Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik menuntut pelaku usaha untuk lebih mendengarkan pelanggan guna menghasilkan perubahan dan inovasi. Pelanggan merupakan sumber inspirasi yang tepat untuk melahirkan inovasi.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat menjadi narasumber dalam acara Telkom CX Summit 2022, Rabu (12/10/2022),
JAKARTA, KOMPAS — Pebisnis dituntut mampu melakukan perubahan dan inovasi di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global saat ini. Perubahan dan inovasi diharapkan meningkatkan kepuasan pelanggan guna memastikan keberlanjutan usaha.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dalam acara Telkom CX Summit 2022, Rabu (12/10/2022), mengatakan, pelaku industri harus memiliki pola pikir yang mengutamakan pengalaman pelanggan. Perusahaan yang mampu mencari solusi yang cepat dan tepat serta mampu menciptakan kepercayaan pelanggan cenderung lebih mampu bertahan di tengah ketatnya kompetisi.
Pelaku bisnis juga mesti menempatkan pelanggan sebagai pertimbangan utama dalam setiap keputusan bisnis. Tanpa loyalitas pelanggan, kata dia, bisnis apa pun akan sulit berjalan lancar. Cara itu juga dinilai efektif sebagai solusi yang tepat dan cepat untuk komunikasi yang baik dengan pelanggan.
” Jadikan pelanggan sebagai inspirasi dalam berinovasi dan beradaptasi sehingga bisnis yang dijalankan tidak hanya fokus pada kompetisi, tetapi juga pada kepuasan pelanggan,” kata Erick.
Dengan pola pikir yang benar serta usaha meningkatkan kapasitas talenta, kata dia, Indonesia bisa mewujudkan visi sebagai service country pada 2045 melalui beberapa perusahaan yang memiliki daya saing global.
Menteri Perdagangan periode 2011-2014 Gita Wirjawan menambahkan, dunia tengah menghadapi tiga cobaan yang memengaruhi perekonomian, yakni pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan konflik geopolitik.
Selain itu, terdapat pu;a beberapa tren yang cukup destruktif atau dapat merusak dan perlu diperhatikan. Tren pertama mengenai terlalu banyaknya modal. Modal yang besar berada di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Tiongkok, dengan jumlah modal lebih dari 100 triliun dollar AS.
Tren yang kedua terkait dengan energi, yaitu tenaga surya dan teknologi akhir-akhir ini semakin efisien dan efektif untuk menyerap dan menyimpan. Manusia hanya perlu menunggu hingga teknologi tersebut lebih bisa mendistribusikan energi yang terserap dan tersimpan.
Indonesia seharusnya banyak berinvestasi di sektor pendidikan agar menghasilkan lebih banyak kekayaan intelektual sehingga bisa menjadi bangsa kreator.
Tren selanjutnya adalah bagaimana uang yang sudah jauh lebih terdemokratisasi dan terdemonetisasi. Digital payment atau pembayaran digital memiliki peluang besar terhadap industri melalui inovasi teknologi yang semakin maju. ”Selanjutnya, tren yang paling besar adalah kecerdasan buatan. Bagaimana kita bisa meningkatkan kecerdasan secara artifisial atau buatan,” kata Gita.
Untuk menanggapi tren-tren besar tersebut, negara ASEAN membutuhkan investasi di bidang pendidikan, teknologi, dan kewirausahaan. ”Indonesia seharusnya banyak berinvestasi di sektor pendidikan agar menghasilkan lebih banyak kekayaan intelektual sehingga bisa menjadi bangsa kreator,” ujarnya.
Menurut pendiri Youth Laboratory Indonesia, Muhammad Faisal, anak muda bisa menjadi penyelamat dan agen perubahan di tengah berbagai tren disrupsi. Suatu generasi dapat kembali ke jati diri bangsa di mana mereka berasal.
”Anak muda sebenarnya merupakan generasi yang bisa diharapkan. Contohnya di Italia, selama masa pandemi Covid-19, para anak muda di sana turut berkebun untuk meneruskan kebiasaan orang tua mereka” ujar Faisal.
Pelanggan digital
Wakil Presiden Eksekutif Divisi Layanan Perusahaan Telkom Indonesia, Teuku Muda Nanta, mengatakan, terdapat tujuh tren pengalaman pelanggan digital yang dapat mengubah cara bisnis dalam berinteraksi dengan pelanggan serta membentuk masa depan pengalaman pelanggan selama lima tahun ke depan dan seterusnya.
Pertama, memusatkan manusia untuk menciptakan pengalaman digital yang berfokus pada pelanggan, mudah digunakan, dan menarik. Kedua, menonjolkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dalam banyak cara. Ketiga, menjadikan virtual reality sebagai cara berinteraksi dengan pelanggan agar lebih interaktif dan menarik.
Keempat, menjembatani kesenjangan antara dunia maya dan dunia nyata dengan augmented reality secara tidak terbatas. Kelima, menghubungkan objek fisik ke dunia digital yang memungkinkan integrasi perjalanan pelanggan. Selanjutnya, memprioritaskan privasi, perlindungan data, transparansi, dan kepercayaan pelanggan. ”Serta yang terakhir, merevolusi data pelanggan dengan menggunakan blockchain,” ujar Teuku.