Indonesia memiliki peluang besar dalam ekonomi digital. Namun, untuk mendorong usaha-usaha rintisan supaya memiliki keberlanjutan, banyak hal perlu disiapkan.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Sekitar 80-90 persen start up atau usaha rintisan gagal saat memulai usaha. Dua penyebab disebutkan adalah tidak sesuai dengan kebutuhan pasar dan kehabisan modal.
Presiden Joko Widodo mengingatkan hal tersebut dalam pembukaan BUMN Startup Day di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/9/2022). Menurut Presiden, untuk memastikan usaha-usaha rintisan bisa berkembang secara berkelanjutan, kedua hal tersebut perlu diperhatikan.
”Ini fungsinya ventures capital dan fungsi BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Agar ekosistem besar yang ingin kita bangun bisa saling sambung dan terdampingi baik dan tidak gagal masuk ke pasar-pasar maupun ke peluang-peluang yang ada di negara kita,” tutur Presiden.
Hadir pula dalam acara ini, antara lain, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Penjabat Gubernur Banten Ali Muktabar, serta direksi BUMN. Acara ini, menurut Erick, akan dihadiri 150 exhibitor, 250 usaha rintisan yang sudah disesuaikan dengan 12 kluster di BUMN, 22 BUMN yang melihat potensi kecocokan usaha (business matching), serta 5 venture capitals yang mendampingi.
Secara umum, BUMN Startup Day akan berisi pertemuan bisnis, pemaparan ide investasi (investment pitching), pendampingan singkat untuk usaha rintisan (rapid mentoring start up), konferensi, dan pameran.
Kendati dunia saat ini dalam posisi sangat sulit dengan krisis akibat perang yang belum akan segera usai, Presiden Jokowi mengatakan, tetap ada peluang besar bagi ekonomi digital Indonesia. Kenyataannya, ekonomi digital Indonesia tumbuh pesat dan diyakini akan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara pada 2030.
”Ekonomi digital kita tumbuh pesat dan tertinggi di Asia Tenggara, melompat delapan kali lipat dari 2020, (dari) Rp 632 triliun menjadi Rp 4.531 triliun di 2030. Artinya, peluang besar sekali,” tutur Presiden.
Peluang besar ini ditunjang pengguna internet yang sudah mencapai 77 persen dari penduduk Indonesia. Waktu penggunaan internetnya pun mencapai rata-rata 8 jam 36 menit.
Usaha-usaha rintisan Indonesia juga menduduki peringkat kelima dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, Kanada, dan Australia. ”Ini potensi besar yang harus kita kembangkan. Tapi, hati-hati, dari kategori yang saya lihat yang paling besar memang masih di fintech 23 persen, retail 14 persen. Padahal, urusan pangan akan jadi persoalan besar dan harus dipecahkan teknologi dan itu adalah kesempatan,” tutur Presiden lagi.
Peluang di sektor pangan bisa dilihat dari sisi produksi, distribusi maupun pemasaran. Produknya pun sangat beragam baik beras, sorgum, sagu, porang, kasava, ataupun beraneka sayur.
Usaha-usaha rintisan Indonesia juga menduduki peringkat kelima dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, Kanada, dan Australia.
Peluang yang tak kalah besar ada di sektor kesehatan. Saat krisis kesehatan tampak peluang ini. Telemedicine dan operasi jarak jauh melalui platform aplikasi disebutkan sebagai dua contoh usaha rintisan sektor kesehatan.
Selain itu, usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang di Indonesia jumlahnya mencapai 65,4 juta juga potensi besar. Namun, Presiden mengakui, masih banyak persoalan dalam pengembangan UMKM baik dari kemasan, kualitas produksi, maupun kapasitas produksi. Sampai saat ini pun baru 19 juta UMKM yang masuk ekosistem digital. Lebih lagi, kenyataannya pemerintah tidak memiliki data 65 juta UMKM tersebut.
Presiden Jokowi pun mengingatkan, di sektor UMKM masih ada peluang besar untuk dikerjakan secara serius.
Erick juga melihat usaha rintisan memiliki peluang sangat besar di Indonesia. Sebab, mayoritas penduduk Indonesia, yakni 54 persen, berusia di bawah 35 tahun. ”Artinya, Indonesia punya market besar dan punya potensi SDM besar,” ujarnya.
Karenanya, mendorong secara menyeluruh ekosistem digital harus dilakukan. BUMN, kata Erick, sudah menginisiasi adanya masyarakat digital (Indonesian digital tribe). Dari gerakan yang diluncurkan Presiden akhir 2021 tersebut sudah dilatih 19.000 talenta digital.
Selain itu, lanjut Erick, BUMN juga memiliki perusahaan modal ventura (venture capitals), seperti Mandiri Capital Indonesia, BRI Ventures, MDI Ventures milik Telkom, dan Telkomsel Mitra Inovasi. BNI juga sedang diminta untuk membuat perusahaan modal venturanya. Perusahaan modal ventura ini sudah berinvestasi pada 336 usaha rintisan.
Selain itu, Presiden Jokowi juga sudah meluncurkan Merah Putih Fund akhir Desember 2021. Pendanaan lokal untuk usaha rintisan ini disiapkan untuk usaha rintisan yang sudah tumbuh dan pengembangan valuasinya cukup besar.
Merah Putih Fund hadir berinvestasi di usaha rintisan yang sudah tumbuh itu. Namun, syaratnya, pendiri perusahaan orang Indonesia, perusahaan beroperasi dan membayar pajak di Indonesia serta diprioritaskan go public di Indonesia.
”Dan ini sejalan dengan rencana Bapak mengembangkan ibu kota negara (baru), di mana di IKN akan friendly pada investasi fintech,” tambah Erick.
Dalam BUMN Startup Day, tambah Erick, BUMN akan didorong supaya dekat dengan usaha-usaha rintisan. BUMN juga tidak diminta untuk langsung berinvestasi. Sebab, diakui banyak direksi BUMN yang tidak memiliki pengalaman digital.
Untuk itu, pendampingan dari perusahaan-perusahaan modal ventura BUMN diperlukan. Harapannya, saat BUMN berinvestasi pada usaha-usaha rintisan ada keberlanjutan. Tak hanya itu, ekonomi digital juga benar-benar menjadi gelombang besar pertumbuhan ekonomi dan bisa menjadi ekonomi masa depan Indonesia.