Setelah Kenaikan Harga BBM, Penjualan Eceran Menurun
Survei Penjualan Eceran yang dirilis BI menunjukkan Indeks Penjualan Riil September 2022 dibandingkan Agustus diperkirakan mengalami penurunan hingga minus 0,9 persen. Penurunan ini terjadi karena kenaikan harga BBM.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usai kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal September lalu, penjualan eceran diperkirakan turun. Kenaikan harga BBM membuat konsumen mengurangi belanja sehingga penjualan eceran menurun. Kendati demikian, siklus ekonomi triwulan keempat yang secara historis banyak didorong belanja pemerintah dan cairnya tunjangan hari raya diyakini bakal memberi tambahan pendorong penjualan eceran.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, penjualan eceran mengalami penurunan pada September 2022 dibandingkan Agustus. Penurunan penjualan ini dipicu kenaikan harga BBM yang membuat konsumen mengurangi atau menunda pembelian. Ini merupakan dampak langsung atau first round effect dari kenaikan harga BBM.
”Kenaikan harga BBM mengurangi belanja konsumen sehingga ini memengaruhi angka penjualan,” ujar Josua, Kamis (13/10/2022).
Ia menambahkan, sampai dengan beberapa bulan ke depan, kenaikan harga BBM akan mulai merambat menjadi kenaikan di beberapa barang sektor ekonomi lainnya atau second round effect. Hal ini juga berpotensi menurunkan penjualan eceran.
Kendati demikian, penjualan eceran akan terbantu siklus ekonomi secara historis yang biasanya cukup menguat di triwulan keempat. Pada triwulan keempat, perekonomian biasanya banyak didorong oleh meningkatnya belanja pemerintah. Selain itu, pencairan tunjangan hari raya (THR) menjelang libur Natal dan Tahun Baru juga mendorong belanja masyarakat. Di sisi lain, penawaran berbagai promo potongan harga pada sekitar perayaan Natal dan Tahun Baru juga bisa menopang belanja eceran.
Penjualan eceran akan terbantu siklus ekonomi secara historis yang biasanya cukup menguat di triwulan keempat.
Hal senada juga dikemukakan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual. Ia menjelaskan, belanja eceran sampai dengan Agustus 2022 masih cukup tinggi. Hal itu ditopang daya beli masyarakat masih meningkat setelah Lebaran pada tengah tahun ini. Namun, pada September, tingkat penjualan eceran menurun karena tekanan kenaikan harga BBM.
Menurut David, penjualan eceran akan banyak tertekan untuk barang-barang segmen menengah ke bawah. Daya beli kelompok masyarakat ini paling terimbas kenaikan harga BBM. Sementara, penjualan eceran untuk produk menengah ke atas diperkirakan masih akan kuat.
Penurunan penjualan ini juga sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia (BI). Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis BI menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) September dibandingkan Agustus 2022 diperkirakan mengalami penurunan minus 0,9 persen.
SPE merupakan survei bulanan yang bertujuan memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan produk domestik bruto (PDB) dari sisi konsumsi. Survei ini dilakukan pada lebih kurang 700 pengecer di sepuluh kota.
Direktur Departemen Komunikasi BI Junanto Herdiawan menjelaskan, secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diperkirakan mengalami kontraksi seiring dengan penurunan pada kelompok suku cadang dan aksesori, kelompok makanan, minuman dan tembakau serta bahan bakar kendaraan bermotor.
Dari sisi harga, Junanto menjelaskan, responden memperkirakan tekanan inflasi pada November 2022 cenderung stabil dan Februari 2023 menurun. Ekspektasi Harga Umum (IEH) November 2022 tercatat 135,4, relatif stabil dari 135,3 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEH Februari 2023 tercatat 138,7 atau lebih rendah dari pada bulan sebelumnya sebesar 144,7.
Kendati mengalami penurunan IPR secara bulanan pada September 2022, tetapi bila dibandingkan secara tahunan IPR September 2022 (dibandingkan dengan September 2021) mengalami kenaikan 5,5 persen. Ini juga meningkat dibandingkan IPR Agustus 2022 yang tumbuh secara tahunan sebesar 4,9 persen.
Kenaikan IPR September 2022 secara tahunan karena kondisi ekonomi pada September tahun lalu belum sedinamis saat ini.
Baik Josua maupun David sama-sama mengatakan, kenaikan IPR September 2022 secara tahunan dikarenakan kondisi ekonomi pada September tahun lalu belum sedinamis saat ini. Pada September 2021, masih banyak terjadi pembatasan aktivitas ekonomi karena jumlah kasus Covid-19 yang masih tinggi. Aktivitas ekonomi pada September 2021 yang rendah itu membuat kinerja penjualan eceran September 2022 menjadi lebih tinggi secara tahunan.
Ekonomi kondusif
Ditemui saat bincang-bincang dengan media, Jakarta, Kamis, Non-Executive Director Home Credit International Mel Carvill mengatakan, kendati mengalami perlambatan, dibandingkan dengan negara-negara lain, kondisi ekonomi Indonesia lebih kondusif. Ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil di kisaran 5 persen dan inflasi terkendali lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melaju ini ditopang jumlah penduduk Indonesia yang besar. Kebutuhan pembiayaan barang ritel masih menggeliat kendati terjadi pelambatan ekonomi di seluruh dunia.
”Cukup adil mengatakan kondisi Indonesia sangat kondusif. Ditopang pertumbuhan ekonomi masih tinggi, inflasi terkendali, dan kondisi politik yang stabil. Potensi pasar yang masih luas ditopang jumlah penduduk yang besar,” ujar Mel, merepresentasikan pandangan Home Credit.
Home Credit merupakan lembaga pembiayaan untuk barang-barang ritel. Home Credit telah beroperasi di delapan negara, yakni Ceko, Slowakia, Kazakhstan, China, India, Filipina, Vietnam, dan Indonesia.