Kolaborasi yang strategis dalam ekosistem dinilai positif untuk menumbuhkan bank digital. Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menilai langkah ini memudahkan masyarakat untuk mendapat produk dan layanan keuangan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS — Kolaborasi antarentitas di ekosistem digital dinilai penting untuk meningkatkan layanan dan memenuhi kebutuhan pengguna. Upaya itu ditempuh PT Bank Jago Tbk, bank berbasis teknologi, dengan memperkuat kolaborasi bersama dengan perusahaan teknologi finansial dan perusahaan rintisan teknologi.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, sebagaimana laporan wartawan Kompas, Aditya Putra Perdana, dari ajang Singapore Fintech Festival (SFF) 2022 di Singapura, Kamis (3/11/2022), mengatakan, kolaborasi yang strategis dalam ekosistem dapat menumbuhkan bank digital. Langkah itu juga memudahkan masyarakat untuk mendapat produk dan layanan keuangan secara signifikan.
Dalam penyaluran kredit, misalnya, Bank Jago berkolaborasi dengan berbagai mitra, antara lain, perusahaan multifinance dan teknologi finansial (tekfin). ”Bank dan ekosistem digital memahami kebutuhan dan memiliki solusi yang relevan bagi nasabah. Lewat kolaborasi, nasabah, bank, dan ekosistem digital dapat tumbuh bersama,” kata Kharim.
Kharim menjadi salah satu pembicara dalam diskusi SFF 2022 dengan topik ”Driving New Digital Bank Profitability”. Terkait apakah lebih besar peran Bank Jago atau mitranya dalam penyaluran, Kharim menyatakan, saat ini masih dalam tahap balancing. Namun, dengan aplikasi Bank Jago yang baru berusia 18 bulan, capaiannya sangatlah baik.
Menurut data Bank Jago, sampai triwulan III-2022, pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah mencapai 119 persen secara tahunan atau Rp 8,16 triliun. Penyaluran kredit dan pembiayaan syariah dilakukan melalui kolaborasi dengan 32 mitra pembiayaan.
Hingga triwulan III-2022, aplikasi Jago memiliki lebih dari 4,2 juta nasabah dengan dana pihak ketiga mencapai Rp 7,28 triliun. Jumlah nasabah tumbuh tiga kali lipat dalam sembilan bulan terakhir. Padahal, pada akhir 2021, jumlahnya tercatat 1,4 juta nasabah.
Menurut Kharim, pihaknya tidak dapat melihat terlalu jauh ke depan terkait bagaimana peluang di masa mendatang. ”Kami yakin untuk terus bekerja dengan ekosistem digital. Jika pertumbuhan ekosistem digital berkurang, kita memerlukan aksi yang lebih dari yang lain. Namun, fundamen kita harus kuat,” ujarnya.
SFF 2022 adalah ajang tahunan berskala internasional yang diselenggarakan bank sentral dan otoritas jasa keuangan Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS). Acara yang berlangsung pada 2-4 November 2022 itu menghadirkan lebih dari 850 pakar dan pelaku usaha serta dihadiri 2.000 organisasi dari 110 negara.
SFF, menurut Kharim, bisa menjadi gambaran teknologi masa depan, bahkan acuan di Asia Tenggara atau lebih luas lagi. ”Total populasi Asia Tenggara sekitar 400 juta (jiwa) dan demografinya paling muda. Dari segi penerimaan digital paling tinggi. Teknologi itu pasti jauh lebih cepat dari yang saat ini dibutuhkan,” katanya.
CEO ANEXT Bank—bank digital di Singapura yang juga anak perusahaan Ant Group—Toh Su Mei mengatakan, pihaknya fokus pada pengalaman (experience) yang didapat konsumen. Oleh karena itu, kerja sama akan selalu terbuka dengan pendekatan yang kolaboratif. Selain itu, juga melalui diskusi dengan pelaku industri.
Deputy Prime Minister and Minister for Finance and Deputy Chairman MAS Lawrence Wong, pada pembukaan SFF 2022, Rabu (2/11/2022), menyatakan, teknologi bisa jadi sangat hebat dalam menghasilkan sesuatu yang baik. Namun, teknologi juga bisa membawa kecemasan dan ketakutan.
Sebagian orang khawatir pekerjaan mereka tergantikan oleh teknologi atau tidak bisa mengimbangi kecepatannya. ”Oleh karena itu, semua pandangan harus didengarkan dan bagaimana mengatasi itu. Sebab, dengan mengidentifikasi kelemahan dan peluang bisnis berasal dari pemahaman bersama tentang kebutuhan konsumen,” ujar Wong.