Meningkatnya ketidakpastian global diyakini akan semakin menguat dan memengaruhi laju pertumbuhan dunia yang bisa merambat ke Indonesia.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seluruh pemangku kepentingan ekonomi perlu mewaspadai berbagai tekanan eksternal seperti meningkatnya ketegangan geopolitik, kenaikan inflasi, dan naiknya suku bunga bank sentral di berbagai negara. Semua ini akan menyebabkan perlambatan ekonomi dunia yang bisa merembet ke pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Dalam jumpa pers paparan tim ekonom Bank Mandiri dengan tema ”Perkembangan Ekonomi Global dan Indonesia”, Jakarta, Selasa (4/10/2022), Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, faktor ketidakpastian yang terus meningkat diperkirakan akan terus membayangi perekonomian dunia yang bisa merambat ke Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia sejatinya dalam kondisi baik, tetapi tekanan ekonomi dunia bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Meningkatnya tekanan eksternal itu bersumber dari meningkatnya ketegangan geopolitik di dunia yang mengganggu rantai pasok global. Hal ini memicu lonjakan inflasi di sejumlah negara.
Untuk pengendalian inflasi dan normalisasi kebijakan moneter, bank sentral di berbagai negara pun menaikkan suku bunga acuan. Di sisi lain, kenaikan suku bunga bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan memicu resesi global.
”Laju inflasi dunia melonjak tajam yang memicu respons kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter. Namun, hal juga menimbulkan kekhawatiran terjadinya resesi global ke depan,” ujar Asmoro.
Inflasi global bisa merembet ke Tanah Air melalui unsur inflasi importasi (imported inflation). Ini karena kebutuhan barang untuk bahan baku manufaktur dan barang jadi masih banyak bergantung pada impor. Kenaikan harga di negara asal bisa merembet ke dalam negeri.
Selain itu, pelambatan ekonomi negara dunia bisa menurunkan permintaan ekspor. Menurunnya kinerja ekspor bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan bakal berlanjut pada tahun mendatang. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 2,9 persen dan pada 2023 melambat menjadi 2,4 persen. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan 2023 sebesar 2,9 persen, turun dari proyeksi awal yang 3,2 persen.
Ekonomi domestik
Kendati tekanan eksternal meningkat, sejauh ini, kondisi perekonomian Indonesia masih relatif baik. Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun ini akan lebih kuat dibandingkan triwulan kedua. Faktor penopangnya adalah masih kuatnya permintaan atau konsumsi masyarakat.
”Kami masih meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022 ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal sebelumnya,” ujar Panji.
Menurut Panji, pelonggaran mobilitas dan turunnya kasus Covid-19 membuat ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,44 persen pada triwulan II-2022. Pencapaian ini lanjut Panji, di atas ekspektasi pasar yang saat itu hanya mematok pertumbuhan 5,2 persen secara tahunan.
Pertumbuhan positif tersebut, tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam mengendalikan pandemi Covid-19 dan akselerasi vaksinasi yang mampu melonggarkan mobilitas masyarakat. ”Jika tanpa pelonggaran mobilitas, sangat sulit kinerja perekonomian sepanjang semester I-2022 dapat kita capai,” ujar Panji.