Antisipasi Kenaikan Suku Bunga, Kualitas Kredit Harus Dijaga
Selain menjaga kualitas kredit, strategi lain yang harus dilakukan bank yakni meningkatkan pencadangan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan suku bunga oleh The Fed diperkirakan bakal juga merembet hingga berpotensi ada kenaikan kembali suku bunga Bank Indonesia. Sebagai antisipasi, sejumlah bank perlu menjaga kualitas kredit mereka. Begitu juga pada bank digital, yang meski beroperasi dengan efisien, rentan terdampak.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Amin Nurdin, Jumat (4/11/2022), mengatakan, dengan adanya kenaikan suku bunga oleh The Fed sebesar 75 basis poin menjadi 3,75-4 persen dan bakal diikuti kenaikan kembali suku bunga oleh Bank Indonesia, dampaknya akan dirasakan bank.
Sejumlah strategi yang perlu dilakukan perbankan, kata Amin, di antaranya menyesuaikan cadangan, berhubungan dengan pemegang saham pengendali untuk meningkatkan modalnya. Lalu, kualitas kredit juga harus dijaga. Memang, tahun depan, pertumbuhan kredit diprediksi tak jauh dengan 2022.
Mengenai bank digital, menurut Amin, kondisi itu juga akan semakin menantang. Namun, di sisi lain, selama ini bank digital operasionalisasinya sangat efisien karena tidak ada kantor cabang, mengandalkan mesin, dan scoring.
”Menghadapi tantangan ke depan, bank digital harus melakukan dua hal. Pertama, yakni meninjau ulang (review) kredit dan risiko sehingga kualitas kredit bisa terjaga. Kedua, yakni review partner bisnisnya karena mereka, kan, banyak menggunakan channeling. Agar jangan sampai terjeblos. Namun, dari infrastruktur dan SOP (prosedur standar operasi), bank digital sudah cukup bagus,” kata Amin.
Direktur Utama Bank Jago Tbk Kharim Siregar di sela-sela Singapore Fintech Festival, di Singapura, Kamis (3/11/2022), menuturkan, perbankan harus memiliki modal yang kuat serta memiliki strategi dan manajemen risiko yang baik.
”Yang jelas, bank-bank harus merapatkan barisan. Memang di satu sisi berkompetisi, tetapi dalam hal ini juga mesti bersama. Bank Jago akan tetap fokus pada ekosistem digital,” ucapnya.
Kharim menuturkan, antisipasi tetap diperlukan meski sejumlah prediksi juga menyebutkan bahwa pada 2023 Indonesia akan tetap cerah. Hal tersebut dirasa penting ketimbang tidak menyiapkan apa-apa sehingga dampaknya bisa fatal.
Senior Partner and Managing Partner of McKinsey & Company di Indonesia Khoon Tee Tan mengemukakan, secara global, perekonomian memang akan menantang. Kendati tak akan terdampak langsung, bukan berarti Indonesia bisa tenang-tenang saja. Ketangguhan (resilience) sangat dibutuhkan, terutama dalam sisi perekonomian domestik.
Teknologi digital terbukti bisa optimal saat pandemi Covid-19. ”Ini menjadi momentum untuk digitalisasi sebanyak mungkin pada semua proses bisnis, termasuk interface (antarmuka) dengan konsumen. Jadi, harus berbasis value. Apabila terjadi guncangan lagi, kita akan lebih tangguh karena bisa beraktivitas dengan teknologi digital yang lebih produktif,” katanya.