Petani Tertekan, Produsen Pupuk Cari Sumber Bahan Baku Lain
Pasar pupuk Indonesia dan dunia tengah tertekan. Karena perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, harga bahan baku pupuk naik hingga tiga kali lipat selama setahun terakhir dan berimbas pada harga pupuk di Indonesia.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan bahan baku pupuk akibat perang Rusia-Ukraina menekan petani di tengah musim tanam. Produsen pupuk mencari sumber bahan baku lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ketua Departemen Pengkajian Strategis Nasional Serikat Petani Indonesia Mujahid Widian mengatakan, harga pupuk nonsubsidi saat ini kian mahal, apalagi pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak. ”Rata-rata anggota kami melaporkan, kenaikan (harga pupuk) berkisar 20-30 persen,” katanya saat dihubungi, Kamis (20/10/2022).
Kenaikan harga pupuk, menurut Mujahid, menggerus keuntungan petani dan produktivitas pertanian. Dia menyebutkan, produksi berpotensi turun lantaran mahalnya pupuk sekaligus banjir dan serangan hama.
Secara umum, biaya produksi yang ditanggung petani meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat, indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal yang dibayar petani pada September sebesar 114,07 atau naik 1,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Laporan harga komoditas Bank Dunia yang dipublikasikan pada awal Oktober 2022 menunjukkan rata-rata bulanan indeks harga pupuk untuk negara berpendapatan rendah dan menengah sepanjang Juli-September 2022 mencapai 215,2. Angka ini melonjak 66,7 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 129,1.
Kenaikan harga sejumlah bahan baku pupuk memengaruhi lonjakan indeks tersebut. Rata-rata bulanan harga batu fosfat (phosphate rock) sepanjang Juli-September 2022 menyentuh 320 dollar AS per ton atau meroket hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan Juli-September 2021 yang sebesar 136,5 dollar AS per ton. Rata-rata bulanan harga kalium klorida juga melonjak lebih dari 100 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang berkisar 214,8 dollar AS per ton menjadi 562,5 dollar AS per ton.
Secara umum, Direktur Transformasi Bisnis PT Pupuk Indonesia (Persero) Panji Winanteya Ruky mengatakan, pasar pupuk Indonesia dan dunia tengah tertekan. Produksi pupuk NPK yang dibutuhkan untuk produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan memerlukan bahan baku berupa unsur fosfat dan kalium yang berkisar 30-40 persen suplai dunia berasal dari Rusia dan Belarus. Karena perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, harga bahan baku pupuk NPK meningkat hingga tiga kali lipat selama setahun terakhir dan berimbas pada harga pupuk di Indonesia.
Di sisi hulu, Panji menyebutkan, perusahaan mengisi sekitar 50 persen pasar pupuk di Indonesia. Dia memperkirakan, total kebutuhan pupuk di Indonesia 24 juta ton, sedangkan kapasitas produksi perusahaan 13 juta-14 juta ton.
SVP Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana mengatakan, bahan baku yang diimpor untuk produksi pupuk terdiri dari fosfor dan kalium klorida. ”Kedua bahan baku itu harus diimpor karena merupakan barang tambang yang tidak bisa diproduksi di Indonesia,” katanya saat dihubungi, Kamis.
Untuk menyiasati situasi tersebut, Wijaya mengatakan, perusahaan telah mencari sumber bahan baku dari negara lain, seperti Kanada, Mesir, Maroko, dan Laos. Perusahaan juga telah mendekati perusahaan-perusahaan pemasok di Rusia. Dampaknya, pasokan bahan baku fosfor dan kalium sudah tergolong aman minimal hingga awal 2023.
Dengan demikian, kata Wijaya, produksi saat ini mestinya tidak ada hambatan dari pasokan bahan baku. Produksi untuk pupuk bersubsidi juga sudah aman. ”Namun, produsen pupuk NPK bukan hanya kami,” jawabnya ketika ditanya terkait stabilitas harga dan pasokan pupuk di pasar ke depannya.