Tren ”work from anywhere” atau bekerja dari mana saja makin diminati karena dinilai bisa memaksimalkan produktivitas dan efisiensi karyawan ataupun perusahaan.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 turut mengubah pola perilaku masyarakat, termasuk di dunia kerja. Perusahaan menerapkan pola kerja yang lebih fleksibel, seperti bekerja dari rumah. Bahkan, kini banyak yang mulai mengoptimalkan pola bekerja dari mana saja (work from anywhere atau WFA), sebagai terobosan untuk meningkatkan produktivitas.
Perusahaan melihat WFA sebagai langkah untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh karyawan. Co-founder and Chief Marketing Officer Tiket.com Gaery Undarsa mengungkapkan, karyawan di perusahaannya diberikan kebebasan memilih jam dan tempat kerja. Hal ini sekaligus bisa membantu mengakomodasi penyerapan tenaga kerja dari wilayah mana pun.
”Sejak 2020 (awal pandemi Covid-19), kami mengenalkan flexible working arrangement. Ketika mereka harus pulang kampung ataupun healing, mereka tetap bisa berkontribusi,” kata Gaery dalam acara Innovation Converence (ICON) 2022 di Jakarta, Jumat (7/10/2022).
Gaery menyebut, dengan penerapan WFA, waktu istrahat akan jauh lebih panjang. Ia mencontohkan, karyawan yang tinggal di Bekasi, misalnya, tidak perlu harus bermacet-macet di jalan saat jam masuk kantor. Mereka bisa fokus untuk menyelesaikan pekerjaan dari tempat yang nyaman.
Pola kerja WFA ini juga menjadi strategi yang diterapkan GoPlay. Produsen layanan streaming on demand milik Gojek ini juga sudah memaksimalkan pola kerja tersebut. Meski demikian, pola kerja seperti itu juga tidak serta-merta memberikan keuntungan secara mutlak. Diperlukan strategi khusus agar ekosistem kompetitif tetap terjaga.
Penting untuk menanamkan sense of belonging (rasa memiliki) terhadap perusahaan sehingga ketika mereka (karyawan) bekerja dari mana pun tetap memaksimalkan kemampuan.
”Penting untuk menanamkan sense of belonging (rasa memiliki) terhadap perusahaan sehingga ketika mereka (karyawan) bekerja dari mana pun tetap memaksimalkan kemampuan,” kata Chief Executive Officer GoPlay Edy Sulistyo.
Survei dari perusahaan pengembangan karier Jobstreet, Boston Consulting Group, dan The Network menunjukkan, 68 persen responden menginginkan pola kombinasi melakukan pekerjaan di rumah (work from home/WFH) dan di kantor (work from office/WFO).
Sementara itu, 23 persen lainnya menginginkan sepenuhnya kerja jarak jauh alias tidak perlu ke kantor. Sisanya, hanya sekitar 9 persen, menginginkan sepenuhnya kerja di kantor seperti halnya sebelum pandemi Covid-19.
Pola bekerja yang makin fleksiblel membentuk perilaku yang melekat bagi pekerja. Survei ini dilakukan terhadap 33.084 responden pekerja dari sejumlah industri dan keahlian di Indonesia. Survei ini pun turut merekam model kerja responden sebelum masa pandemi. Ketika itu, 68 persen responden bekerja sepenuhnya di kantor, 28 persen bekerja kombinasi, dan 4 persen bekerja sepenuhnya secara remote.
Strategi WFA ini juga turut membantu menekan biaya operasional perusahaan. Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengungkapkan, pengurangan pola kerja dari kantor bisa sekaligus membuat perusahaan mengurangi pengeluaran ruang kerja.
Sejumlah bidang pekerjaan yang dirasa sesuai dengan pola WFA antara lain bidang kerja digitalisasi dan otomasi, konsultan, pemasaran dan komunikasi, media dan informasi, seni dan pekerjaan kreatif, serta pelayanan sosial.