementara itu, menurut pengacara teknologi firma hukum global Withers, Joel Shen, ekonomi internet di Indonesia sesuai studi e-Economy SEA 2022, tumbuh dari 8 miliar dollar AS pada 2015 menjadi 77 miliar dollar AS pada akhir 2022. Sektor ini masih menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia. Lalu, start up lokal telah meningkatkan kesejahteraan hidup banyak mitra pedagang berskala UMKM, seperti yang dilakukan oleh GoTo, Bukalapak, Traveloka, dan Blibli.
“Saya tidak berpikir fenomena pemangkasan jumlah karyawan di sejumlah perusahaan teknologi membuat pekerjaan di sektor teknologi menjadi kurang menarik. Bekerja di sektor teknologi memungkinkan karyawan untuk mengembangkan keterampilan mereka dan membangun jaringan kontak yang bisa jadi aset berharga di masa depan. Bakat, keterampilan, dan kompetensi di bidang teknologi digital sangat sulit didapat di mana saja,” ujar Joel.
Di Indonesia, imbuh Joel, angkatan kerja berjumlah besar. Akan tetapi, belum banyak angkatan kerja yang berbakat, terampil, dan kompeten di bidang teknologi digital. Sebelum pandemi Covid-19, rata-rata lama kerja pekerja yang menjabat sebagai chief technology officer ataupun vice president di bidang teknologi adalah sembilan bulan. Durasi yang singkat karena mereka ‘diperebutkan’ di perusahaan lain.
Dalam konferensi pers laporan e-Economy SEA 2022, Selasa (9/11/2022), di Jakarta, Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan, nilai ekonomi internet di Indonesia memiliki peluang naik tiga kali lipat dalam tiga tahun mendatang dari tahun 2022 sekitar 77 miliar dollar AS. Selain jumlah, hal yang masih perlu diperdalam adalah keterampilan pekerja di bidang teknologi digital, seperti analis mahadata. Google terlibat dalam berbagai pelatihan yang bekerja sama dengan pemerintah dan perusahaan lain, seperti program Bangkit.