Resmi Melantai di Bursa, Blibli.com Masih Harus Mengefisienkan Operasi
PT Global Digital Niaga Tbk, pemilik grup bisnis e-dagang Blibli.com, resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan mesti melakukan efisiensi dulu untuk memperbaiki kinerja keuangan.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Global Digital Niaga Tbk, pemilik grup bisnis e-dagang Blibli.com, resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, Selasa (8/11/2022). Harga per lembar saham saat pembukaan pasar yaitu Rp 450, sempat menyentuh Rp 472, dan ditutup dengan harga Rp 450. Perusahaan berharap perolehan dana dipakai untuk membayar utang dan membiayai operasional kinerja.
Co-Founder dan CEO PT Global Digital Niaga Tbk Kusumo Martanto, saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (8/11/2022) mengatakan, utang yang dimaksud berasal dari perbankan dengan total Rp 5,4 triliun. Total dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO), yang sebesar Rp 8 triliun, rencananya akan dipakai sebagian untuk membiayai utang.
“Kami melihat perekonomian Indonesia masih baik. Konsumsi rumah tangga masih bagus. Kami terus mencari mitra pemegang merek atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkualitas untuk bersama-sama mengejar optimalisasi (kerja Blibli.com),” ujar dia.
CEO Tiket.com George Hendrata mengatakan, efisiensi operasional masih tetap dilakukan oleh PT Global Digital Niaga Tbk. Tiga tahun terakhir, perusahaan berhasil membukukan margin efisiensi dua digit. Sebelumnya, Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market telah menyatukan ekosistemnya.
“Kami juga berusaha membangun bisnis yang berkelanjutan. Bisnis agen perjalanan daring dan penjualan bahan pangan sehari-hari (groceries) secara daring telah terbukti jadi bisnis yang menguntungkan. Di luar negeri, perusahaan yang menjalankan dua bisnis itu telah menjadi perusahaan terbuka,” kata George.
Chief Financial Officer PT Global Digital Niaga Tbk, Hendry menambahkan, potensi bisnis agen perjalanan dan groceries daring di Indonesia besar. Groceries daring, khususnya, masih memiliki penetrasi pengguna yang rendah. Setelah tercatat di Bursa Efek Indonesia, perusahaan memastikan telah memiliki strategi mengejar profit. Kedua bisnis itu jadi andalan. Pada semester I-2022, monetisasi penjualan jadi pendapatan mencapai 30 persen.
John Octavianus, principal advisor Nilzon Capital, saat dihubungi terpisah, mengatakan, pada semester I-2022, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Blibli.com masih negatif Rp 2,30 triliun dengan sisa saldo kas Rp 1,97 triliun. Dengan demikian, perusahaan itu membakar sekitar Rp 393 miliar EBITDA negatif per bulan.
“Sisa dana hasil IPO mungkin hanya cukup untuk menutup EBITDA negatif tidak lebih dari enam bulan, jika Blibli.com tidak melakukan perbaikan keuangan yang signifikan. Pada paruh pertama tahun 2023, kami memandang perusahaan perlu memangkas biaya operasional, melepaskan portofolio investasinya, atau kombinasi,” ujar dia.
Dia menambahkan, perekonomian Indonesia saat ini lebih baik dibandingkan dengan saat pembatasan sosial ketat karena pandemi Covid-19. Walaupun demikian, John mengakui biaya utang sekarang meningkat karena kebijakan bank sentral yang lebih ketat. Oleh karena itu, apabila Blibli.com masih punya pinjaman bank, dia berpendapat masih lebih baik disimpan daripada dilunasi secara penuh.
Pemulihan industri pariwisata akan berdampak positif bagi bisnis agen perjalanan daring yang dipegang oleh Tiket.com. Hal ini juga dinilai mampu meredam aksi ‘bakar uang’ Blibli.com.
“Kami menilai, seandainya Tiket.com bisa IPO sendiri, ini mungkin akan lebih menarik daripada bisnis konsolidasinya di Blibli.com. Bisnis agen perjalanan daring merupakan penghasil kas yang kuat. Di dunia, bisnis agen perjalanan daring telah terbukti menguntungkan, seperti Booking Holdings Inc dan Expedia,” imbuh John.