Pengangkutan yang terjadwal memberikan kepastian waktu sehingga ketersediaan stok pangan dapat lebih terjamin. Dari segi biaya, tol laut masih mendapatkan subsidi pemerintah sehingga berpotensi tekan disparitas.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan tol laut mulai dimanfaatkan untuk mengangkut bahan pangan dari daerah sentra produksi ke wilayah defisit. Pengangkutan ini diharapkan dapat memeratakan stok sekaligus mengendalikan harga pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan, distribusi pangan melalui tol laut bisa berdampak pada terkendalinya inflasi bahan makanan, khususnya di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
”Distribusi ini akan mengisi stok yang kurang di daerah-daerah tersebut sehingga akan menjaga stabilitas harga dan inflasi. Selain itu, subsidi transportasi juga dapat mengurangi harga pokoknya,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (21/10/2022).
Beras menjadi komoditas pertama yang didistribusikan ke wilayah 3T memanfaatkan tol laut. Ke depan, kata Arief, pengangkutan bahan pangan lain juga berpotensi memanfaatkan tol laut, seperti ayam dan daging beku.
Pada Selasa (18/10/2022), Badan Pangan Nasional bersama Perum Bulog melepas pengiriman 10 kontainer beras dari Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Kontainer berisi 200 ton beras cadangan pemerintah (CBP) itu dikirim ke Aceh dan Sumatera Utara.
Menurut Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal, beras itu dikirim untuk operasi pasar. Kedua daerah tujuan tersebut tengah mengalami defisit, sementara Jawa Barat tergolong surplus beras.
Laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan menyebut, harga beras medium di Sumatera Utara sepekan ini berkisar Rp 11.333 per kilogram. Adapun harga beras medium di Aceh Rp 10.356 per kg. Keduanya berada di atas harga acuan untuk kedua wilayah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras, yakni Rp 9.950 per kg.
Menurut Awaludin, pengangkutan beras dari Jawa Barat ke Sumatera Utara dan Aceh lebih efisien melalui tol laut. ”Sebelumnya, beras diangkut melalui jalur darat terlebih dulu ke Tanjung Priok lalu diangkut dengan kapal,” katanya.
Dengan perubahan moda transportasi tersebut, biaya angkut jadi 20 persen lebih hemat. Pengangkutan beras memakan waktu sekitar enam hari. Secara keseluruhan, Badan Pangan Nasional mencatat, stok beras yang dikelola saat ini berkisar 700.000 ton. Sepanjang 2022, realisasi penyerapan beras dalam negeri Bulog telah mencapai 750.000 ton, sedangkan penyaluran untuk operasi pasar sekitar 720.000 ton.
Ke depan, kata Awaludin, Bulog bersama pihak otoritas terkait akan mengkaji jenis bahan pangan lain beserta daerah-daerah lain yang berpotensi memanfaatkan tol laut. ”Ketepatan waktu antara produksi (komoditas pangan) dengan jadwal pelayaran perlu jadi pertimbangan. Selain itu, ada bahan pangan yang butuh spesifikasi khusus, misalnya harus menggunakan sistem penyimpanan dingin,” katanya.
Sementara itu, Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi berpendapat, tol laut dapat dioptimalkan untuk mengangkut bahan pangan. Apalagi, sejumlah jalur tol laut melewati sentra-sentra produksi pangan.
”Pengangkutan yang terjadwal memberikan kepastian waktu sehingga ketersediaan stok pangan (di daerah tujuan) lebih terkendali. Dari segi biaya, tol laut masih mendapat subsidi dari pemerintah. Dengan demikian, (distribusi pangan melalui) tol laut berpotensi menurunkan disparitas harga antardaerah,” ujarnya.