Wapres Ajak Diaspora di Singapura Hidupkan Kembali Jalur Rempah
Di sela-sela kunjungan kerja ke Singapura, Wakil Presiden Ma'ruf Amin bertemu masyarakat diaspora Indonesia. Warga pun diajak menghidupkan jalur rempah yang pernah ada pada masa lalu.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri diharap ikut mendorong menghidupkan kembali jalur rempah. Jalur rempah pada masa modern ini, terutama untuk menguatkan ekspor produk jadi Indonesia.
Ajakan ini disampaikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat berdialog dengan masyarakat diaspora Indonesia di Singapura, Selasa (18/10/2022).
Dalam acara yang diselenggarakan di Kedutaan Besar RI di Singapura, pukul 13.30 hingga 16.00, Wapres menjelaskan, dalam kondisi sulit setelah pandemi Covid-19 dan ketidakpastian global, Indonesia masih tumbuh sekitar 5 persen dan masih menjaga inflasi di bawah 5 persen. Karena itu, semua dipertahankan. Potensi-potensi yang ada, terutama sumber daya manusia dan sumber daya alam dioptimalkan.
“Jangan ada lahan yang tidur dan jangan ada tenaga yang nganggur, jadi terus lahan kita yang banyak dan besar kita gali terus dan kita kembangkan dengan berbagai kemampuan yang kita miliki,” tuturnya.
Diakui perlu teknologi dan keterampilan untuk tenaga kerja Indonesia. Dengan demikian, semua sumber daya alam bisa dihilirisasi. Jangan ada lagi barang mentah yang dijual ke luar negeri.
Untuk itu, Wapres Amin beberapa kali meminta supaya jalur rempah yang pernah dimiliki itu dihidupkan lagi. Diingatkan bahwa Nusantara pernah mengirim rempah ke mana-mana. Namun, di masa kini, tentu bukan hanya komoditas rempah yang diperdagangkan ke berbagai negara.
”Kita ingin gunakan jalur rempah, tapi tidak dalam bentuk mentah, bahan (produk) yang sudah kita hilirisasi,” tuturnya.
Wapres Amin pun berharap, warga diaspora bisa berkontribusi baik melalui masukan atau usulan solusi terutama terkait pendidikan vokasi di Indonesia. Warga diaspora juga diharap mampu menghubungkan produk-produk Indonesia dengan pasar di berbagai negara.
”Diaspora ini menjadi hamzah washal, hamzah washal itu huruf hamzah yang menghubungkan antara kalimat dengan kalimat menjadi untaian kata indah. Itulah hamzah washal. Saya minta diaspora menjadi hamzah washal yang menghubungkan produk-produk kita di Tanah Air untuk dipasarkan ke mancanegara,” tutur Wapres Amin.
Indonesia dan Singapura memiliki kerja sama perdagangan dan investasi yang sangat besar. Bahkan, Singapura adalah negara yang paling besar investasinya di Indonesia. Akan tetapi, lanjut Ma'ruf Amin, peluang pengembangan kerja sama masih besar.
Produk UMKM dan produk-produk halal adalah dua hal yang akan terus didorong untuk menjadi andalan perdagangan Indonesia. Dengan demikian, UMKM di Indonesia bisa semakin berkembang.
Dalam dialog tersebut, salah seorang warga diaspora yang juga perwakilan Garuda Indonesia di Singapura, Pricillia Melisa, mengatakan, saat ini sedang mendorong penerbangan termasuk dari Singapura ke berbagai kota di Indonesia. Sejauh ini, katanya, rute penerbangan Singapura-Jakarta dua kali sehari, Singapura-Denpasar tiga kali sepekan. Ke depannya, akan dibuka jalur Singapura-Surabaya dan mungkin rute lainnya sesuai potensi.
Selain itu, Garuda Indonesia juga sudah menyewakan pesawat sewa (charter) untuk membawa kargo dari Semarang ke Singapura dan ke Vietnam melalui Singapura.
”Terkait proses itu, kami meminta dukungan Pak Wapres dan pemerintah terkait dengan revitalisasi penerbangan Garuda sehingga Indonesia bisa lebih dikenal selain pariwisatanya, juga produk-produk dalam negerinya,” tuturnya.
Wapres mengatakan, konektivitas adalah kunci memperlancar arus barang. Karena itu, dia mengapresiasi langkah-langkah reformasi Garuda Indonesia dan inisiatif untuk jasa pengiriman barang dan fasilitasi ekspor produk UMKM ke mancanegara.
”Pemerintah terus mendukung sepenuhnya untuk revitalisasi Garuda,” ujarnya.
Duta Besar RI untuk Singapura Suryo Pratomo menilai, masyarakat diaspora di Singapura sangat antusias terutama para pelaku industri UMKM Indonesia di Singapura.
Suryo Pratomo yang lebih dikenal dengan panggilan Tomi ini menjelaskan, bukan hanya pengusaha besar Indonesia yang ada di Singapura, melainkan juga pelaku UMKM. Di pertokoan-pertokoan, misalnya, banyak tempat makan Indonesia seperti Taste of Indonesia dan pedagang mi Indonesia di Lucky Plaza.
”Mereka berjuang mempromosikan dan bahkan membawa produk-produk dari Indonesia untuk dipasarkan di Singapura,” tuturnya.