Dampak Langsung Kenaikan Harga BBM Dorong Inflasi 1,1 Persen
Survei Pemantauan Harga menyebutkan, inflasi sampai dengan pekan keempat September 2022 diperkirakan sebesar 1,1 persen dibandingkan bulan Agustus 2022. Penyumbang utamanya, kenaikan bensin 0,91 persen.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga minggu keempat September 2022, dampak langsung (first-round effect) kenaikan harga bahan bakar minyak diperkirakan menyebabkan inflasi sebesar 1,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dampak langsung ini akan memicu dampak lanjutan (second-round effect) berupa kenaikan harga barang dan jasa lain dalam beberapa waktu ke depan.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilansir Bank Indonesia (BI), komoditas utama penyumbang inflasi sampai pekan keempat September 2022 adalah bensin sebesar 0,91 persen. Angkutan kota menyumbang inflasi 0,05 persen. Sementara angkutan antarkota, rokok kretek filter, dan beras masing-masing menyumbang 0,02 persen. Selain itu, komoditas telur ayam ras, semen, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) menyumbang masing-masing sebesar 0,01 persen.
”Komoditas yang langsung terpengaruh naik itu tentu saja harga bensin. Lalu sektor logistik dan transportasi juga naik,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi, Senin (26/9/2022).
Ia menambahkan, dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan terjadi beberapa waktu ke depan di berbagai sektor barang dan jasa, misalnya makanan dan minuman. Saat ini, harga makanan dan minuman masih menggunakan stok produksi saat harga BBM belum naik.
Kendati demikian, menurut Tauhid, inflasi akibat kenaikan harga BBM tidak akan signifikan menggerus daya beli masyarakat. Alasannya, alokasi fiskal untuk bantuan sosial dinilai bisa mempertahankan daya beli masyarakat. Selain itu, konsumsi dan permintaan masyarakat masih cukup baik. Hal ini tecermin dari pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 Indonesia mencapai 5,44 persen, yang kemungkinan berlanjut hingga akhir tahun.
”Pertumbuhan ekonomi mungkin sedikit lebih rendah dari triwulan II-2022. Dengan ditopang permintaan masyarakat yang masih kuat, pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun diperkirakan mencapai kisaran 5 persen,” ujar Tauhid.
Chief ASEAN, Korea, and Taiwan Economist Morgan Stanley, Deyi Tan, dalam risetnya yang berjudul ”BI and BSP: A Double Act of 50bps” menyebutkan, kenaikan harga BBM akan meningkatkan inflasi sebesar 1,9 persen hingga akhir tahun. Pihaknya memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya pada 6,6 persen secara tahunan dalam beberapa bulan mendatang.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menuturkan, dampak lanjutan akan terjadi dalam tiga bulan ke depan sejak harga BBM dinaikkan pada 3 September 2022. Ini terjadi karena dunia usaha sudah mulai memperhitungkan kenaikan harga BBM pada ongkos produksi.
Menurut Perry, kenaikan harga BBM diperkirakan akan menambah inflasi sebesar 1,8-1,9 persen sehingga inflasi tahun 2022 akan menembus 6 persen.
Upaya pengendalian inflasi terus dilakukan Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis.