PDB kemaritiman pada 2020 sebesar Rp 1.212 triliun atau 11,31 persen dari PDB nasional senilai Rp 10.722 triliun. Nilai itu turun Rp 19 triliun ketimbang tahun 2019 sebesar Rp 1.231 triliun sebagai dampak pandemi.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI
Para nelayan di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Minggu (17/4/2022), membongkar tangkapan berupa ikan kembung, dencis, tongkol, dan tuna. Potensi perikanan tangkap di Provinsi Aceh lebih dari 295 ton per tahun. Namun, yang bisa dimanfaatkan hanya 230.000 ton per tahun.
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengemukakan, sesuai dengan Visi Maritim 2045, Indonesia ingin kembali ke kejayaan bahari dan menjadi pusat peradaban maritim dunia. Meski demikian, rendahnya literasi maritim merupakan penghambat utama laju pembangunan kemaritiman.
Pihaknya sedang mengkaji kontribusi ekonomi maritim berbasis konsep biru (blue economy), serta mengukur produk domestik bruto (PDB) yang bisa dicapai dengan pendekatan ekonomi biru. Selain itu, mengadopsi konsep ocean account yang sedang berkembang di dunia, yakni mengumpulkan informasi terkait kondisi sosial, ekonomi, serta lingkungan laut dan pesisir untuk mendorong kemajuan dan keberlanjutan.
Dari kajian sementara Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, nilai PDB kemaritiman pada 2020 sebesar Rp 1.212 triliun atau 11,31 persen dari PDB nasional senilai Rp 10.722 triliun. Nilai PDB kemaritiman itu turun Rp 19 triliun dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 1.231 triliun sebagai dampak pandemi. ”Visi Indonesia emas tahun 2045 harus mejadi momentum pengembalian kejayaan sebagai pusat peradaban maritim dunia,” ujar Luhut dalam puncak peringatan Hari Maritim Nasional ke-58 bertema: ”Maritim Tangguh untuk Pembangunan Berkelanjutan”, di Jakarta, Selasa (27/9/2022). Hari Maritim Nasional diperingati pada 23 September 2022.
Ekosistem laut dan pesisir Indonesia berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia merupakan penghasil perikanan laut terbesar ke-2 dunia, serta pemasok 3 persen dari pasar ekspor makanan laut global. Nilai ekspor kemaritiman berkisar 4,8 miliar dollar AS.
Presiden RI Joko Widodo, dalam sambutan secara virtual, mengemukakan, laut merupakan sumber kehidupan yang harus terus dijaga dan dimuliakan. Penangkapan ikan di laut dinilai perlu, tetapi pola penangkapan harus terukur sesuai dengan azas keberlanjutan sumber daya laut. Pemanfaatan sumber daya maritim harus dilakukan secara arif dan bijak.
”Pemanfaatan kekayaan laut harus dilakukan secara bijak. Laut harus kita jaga untuk kepentingan generasi sekarang dan masa datang,” kata Presiden.
Presiden menambahkan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi secara arif dan bijak untuk pemanfaatan laut akan mendorong Indonesia menjadi negara kuat dan makmur berbasis kemaritiman.
Transformasi Indonesia lewat ekonomi biru, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif di acara yang sama, bertujuan menciptakan nilai tambah dan produktivitas ekonomi berbasis kelautan untuk mencapai pertumbuhan ekon yang inklusif dan berkelanjutan. Potensi energi dan sumber daya mineral, termasuk energi baru dan terbarukan, menjadi satu-kesatuan tak terpisahkan dari potensi maritim Indonesia.
Beberapa perahu nelayan tambat di Desa Sarang Tiung, Kecamatan Pulau Laut Sigam, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, Rabu (6/7/2022). Perahu tersebut digunakan untuk menuju ke bagan atau bagang yang ada di tengah laut. Bagan adalah alat penangkapan ikan berupa bangunan yang didirikan di laut dengan bahan bambu dan batangan kayu. Kearifan lokal masyarakat nelayan pesisir Kotabaru dalam menangkap ikan itu mulai dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata bahari.
”Potensi maritim selayaknya menjadi modal besar pertumbuhan ekonomi bangsa serta digunakan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat melalui sinergi bersama semua elemen bangsa,” tutur Arifin.
Tak hanya potensi perikanan, keragaman sumber daya hayati kelautan di Indonesia juga potensial dikembangkan untuk pariwisata. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, wisata bahari menjadi salah satu fokus pengembangan pariwisata nasional dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan maritim yang berkelanjutan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menambahkan, pihaknya berkomitmen mengelola sektor kemaritiman yang berkelanjutan untuk ekologi laut yang sehat dan menjawab tantangan global terkait dengan perubahan iklim dan ketahanan pangan.