TEI 2022 Diharapkan Perluas Jangkauan Ekspor Batu Alam
Salah satu produk yang dipamerkan pada penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2022 adalah batu alam. Ajang itu diharapkan membuat jangkauan pasar ekspor batu alam Indonesia semakin luas.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Perhelatan pameran dagang Trade Expo Indonesia atau TEI 2022 di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Tangerang, Banten, menjadi peluang besar sejumlah industri dalam negeri untuk mengembangkan usaha mereka. Pameran tahunan ini menjadi ajang promosi berbagai produk lokal untuk menjangkau pasar ekspor yang lebih luas.
Salah produk yang dipamerkan di ajang itu adalah batu alam. Produk itu, antara lain, ditampilkan oleh CV Rainbow Pelangi, produsen batu alam yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Batu alam yang diproduksi, antara lain, berjenis batu candi, andesit, marmer, gravel, relief, dan marbel. Jenis batuan ini biasa digunakan sebagai dekorasi rumah atau gedung, baik untuk interior maupun eksterior.
Batu alam merupakan salah satu kekayaan Indonesia. Pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume produksi batu galian Indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi. Produksi kerikil, misalnya, mengalami peningkatan dari 13,5 juta meter kubik pada 2018 menjadi 17,05 juta meter kubik pada 2019.
Begitu pula dengan jenis batu marmer, produksinya meningkat dari 135.916 meter kubik menjadi 1,2 juta meter kubik pada periode yang sama. Peningkatan produksi juga terjadi pada jenis batu yang lain, seperti andesit, granit, dan kaolin.
Direktur Utama CV Rainbow Pelangi Falito Efrem Fausto mengatakan, meski pasar dalam negeri saat ini masih dominan, sejak tahun 2016 Rainbow Pelangi sudah melakukan ekspor ke sejumlah negara di Asia serta Australia. Angka ekspor semakin meningkat dari tahun ke tahun. ”Saat ini pasar lokal kami sekitar 64 persen berbanding 36 persen pasar ekspor,” ujarnya.
Menurut Falito, peningkatan terus terjadi dua tahun terakhir. Dengan skema bisnis ke bisnis (B2B), volume penjualan sempat turun pada tahun 2020, yakni dengan persentase sekitar 40 persen. Akan tetapi, penjualan kembali membaik pada 2021, yakni dengan peningkatan sekitar 50 persen.
Sementara itu, hingga September 2022, volume penjualan telah meningkat hingga 12 persen. ”Kami berharap volume penjualan, baik di dalam maupun luar negeri, bisa semakin meningkat seiring dengan perhelatan TEI 2022 ini,” kata Falito.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menargetkan transaksi dalam pameran TEI 2022 mencapai 10 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 154,8 triliun. Pameran yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo ini terus menunjukkan peningkatan jumlah transaksi dari hari ke hari.
Kementerian Perdagangan dalam siaran persnya mencatat total nilai penandatanganan kesepakatan dagang pada hari pertama, Rabu (19/10/2022), mencapai 1,19 miliar dollar AS. Sementara pada kedua, nilainya mencapai 261 juta dollar AS serta hari ketiga, Jumat, kembali bertambah 376 dol;ar AS. Dengan demikian, total nilai penandatanganan kesepakatan dagang hingga hari ketiga mencapai 1,83 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28,4 triliun.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi menyebut, 18 kesepakatan dagang yang terjadi pada hari ketiga itu dilakukan dengan 17 negara mitra. Produk yang ditransaksikan meliputi produk makanan dan minuman, karpet, kopi dan teh, produk bulu mata, peralatan pecah belah, sirop obat batuk, serta pupuk organik.
Pelaku usaha terlibat dalam dua model kesepakatan. Kesepakatan pertama berupa kontrak pembelian yang dilakukan mitra dagang dari Kanada, Afrika Selatan, Meksiko, Kolombia, Nigeria, Mesir, Uni Emirat Arab, serta diaspora Indonesia (Qatar, Amerika Serikat, Belanda, Rusia, Australia, dan Singapura). Sementara itu, tiga negara terlibat dalam kesepakatan imbal dagang, yaitu Jepang, China, dan Filipina.
”Nilai ini akan terus meningkat mengingat TEI ke-37 secara daring masih digelar hingga 19 Desember 2022,” kata Didi.