Tingkat literasi keuangan di Indonesia, berdasarkan data OJK, baru mencapai sekitar 38,03 persen pada 2019. Sementara itu, tingkat literasi keuangan syariah mencapai 20,01 persen sesuai data Bank Indonesia.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Literasi keuangan masih menjadi salah satu persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Padahal, tingkat literasi keuangan yang mumpuni dapat membantu UMKM dalam mempercepat pengembangan bisnis.
”Persoalan literasi dan pengelolaan keuangan ini jamak kami temui. Masih ada sejumlah pelaku UMKM menganggap hasil penjualan sebagai pemasukan semata dan kurang terbiasa menyisihkan sebagian untuk modal atau investasi kegiatan promosi,” ujar Vice President of Seller Experience Tokopedia Puput Hidayat dalam konferensi pers acara ”Konferensi Maju Digital untuk Pegiat UMKM”, Kamis (27/10/2022), di Jakarta.
Tingkat literasi keuangan di Indonesia, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, baru mencapai sekitar 38,03 persen pada 2019. Sementara itu, tingkat literasi keuangan syariah mencapai 20,01 persen sesuai data Bank Indonesia.
Adapun indeks inklusi keuangan di Indonesia sudah lebih tinggi, yakni mencapai 83,6 persen pada 2021. Ini meningkat dari angka indeks tahun 2020 yang sebesar 81,4 persen.
Di luar masalah literasi dan pengelolaan keuangan, imbuh Puput, permasalahan umum lain yang dihadapi pelaku UMKM adalah penguasaan teknologi. Masih ada sejumlah UMKM merasa terintimidasi dengan hadirnya teknologi digital, seperti media sosial. Padahal, sejumlah perusahaan teknologi, termasuk GoTo, terus berupaya menciptakan teknologi-teknologi digital yang ramah pengguna.
”Hanya saja, masalah pengelolaan keuangan ini yang teratas atau paling jamak muncul. Penguasaan teknologi itu jadi masalah berikutnya, kemudian masalah bahan baku. Di luar itu, kami menemukan UMKM di setiap daerah memiliki persoalan berbeda-beda,” ujarnya.
Sementara itu, dari pengalaman pendiri UMKM parfum ”HMNS”, Rizky Arief Dwi, pengelolaan keuangan yang baik membuat UMKM terus berinovasi menghasilkan produk baru. UMKM juga bisa memanfaatkan aneka perangkat lunak pengelola keuangan.
Rizky mulai berjualan produk parfum HMNS tahun 2019 di lokapasar. Sampai sekarang, penjualan parfumnya telah menjangkau 34 provinsi di Indonesia. Menurut dia, berjualan di lokapasar telah menaikkan penjualan hingga lebih dari 100 persen.
”Dari sisi pemasaran produk, UMKM bisa memanfaatkan media sosial. Namun, berdasarkan pengalaman saya, pemasaran melalui media sosial tetap butuh teknik bercerita (story telling) yang menarik,” ucap Rizky.
Adapun dari pengalaman Evan Petra, pemilik usaha nasi bogana Ny An Lay, manajemen keuangan yang baik bisa membantu UMKM menjaga operasionalisasi bisnis secara berkelanjutan. Apalagi, jika UMKM bersangkutan sudah berangan-angan ingin membuka cabang baru.
”Saya meneruskan usaha ini dari ibu saya. Ketika sedang membuka cabang baru, tantangan terbesar ada di masalah keuangan. Bagaimana saya bisa mengelola keuangan dengan baik dan tetap efisien agar cabang dapat bertahan,” katanya.