Industri Kecil Menengah Digandeng Masuk Rantai Pasok Industri
Pelibatan industri kecil menengah atau IKM di dalam rantai pasok industri diharapkan dapat menjaga sektor manufaktur tetap ekspansif.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menggandeng industri kecil menengah atau IKM untuk masuk rantai pasok industri berskala besar. Upaya ini diharapkan bisa mendongkrak kinerja industri manufaktur dalam negeri yang menunjukkan perlambatan mendekati zona kontraksi. Kondisi itu terjadi seiring dengan perekonomian global yang sedang lesu.
Dalam acara ”Temu Bisnis IKM Alat Angkut dengan Tier APM dan Industri Besar”, Selasa (1/11/2022), di Jakarta, pemerintah menggandeng Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, PT Astra Honda Motor (AHM), dan lembaga pembiayaan. Acara tersebut menghasilkan kesepakatan yang dituangkan melalui panandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara 31 IKM dan 14 perusahaan tier AHM.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam acara tersebut mengatakan, untuk menjaga industri manufaktur tetap ekspansif di tengah kondisi ekonomi global yang lesu, pemerintah melakukan langkah antisipasi. Salah satunya menggandeng IKM masuk ke rantai pasok industri.
”Penting untuk mempertemukan IKM dengan industri besar karena banyak industri besar juga belum tahu kekuatan industri kecil. Industri besar belum tahu suplainya bisa didapat dari industri kecil. Selain itu, kegiatan ini juga penting untuk memperkuat rantai pasok sehingga bisa menciptakan kemandirian dalam industri manufaktur,” ucap Agus.
Lewat acara tersebut, IKM dapat menggali informasi mengenai potensi pasar yang dapat dijajaki di tier APM (agen pemegang merek) dan industri besar. Sementara itu, tier APM dapat memperoleh informasi tentang potensi IKM untuk dapat dijadikan sebagai bagian dari rantai pasok. Sementara itu, pemerintah mendapat masukan terkait kebutuhan pembinaan IKM ke depan.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid, dalam acara yang sama, menyatakan dukungannya terhadap program kemitraan itu. Menurut dia, program tersebut sejalan dengan upaya Kadin Indonesia mendukung kemajuan IKM dan peningkatan konten lokal.
“Melalui program kemitraan ini, perusahaan atau industri besar dapat memberikan bantuan berupa teknologi dan berbagi pengetahuan agar IKM naik kelas. Setelah IKM naik kelas, maka akses terhadap perbankan pun lebih mudah. Kemitraan ini juga untuk menguatkan industri manufaktur dan menciptakan rantai industri domestik yang kokoh,” tutur Arsjad.
Senada dengan Kadin Indonesia, dukungan serupa dilontarkan Direktur PT Astra International Gita Tiffani Boer. Menurut dia, Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) berfokus membina lebih dari 12.000 IKM di bidang manufaktur, bengkel, kerajinan, serta petanian. Dalam acara tersebut, YDBA merekomendasikan beberapa IKM untuk menjadi peserta. Setelahnya, IKM hasil rekomendasi itu diseleksi oleh tier AHM dan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian.
Insentif
Selain dengan menggandeng IKM untuk masuk rantai pasok industri, pemerintah juga akan mempertimbangkan pemberian insentif. Upaya itu dilakukan agar industri tidak mengalami perlambatan di tengah situasi ekonomi global saat ini ataupun ancaman resesi tahun depan.
”Pemerintah pada gilirannya akan mencoba untuk membuat atau menerbitkan kebijakan, khususnya insentif atau stimulus, seperti yang pernah kami lakukan saat awal Covid-19. Saat itu, situasinya jauh lebih rumit daripada kondisi sekarang. Insentif akan menjaga permintaan di industri, khususnya industri manufaktur. Apabila permintaan terjaga, pertumbuhan sektor tersebut akan terjaga pula,” kata Agus.
Pada awal pandemi 2020, pemerintah menetapkan sejumlah stimulus berupa insentif, seperti insentif perpajakan, insentif bea masuk ditanggung pemerintah (BM DTP), insentif tambahan untuk perusahaan kawasan berikat, serta bantuan pembayaran tagisan listrik PLN untuk pelanggan golongan industri, bisnis, dan sosial.
Dalam kesempatan itu, Agus juga menyampaikan laporan Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) Manufaktur Indonesia di mana pada Oktober 2022 tercatat pada level 51,8. PMI menetapkan angka 50 sebagai ambang batas. Jika angkanya melebihi 50, industri ekspansif. Namun, apabila angkanya di bawah 50, berarti industri berada pada fase kontraksi.
Dengan indeks berada pada level 51,8, industri manufaktur Indonesia masih ekspansif kendati mendekati zona kontraksi. Namun, menurut laporan yang dirilis perusahaan analisis S&P Global itu, terjadi perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada September 2022, indeks PMI Manufaktur Indonesia berada pada level 53,7.