Indonesia Berpotensi Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Global
Untuk mewujudkan mimpi menjadi kiblat ekonomi syariah global, Indonesia harus bisa melewati berbagai tantangan ekspor produk halal, seperti kurangnya pangsa produk ekspor halal Indonesia.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Wakil ketua umum I Masyarakat Ekonomi Syariah, Teten Masduki, saat membuka acara dan memberi sambutan dalam acara Indonesia Islamic Economic Forum di Jakarta Convention Center, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2022).
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia berpotensi menjadi kiblat ekonomi syariah global dalam dua atau tiga tahun ke depan. Perkembangan ekonomi syariah di Tanah Air menunjukkan hasil yang positif, sehingga mampu menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru. Kontribusi rantai ekonomi halal terhadap produk domestik bruto (PDB) juga terus membaik seiring pertumbuhan penduduk Muslim dan tren gaya hidup halal.
”Kapabilitas Indonesia dalam menggarap pasar halal, mulai dari sektor makanan, busana muslim, hingga keuangan syariah semakin mempertegas bahwa Indonesia bisa menjadi pemain utama industri halal dunia” ucap Wakil ketua umum I Masyarakat Ekonomi Syariah Teten Masduki, dalam acara Indonesia Islamic Economic Forum, Jumat (7/10/2022), di Jakarta.
Visi Indonesia menjadi kiblat ekonomi syariah dunia bukan tanpa dasar. Di tahun 2020, PDB Indonesia merupakan yang terbesar dibanding negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Indonesia juga dinilai sebagai negara yang paling kompetitif dalam menarik investasi asing di banding negara OKI lainnya.
Dalam tiga tahun terakhir, peringkat Indonesia dalam ekonomi syariah global terus membaik, dari peringkat ke-11 di tahun 2017-2018, menjadi peringkat ke-4 di tahun 2021- 2022, dengan peringkat ke-2 di sektor makanan halal dan peringkat ke-3 sektor busana halal.
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga turut berhasil mencatat prestasi di berbagai sektor unggulan. Islamic Global Economy tahun 2022 mengestimasikan, umat Muslim di dunia menghabiskan hingga 2 triliun dollar AS pada 2021 di sektor-sektor industri halal, mulai dari makanan, farmasi, hingga pariwisata.
Berdasarkan Indonesia Halal Market Report tahun 2021- 2022, pertumbuhan ekspor produk halal investasi asing dan substitusi impor berpotensi mendorong peningkatan PDB nasional hingga 5,1 miliar dollar AS.
Di sisi keuangan, Indonesia menempati posisi 10 teratas dunia dalam hal total aset. Per Desember 2021, total aset keuangan syariah Indonesia, mencapai Rp 2.000 triliun lebih. Di tahun kedua pandemi, aset keuangan syariah Indonesia mampu tumbuh 13,82 persen secara tahunan(yoy), menjadi Rp 2.050,4 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.801,40 triliun.
Kemudian, di tahun kedua pandemi, aset keuangan syariah Indonesia tumbuh 13,82 persen yoy menjadi Rp 2.050,44 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.801,4 triliun. Sedangkan pasar modal syariah memiliki aset keuangan syariah sekitar 60,27 persen, mengalami pertumbuhan tertinggi di antara sektor lainnya, dengan laju 14,83 persen yoy.
”Kita harus ikhtiar menjadikan ekonomi dan keuangan syariah sebagai arus baru perekonomian nasional. Keuangan Indonesia masih mencatatkan prestasi yang baik di masa pandemi dengan mempertahankan peringkat ke dua dalam Islamic Finance Development 2021,” kata Teten.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Model membawakan busana rancangan desainer Hannie Hananto dalam Modest Fashion Show dalam rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (5/10/2022). Peragaan busana yang mengusung tema Ò Local Product, Global LookÓ, mengangkat kearifan lokal busana modest fashion dengan wastra dan kain lokal Indonesia.
Bisnis global
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, ekonomi syariah bukan hanya sekadar melibatkan agama, melainkan sudah mengedepankan model bisnis global. Menurut dia, banyak negara yang bukan mayoritas Muslim mulai menjadi para pemain ekonomi dan keuangan halal. Selain Malaysia, beberapa negara yang terlibat antara lain Korea, Jepang, Thailand, Australia, dan Brasil. Sementara, China mengekspor busana halal.
“Jadi, ekonomi dan keuangan halal bukan hanya masalah negara tersebut mayoritas Islam atau tidak, tetapi sudah menjadi model bisnis global,” ujarnya.
Perry menambahkan, dalam menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion global, Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) meluncurkan tiga gerakan. Pertama, menyelenggarakan Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTIONFEST). Kedua, ISEF memperkuat jalur rempah-rempah menjadi sektor makanan halal. Terakhir, mengakselerasi sertifikasi halal.
Tantangan dan peluang
Untuk mewujudkan mimpi Indonesia menjadi kiblat ekonomi syariah global, Indonesia harus bisa melewati berbagai tantangan ekspor produk halal. Tantangan yang harus dihadapi Indonesia adalah kurangnya pangsa produk ekspor halal Indonesia, terbatasnya peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam hal ekspor, persaingan ketat industri halal dengan negara non-Muslim, terbatasnya informasi dan literasi, terhambatnya tarif dan non-tarif, serta UKM yang menggunakan platform digital masih 21 persen.
”Strategi yang bisa memberi peluang Indonesia menjadi kiblat ekonomi syariah global adalah mengembangkan pasar produk ekspor, meningkatkan kompetensi dan akses pasar bagi UKM, memperkuat kawasan industri halal, mengembangkan informasi ekspor, mengadakan perjanjian perdagangan internasional, dan meningkatkan promosi digital,” jelas Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi.