Indonesia Masih Jadi Tempat Menarik untuk Investasi Teknologi
Indonesia masih menarik 25 persen dari total pendanaan swasta di kawasan Asia Tenggara. Investor memandang 2023 sebagai tahun yang menantang dan tahun 2024 mungkin baru mulai pulih.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)
Eksekutif start up Indonesia berbicara mengenai masa depan start up Indonesia dalam acara Ngeteh Sore Bersama Kompas di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (21/1/2020). Sebagai narasumber dalam acara tersebut CEP DailySocial.id Rama Mamuaya, Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison, dan CEO Telkomsel Mitra Inovasi Andi Kristianto (kiri ke kanan).
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia, sesuai laporan studi e-Economy SEA 2022, masih menjadi negara yang menarik untuk berinvestasi ke usaha rintisan bidang teknologi atau start up walaupun kini terdapat hambatan ketidakpastian makroekonomi. Indonesia masih menarik 25 persen dari total pendanaan swasta di kawasan Asia Tenggara.
Deputy Head of Technology and Consumer Southeast Asia Temasek Fock Wai Hoong menekankan, adanya ketidakpastian makroekonomi menjadi perhatian utama para investor. Berdasarkan studi e-Economy SEA 2022, para investor memandang 2023 sebagai tahun yang menantang dan tahun 2024 mungkin baru mulai pulih.
”Saya pribadi sepakat dengan hal itu. Kunci bertahan (bagi para start up) adalah memiliki strategi pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Wai Hoong dalam konferensi pers, Selasa (8/11/2022), di Jakarta.
Investor menginginkan start up yang bisa menyeimbangkan ambisi mengakuisisi konsumen baru dan operasionalisasi yang berkelanjutan. Investor juga berharap para start up memiliki rencana prioritas mulai dari urusan inovasi sampai masalah operasionalisasi.
Di tingkat Asia Tenggara, lanjut Wai Hoong, kesepakatan investasi ke start up tahap awal masih bagus. Sementara kesepakatan berinvestasi ke start up tahap akhir sebaliknya. Investor memperhatikan pencapaian start up yang belakangan telah melantai di bursa saham.
”Untuk Asia Tenggara, investor secara umum akan berhati-hati dalam jangka pendek karena sebagian besar tidak berharap ada aktivitas kesepakatan investasi baru ataupun penilaian valuasi start up dalam beberapa tahun mendatang. Sebagian investor tetap bullish untuk jangka menengah panjang,” kata Wai Hoong.
Layanan keuangan digital, terutama pembayaran dan pinjam-meminjam uang, telah menggantikan e-dagang sebagai sektor yang menerima suntikan investasi teratas dengan nilai 1,5 miliar dollar AS pada semester I-2022. Di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kebanyakan pemodal ventura ingin fokus berinvestasi ke sektor baru, antara lain kesehatan, Web3.0, dan SaaS (perangkat lunak).
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menambahkan, selama penyusunan laporan, e-Economy SEA 2022 juga menyertakan survei ke sejumlah pemodal ventura. Pada tahun depan, valuasi sejumlah start up akan turun 30 persen, tetapi dalam kurun 2-3 tahun lagi akan kembali naik.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pelaku usaha rintisan (start up) mengikuti Festival Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian di Jakarta, Kamis (13/12/2018). Pemerintah telah mencanangkan inisiasi Making Indonesia 4.0 sebagai salah satu agenda untuk meningkatkan perekonomian nasional baik untuk industri besar maupun industri kecil dan menengah.
”Untuk mendorong pertumbuhan jangka pendek, para pebisnis di sektor ekonomi digital kini lebih mengutamakan menggapai profitabilitas dengan memangkas biaya dan mengoptimalkan operasionalisasi,” ucap Wai Hoong.
Pada saat bersamaan, Partner and Head of Digital Practice in Southeast Asia Bain & Company Aadarsh Baijal mengatakan, ekonomi digital Asia Tenggara mengikuti tiga garis tren pertumbuhan yang berbeda. E-dagang mengikuti kurva pertumbuhan berbentuk S, yang artinya melanjutkan lintasan pertumbuhannya, tetapi dari titik awal yang lebih tinggi setelah akselerasi tajam selama pandemi.
Lalu, pengiriman makanan dan media daring sedang kembali ke tren awal mereka setelah lonjakan dua tahun. Adapun bisnis agen perjalanan dan transportasi daring bergerak di sepanjang pemulihan berbentuk U, yang artinya sedang mengalami pemulihan seusai dihantam pandemi Covid-19.