Lewat Uang, Bank OCBC NISP Kampanyekan Peran Perempuan dalam Perekonomian Bangsa
Representasi perempuan dalam bidang ekonomi ditunjukkan dengan gambar para pahlawan perempuan Indonesia dalam uang. Pahlawan perempuan menunjukkan peranan besar perempuan untuk negara, uang sebagai simbol ekonomi.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank OCBC NISP meluncurkan kampanye ”CurrenShe” terkait representasi perempuan dalam perekonomian di Jakarta, Kamis (3/11/2022). Kampanye ini menggunakan uang sebagai simbol ekonomi untuk menjadi media yang menampilkan representasi perempuan. Tujuannya agar perempuan semakin berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, perempuan memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian. Dia merujuk pada data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada 2021 yang menunjukkan perempuan mengelola 37 juta lebih atau lebih dari separuh jumlah usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Adapun total UMKM berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,07 persen.
”Dukungan terhadap perempuan merupakan suatu langkah yang cerdas dan tepat untuk memajukan ekonomi bangsa. Insiatif CurrenShe diharapkan dapat mengingatkan kembali bahwa Indonesia juga dibangun oleh para perempuan tangguh dan hebat,” kata Parwati.
Parwati menambahkan, representasi perempuan dalam bidang ekonomi ditunjukkan dengan gambar para pahlawan perempuan Indonesia dalam uang. Pahlawan perempuan sebagai bukti peranan besar perempuan untuk negara, sedangkan uang sebagai simbol ekonomi.
Kampanye ini memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) yang dapat diakses dengan memindai uang kertas nominal Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, dan atau Rp 2.000 melalui situs Currenshe.com. Setelah memindai, layar ponsel menampilkan gambar dan audio mengenai cerita dari pahlawan perempuan di balik setiap nominalnya.
Tiga di antara pahlawan yang ada dalam fitur tersebut adalah Laksamana Malahayati dari Aceh (nominal Rp 2.000), Nyi Ageng Serang dari DI Yogyakarta (nominal Rp 5.000), dan Andi Depu dari Tinambung, Sulawesi Barat (nominal Rp 10.000).
Karya visual pahlawan dan teknologi AR itu juga dapat ditemui di instalasi seni bertajuk Perempuan Kuat Ekonomi Bangsa Hebat yang diselenggarakan di Mall Sarinah Thamrin, Jakarta, pada 3-24 November 2022.
Menurut Parwati, kampanye ini tersebut bertujuan untuk mendorong perempuan agar semakin berkontribusi terhadap perekonomian negara. ”Kami mendorong para perempuan untuk terus berkarya, berbisnis, dan terjun langsung serta jangan segan menjadi pemimpin di sektor ekonomi. Kami yakin bahwa perpaduan kekuatan perempuan dan laki-laki akan saling mengisi dan menciptakan dampak positif yang lebih besar,” ujarnya.
Dalam acara yang sama, pendiri dan CEO Pinhome Dayu Dara Permata berpendapat, representasi perempuan dalam bidang ekonomi memang minim. Padahal, hal itu penting untuk memantik perempuan-perempuan lain terjun ke dunia wirausaha.
”Jumlah perempuan separuh dari populasi penduduk Indonesia dan penduduk yang produktif. Bayangkan seberapa besar pengaruhnya terhadap ekonomi jika para perempuan ini mengembangkan usaha. Namun, banyak perempuan merasa belum mampu,” ucap Dara.
Menurut Dara, perempuan juga menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan usaha. Tantangannya ada dalam ranah profesional, personal, dan sosial. Dalam ranah sosial, misalnya, perempuan dipandang bertugas mengerjakan urusan rumah tangga. Akibatnya, perempuan mengalami beban kerja ganda.
”Dalam ranah profesional di tempat kerja, suara perempuan, apalagi yang masih muda, juga kurang didengar. Orang-orang mungkin mengangguk, tetapi pendapat yang akhirnya didengar dan dilaksanakan adalah pendapat dari orang lain, khususnya lelaki,” tutur Dara.
Untuk mengatasi hal itu, Dara mengatakan, baik perempuan maupun laki-laki harus menetralisir pandangan-pandangan yang melanggengkan ketimpangan jender. Selain itu, perempuan juga harus dilibatkan dalam berbagai urusan dalam perusahaan agar setiap keputusan diwarnai pandangan perempuan.
”Perempuan juga perlu diyakinkan bahwa yang terpenting adalah kemampuan dan hasil kerja, bukan jender, status sosial, atau ras,” tuturnya.