logo Kompas.id
EkonomiSensitivitas Publik dan...
Iklan

Sensitivitas Publik dan Problem Konversi Kompor Gas ke Induksi

Kendati menyasar 300.000 atau hanya 0,5 persen dari keluarga pelanggan PLN yang menggunakan elpiji, 69,5 juta keluarga, isu konversi kompor elpiji ke induksi itu bergulir kencang. Program itu lalu dibatalkan.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
· 5 menit baca
Andi, salah seorang pedagang, menggunakan kompor induksi untuk berjualan di Kuliner Pintar Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (24/2/2021). Pemanfaatan kompor induksi membuat pedagang bisa menghemat hingga 50 persen bila dibandingkan dengan menggunakan kompor berbahan gas.
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Andi, salah seorang pedagang, menggunakan kompor induksi untuk berjualan di Kuliner Pintar Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (24/2/2021). Pemanfaatan kompor induksi membuat pedagang bisa menghemat hingga 50 persen bila dibandingkan dengan menggunakan kompor berbahan gas.

Penyediaan 300.000 unit kompor listrik induksi bagi masyarakat sebagai pengganti elpiji 3 kilogram tahun ini batal setelah menuai reaksi dari masyarakat. Upaya masif demi menekan volume impor elpiji serta menyerap listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) itu dinilai belum siap dan matang, baik dalam pengkajian maupun sosialisasi.

Program konversi dari kompor gas ke kompor induksi sebenarnya bukan baru kali ini dilakukan. Pada Oktober 2020, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN resmi meluncurkan Gerakan Konversi 1 Juta Kompor Induksi. Gerakan itu dimaksudkan untuk mendorong kemandirian energi nasional (Kompas.id, 27/10/2020).

Editor:
NUR HIDAYATI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000