Mengutip laporan keuangan perusahaan, laba bersih BTPN pada triwulan II-2022 sebesar Rp 1,67 triliun bertumbuh 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,64 triliun.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba bersih PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk atau BTPN pada triwulan kedua tahun ini hanya bertumbuh 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. BTPN memilih menjaga kualitas kredit dengan menjalankan prinsip kehati-hatian. Hal ini tecermin dari rasio kredit macet atau nonperforming loan/NPL yang kian menurun.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, laba bersih BTPN pada triwulan II-2022 sebesar Rp 1,67 triliun bertumbuh 2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,64 triliun.
Bisnis penyaluran kredit BTPN pada triwulan kedua tahun ini bertumbuh 10 persen secara tahunan menjadi Rp 149,25 triliun. Pertumbuhan kredit banyak ditopang oleh segmen kredit korporasi yang pada triwulan II-2022 sebesar Rp 97,63 triliun bertumbuh 22,3 persen secara tahunan.
Dalam jumpa pers setelah rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS LB) dan paparan kinerja semester I-2022, Kamis (29/9/2022), di Jakarta, Direktur Utama BTPN Henoch Munandar menjelaskan, seiring pemulihan ekonomi, permintaan penyaluran kredit pun meningkat. Di tengah pertumbuhan kredit itu, pihaknya memilih menjaga kualitas kredit.
”Kami menjalankan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas,” ujar Henoch.
Hal ini tecermin dari NPL gros sampai dengan triwulan II-2022 yang berada di level 1,35 persen. Angka tersebut membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang berada di level 1,46 persen.
Wakil Direktur Utama BTPN Darmadi Sutanto menambahkan, penyaluran kredit BTPN juga ditopang oleh penyaluran kredit dari aplikasi perbankan digital Jenius. Sampai dengan triwulan II-2022, penyaluran kredit dari Jenius mencapai Rp 602 miliar bertumbuh 148 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 243 miliar.
Di sisi lain, BTPN juga mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Sampai dengan triwulan kedua tahun ini, DPK meningkat 7 persen secara tahunan menjadi Rp 103,2 triliun. Pertumbuhan ini dikontribusikan oleh peningkatan rasio dana murah (current account saving account/CASA) yang pada triwuan kedua tahun ini berada pada level 37,7 persen. Angka ini meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu yang berada pada level 29,3 persen.
Pertumbuhan DPK BTPN juga dikontribusikan dari aplikasi perbankan digital Jenius. Sampai dengan triwulan kedua tahun ini, pengumpulan DPK dari Jenius mencapai Rp 17,3 triliun bertumbuh 12 persen secara tahunan yang sebelumnya sebesar Rp 15,4 triliun.
Pada kesempatan itu, manajemen BTPN memperkenalkan direktur utama baru perusahaan, yaitu Henoch Munandar. Ia menjadi direktur utama seusai RUPS LB menyetujuinya.
Direktur Kepatuhan BTPN Dini Herdini menjelaskan, penetapan Henoch menjadi direktur utama setelah melalui serangkaian tahapan dan seleksi, baik dari calon internal maupun eksternal perusahaan. ”Direktur utama kami aktif segera setelah berakhirnya RUPS LB ini,” ujarnya.