Inflasi Tinggi Diperkirakan Terjadi hingga Triwulan I-2023
Tingkat inflasi pada September 2022 diperkirakan sebesar 1,12 persen. Kenaikan inflasi diperkirakan bakal terus terjadi hingga akhir tahun ini dan akan berlanjut sampai triwulan I-2023.
Oleh
Hendriyo Widi, VINA OKTAVIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tingkat inflasi di Indonesia diperkirakan bakal melaju tinggi pada September 2022 hingga akhir tahun ini, bahkan akan berlanjut sampai triwulan I-2023. Faktor penyebab utamanya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak, serta kenaikan harga pangan dan tarif transportasi pada periode Natal dan tahun baru.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Irman Faiz, Jumat (30/9/2022), mengatakan, tingkat inflasi pada September 2022 diperkirakan sebesar 1,12 persen secara bulanan dan 5,9 persen secara tahunan. Tingkat inflasi itu sudah melampaui target inflasi tahunan Bank Indonesia (BI) pada tahun ini yang sebesar 2-4 persen.
Inflasi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, serta penyesuaian tarif angkutan dalam dan antarkota. Beberapa komoditas pangan yang harganya masih tinggi juga akan menambah laju peningkatan inflasi itu.
“Pada tahap pertama, kenaikan harga BBM berdampak langsung pada peningkatan inflasi BBM itu sendiri. Hal itu akan diikuti oleh kenaikan tarif transportasi umum dan barang atau logistik. Pada tahap kedua, kenaikan biaya transportasi dan logistik itu akan mendorong kenaikan harga bahan pangan dan produk-produk industri manufaktur,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta.
Menurut Irman, kenaikan harga barang dan tarif transportasi itu akan berlanjut hingga akhir tahun, karena ada perayaan Natal dan tahun baru. Setiap menjelang dan selama Natal-tahun baru, harga barang dan tarif transportasi selalu naik.
Hal itu sudah menjadi pola musiman kenaikan inflasi di Indonesia. Mobilitas masyarakat juga telah kembali normal setelah pandemi Covid-19 mereda dan dapat dikendalikan.
Oleh karena itu, kata Irman, kenaikan inflasi bakal terus terjadi hingga akhir tahun ini dan akan berlanjut pada awal tahun depan. Puncak kenaikan inflasi itu diperkirakan terjadi pada triwulan I-2023 dan setelah itu akan menurun. Hingga akhir tahun, tingkat inflasi diperkirakan sebesar 6,5 persen.
Kenaikan inflasi bakal terus terjadi hingga akhir tahun ini dan akan berlanjut pada awal tahun depan. Puncak kenaikan inflasi itu diperkirakan terjadi pada triwulan I-2023 dan setelah itu akan menurun.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada pekan kelima September 2022 yang dirilis BI, Jumat (30/9/2022), tingkat inflasi September 2022 diperkirakan sebesar 1,1 persen secara bulanan. Komoditas utama penyumbang inflasi tersebut adalah bensin sebesar 0,91 persen secara bulanan; angkutan dalam kota 0,06 persen; angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan beras masing-masing 0,02 persen; serta ikan kembung, pasir, semen, dan bahan bakar rumah tangga masing-masing 0,01 persen.
Hasil survei tersebut juga menunjukkan minyak goreng dan tarif angkutan udara yang beberapa waktu lalu berandil besar terhadal inflasi, pada September 2022 diperkirakan bakal mengalami deflasi. Minyak goreng diperkirakan mengalami deflasi sebesar 0,03 persen dan tarif angkutan udara 0,01 persen.
Sementara itu, pemerintah pusat terus berupaya mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat dengan melibatkan pemerintah daerah. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain menjaga produksi atau suplai, serta menanggung ongkos transportasi umum dan barang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah pusat terus mendorong pengendalian inflasi daerah dengan memanfaatkan belanja tidak terduga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dana itu dapat digunakan untuk menjaga keterjangkauan harga, daya beli masyarakat, subsidi ongkos angkut dan transportasi, menjaga suplai bahan pangan dengan kerja sama antardaerah, dan memberikan bantuan sosial untuk masyarakat yang rentan.
Pemerintah daerah juga dapat memanfaatkan dua persen dana trasfer daerah (dana laokasi umum dan dana bagi hasil) senilai total Rp 2,17 triliun. Dana itu dapat digunakan untuk belanja wajib perlindungan sosial yang mencakup pemberian bantuan sosial, termasuk bagi ojek; usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); serta nelayan.
“Dana itu juga dapat dimanfaatkan guna menciptakan lapangan kerja atau pemberian subsidi angkutan umum di daerah,” katanya melalui siaran pers.
Selain itu, lanjut Airlangga, pemerintah pusat telah memberikan dana insentif daerah (DID) bagi pemerintah daerah yang berhasil menekan atau mengendalikan inflasi. DID sekitar Rp 10 miliar per daerah itu mulai diberikan per September 2022. Hingga kini terdapat 10 provinsi, 15 kabupaten, dan 15 kota yang telah mendapatkan DID.
Pemerintah juga masih melanjutkan program bantuan pembelian selisih harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe hingga akhir 2022. Pemerintah menggulirkan program itu lantaran harga kedelai impor masih tinggi.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menuturkan, pemerintah memutuskan program bantuan selisih harga pembelian kedelai impor Rp 1.000 per kilogram (kg) hingga akhir Desember 2022. Dengan begitu, para perajin tahu dan tempe bisa mendapatkan harga kedelai impor yang terjangkau dan menjaga keberlangsungan usaha.
“Kementerian Perdagangan telah mengirimkan surat permohonan kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk menugaskan Perum Bulog melanjutkan program tersebut,” tuturnya.
Berdasarkan data bursa berjangka Chicago Board of Trade (CBOT), rata-rata harga kedelai internasional pada pekan kelima September 2022 sebesar 14,17 dollar AS per gantang. Adapun harga rata-rata penjualan kedelai impor di tingkat koperasi di Indonesia masih tinggi, yakni Rp 12.600 per kg.